Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Pejalan Kaki Yang Lewat Bawah Tembok Rusak DPRD DKI

Meski Sangat Berbahaya

Selasa, 19 Desember 2017, 11:27 WIB
Ada Pejalan Kaki Yang Lewat Bawah Tembok Rusak DPRD DKI
Foto/Net
rmol news logo Dinding bagian luar Gedung DPRD DKI Jakarta mengalami kerusakan. Lapisan glass fibre reinforced concrete (GRC) yang melapisi dinding menggelembung. Akibatnya, akses pejalan kaki ditutup.

Tembok yang menggelem­bung berada di lantai 11 Gedung DPRD DKI Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Posisinya persis di atas lantai yang menghubungkan bangunan Gedung DPRD lama dengan yang baru.

Sepintas tidak tampak kerusa­kan berarti bila dilihat dari ke­jauhan. Pasalnya, lapisan GRC yang menutupi dinding berwar­na abu-abu, terlihat samar-samar karena terpantul sinar matahari yang cukup terik. Tapi, bila diamati dengan teliti dari jarak dekat, baru terlihat permukaan dinding yang tidak rata. Bahkan besarnya mencapai 20 derajat. "Dinding menggelembung se­jak Senin siang (11/12), saat hujan deras dan angin kencang melanda Jakarta,"  ujar petugas pengamanan dalam (Pamdal) bernama Black kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Untuk mengantisipasi ke­mungkinan adanya jatuhan ma­terial dari atas gedung, akses pejalan kaki dari pintu masuk DPRD DKI yang berada di Jalan Kebon Sirih menuju Balai Kota ditutup total.Di sekitar jalan yang ditutup, dipasang beberapa cone dan rantai besi sepanjang 10 meter. Tidak hanya itu, sebuah tali warna kuning turut dipasang di depan cone agar pejalan kali tidak ada yang melewati area berbahaya itu. Mereka diarahkan melewati ge­dung sekretariat DPRD DKI.

Di tengah- tengah jalan yang ditutup, juga dipasang tiang yang ditempeli kertas putih. Isinya, "Pengumuman. Pengalihan jalur pejalan kaki menuji Balai Kota harap melalui samping Gedung DPRD blok H." Beberapa petu­gas pamdal turut memperingat­kan pengunjung agar tidak me­lewati jalan yang sudah ditutup tersebut. "Akses jalan ini sudah ditutup sejak seminggu lalu kar­ena membahayakan pejalan kaki bila sampai tertimpa GRC," ujar Black kembali.

Menggelembungnya dinding GRC cukup menyita perha­tian para pegawai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta maupun pengunjung. Mereka berhenti sejenak sambil menun­juk ke atas dinding yang meng­gelembung. Bahkan sebagian besar dari mereka masih nekat melewati jalan tersebut kendati sudah ditutup dengan tali dua la­pis. "Susah menasehati pengun­jung agar tidak melewati jalan itu meski berbahaya. Kadang mereka lebih galak dari kita, ya, terpaksa kita hanya diamkan saja," keluh Black.

Black mengungkapkan, di bagian tembok yang meleng­kung terdapat ruang olahraga DPRD dan juga mesin pendingin ruangan. "Melengkungnya su­dah sampai dalam. Kami sudah laporkan, tapi masih menunggu tindak lanjut," kata dia.

Black mengaku tidak tahu ka­pan dinding tersebut diperbaiki, karena hingga saat ini belum ada tanda-tanda untuk melakukan perbaikan. "Mungkin dalam waktu dekat ini. Soalnya, berba­haya sekali bila tidak secepatnya diperbaiki," tandasnya.

Sebetulnya, lanjut Black, menggelembungnya dinding DPRD DKI sudah terjadi dua kali. Sebelumnya, dinding yang berada di lantai 5 juga menggelembung sekitar dua bulan lalu, tapi langsung diperbaiki. "Semoga ini kejadian terakhir kar­ena membahayakan pejalan kaki," kata dia.

Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah (Karo Umum Setda) DKI Jakarta Firmansyah men­gatakan, menggelembungnya dinding yang terjadi di lantai 11 sudah terjadi sejak lama, sebelum membesar seperti saat ini. "Keretakan sebesar rambut terjadi dari awal November," ujar Firmansyah.

Firmansyah menduga, dind­ing menggelembung karena ada tekanan udara dari mesin pendingin ruangan. Pasalnya, bahan tembok bukan dari beton sehingga mudah terdorong oleh udara yang berasal dari mesin. "Di situ pakai HPL (high pres­sure laminate), kalau terbuka itu ada udara masuk dari tengah cukup keras," ujarnya.

Dia menambahkan, meng­gelembungnya tembok tidak berpengaruh terhadap konstruksi gedung, sehingga tidak ada ren­cana untuk mengosongkan lantai 11 yang mengalami kerusakan.

Sementara, Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD DKI Muhammad Yuliadi menambahkan, bangunan DPRD DKI dibangun oleh PT Jaya Kontruksi dan diresmikan tahun 2012. "Kita sudah panggil untuk melakukan antisipasi agar jangan sampai lebih parah," ujar Yuliadi.

Menurut Yuliadi, perbaikan tembok menggelembung masih jadi tanggung jawab kontrak­tor yang membangun gedung tersebut. "Kami tidak ada ang­garan untuk perbaikan besar gedung seperti ini. Kalau biaya perawatan ringan sehari-hari ada anggarannya," kata dia.

Agar tidak semakin parah, kata Yuliadi, tembok yang menggelembung akan disangga semen­tara dengan tali sling berupa kabel kawat. Tujuannya, agar bangunan tidak roboh dan membahayakan pejalan kaki. "Kontraktor men­janjikan akan membuat tembok baru dengan konstruksi yang lebih berkualitas," ujarnya.

Yuliadi menambahkan, pengerjaan tembok yang menggelembung akan dilakukan pada Sabtu dan Minggu agar tidak mengganggu kerja DPRD DKI. "Mereka mau bertanggung jawab, karena masih masuk kewenangan mereka," tandasnya.

Kendati demikian, Yuliadi menyayangkan terjadinya keru­sakan struktur bangunan ini yang akhirnya menyebabkan aktivitas di sekitar Gedung DPRD DKI menjadi terganggu. "Konstruksinya harus disempur­nakan," tandasnya.

Untuk itu, Yuliadi menegas­kan, pembangunan Gedung Dewan akan diaudit secara menye­luruh. "Audit bakal dilakukan Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov DKI," ucapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Perumahan dan Gedung DPRD DKI Jakarta Agustino menduga, kerusakan tersebut akibat masuknya air ke lapisan dinding GRC. Ia meminta hal itu agar segera diperbaiki kerana mete­rial GRC yang terjatuh sangat membahayakan pejalan kaki "GRC yang menggelembung itu segera dibongkar semuanya," saran Agustino.

Sebetulnya, Agus sudah mem­peringatkan potensi kerusakan yang bakal terjadi dengan pe­masangan GRC tersebut. "Suatu saat kalau jatuh berbahaya seka­li, tapi tidak ditanggapi dan diubah," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA