Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tempat Duel Gladiator Berada Di Gang Sempit

Tamannya Rindang Dan Teduh

Senin, 25 September 2017, 12:34 WIB
Tempat Duel Gladiator Berada Di Gang Sempit
Hilarius Christian Event Raharjo/Net
rmol news logo Hilarius Christian Event Raharjo meregang nyawa akibat duel dengan sesama pelajar SMA. Sebuah taman yang asri di Kota Bogor, Jawa Barat, jadi saksi bisu perkelahian yang berlangsung pada Januari 2016 itu.
 
Palupuh, nama taman terse­but. Taman yang mirip dengan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta itu, jadi tempat Hilarius diadu ala gladiator dengan siswa dari sekolah lain. Akibatnya fatal, Hilarius tewas.

Layaknya tempat aktivitas publik, Taman Palupuh yang berada di Tegal Gundil, Bogor Utara, Kota Bogor, merupakan pusat kegiatan warga sekitar. Taman yang merupakan hasil CSR pengembang perumahan di sekitar wilayah ini, tampak cukup baik.

Sebuah lapangan basket yang bisa diubah untuk kegiatan olah­raga lain, berada di bagian de­pan. Pepohonan cukup rindang, ditambah deretan bangku yang disediakan pengelola, membuat pengunjung betah berlama-lama duduk di sekitar taman.

Dua buah pendopo beruku­ran masing-masing 5x5 meter persegi, yang kerap dijadikan tempat warga sekitar berkum­pul, berdiri di bagian depan dan belakang. Lampu-lampu turut melengkapi fasilitas di taman yang asri ini.

Namun, bagi pengunjung yang bukan warga sekitar, akan sulit me­nemukan taman tersebut.Untuk menjangkaunya, pengunjung harus melalui gang sempit, yang lebarnya hanya cukup untuk dua motor berpapasan. Penanda taman pun hanya satu, dinding yang bertuliskan "Taman Palupuh", berwarna biru.

Pantauan Rakyat Merdeka, pada Sabtu lalu, aktivitas warga di taman tersebut tidak terlalu ramai, bahkan cenderung sepi. Selain lokasi yang terpencil, cuaca yang kurang bersahabat saat itu, membuat warga jarang datang.

Keramaian mulai tampak pada sore hari. Itu pun warga yang ingin bermain sepakbola di lapangan, persis di depan Taman Palupuh. Di dalam taman, hanya ada muda-mudi duduk santai di bawah rindangnya pohon.

Wardi, warga sekitar Taman Palupuh, mengaku mengetahui kejadian tewasnya Hilarius. Warga yang tinggal di samping Taman Palupuh ini, membenar­kan Hilarius tewas akibat duel gladiator itu. "Iya, kejadiannya itu di lapanganbasket. Sudah lama itu," ucap Wardi.

Saat itu, Wardi kaget melihat keramaian di Taman Palupuh. Dia melihat persis saat jenazah Hilarius dibawa dari lapangan basket Taman Palupuh menuju mobil yang berada tak jauh dari lapangan.

"Itu orangnya digotong dari lapangan, ke bawah. Di sana menunggu mobil, mau membawa orang itu ke rumah sakit di Jalan Padjadjaran," cerita Wardi.

Kini, kasus kematian Hilarius tengah ditangani pihak berwajib. Kepolisian pun telah menetap­kan sejumlah tersangka dalam perkara kekerasan di taman ini.

Taman ini sekarang dikelola Pemerintah Kota Bogor. Sehari-hari, Taman Palupuh dijaga bergantian. Hari itu, Uci Sanusi yang bertugas jaga. Saat berbin­cang mengenai kasus kekerasan yang berujung kematian di taman itu, Uci mengaku tidak melihatnya.

"Saya benar-benar tidak tahu, karena saya baru ditugaskan di sini setelah taman ini diserahkan ke Pemda. Saya cuma den­gar ceritanya dari orang lain. Katanya, kejadian itu siang, setelah zuhur," kata Uci, saat ngobrol di pendopo taman.

Sehari-hari, lanjut Uci, taman tersebut kerap dijadikan tempat aktivitas warga sekitar, termasuk sejumlah sekolah yang berada di wilayah ini. Sedangkan anak-anak sekolah yang berasal jauh dari Taman Palupuh, jarang dilihatnya.

Biasanya, lanjut Uci, pada pagi hari yang biasa beraktivitas di taman ini adalah anak-anak seko­lah, mulai dari TK sampai SMA. Yang pasti, menurutnya, SMA7 setiap hari memakai lapangan basket Taman Palupuh. Soalnya, sebelum ada taman, lapangan basket sudah dibangun SMA7.

"Kalau yang kasus pertarungansampai tewas itu, seko­lahnya lumayan jauh dari sini," terangnya.

Uci yang hari itu mengenakantopi caping khas petani menambahkan, tidak ada perubahan be­rarti setelah kejadian tewasnya Hilarius. Menurutnya, kegiatan warga maupun pelajar tetap berlangsung seperti biasa di taman ini.

"Saya tahu, karena sebelum jadi penjaga taman, saya juga warga sekitar sini. Sekarang, paling kalau ada yang nongk­rong mencurigakan, seperti pesta miras, langsung saya bubarkan," jelasnya.

Di tempat sama, Rizky, salah seorang pengunjung menga­takan, lapangan basket dan lapangan sepakbola yang berada di dekat taman kerap diramaikan aktivitas warga. Pengunjung yang datang, sambungnya, se­makin ramai saat hari libur.

"Sore biasanya mulai ramai, apalagi akhir pekan. Saya biasanya main bola di sini Sabtu dan Minggu. Lapangan basket di dalam taman tidak terlalu sering digunakan," ucapnya.

Hari itu, Rizky tengah ber­siap untuk bermain sepakbola bersama sejumlah rekannya. Terkait kasus Hilarius, Rizky pun mengaku tidak tahu persis kapan dan bagaimana kejadian­nya. Karena, tidak setiap hari dia datang ke tempat tersebut.

"Kalau korbannya anak seki­tar sini, mungkin saya tahu ceritanya. Tapi, kalau tak salah, korban dan pelakunya anak luar. Warga sini juga tak pernah mengganggu anak sekolah atau warga luar yang datang ke taman ini," ujarnya.

Latar Belakang
Sudah Menyerah, Hilarius Dipaksa Bertarung Terus Hingga Meninggal

 
Curahan hati Maria Agnes, jadi viral di media sosial. Curhatan Maria atas kematian anaknya, Hilarius Christian Event Raharjo ditujukan langsung kepada Presiden Joko Widodo.

Dalam akun Facebook-nya pada 12 September 2017, Maria menu­lis soal kekerasan yang merenggut nyawa Hilarius, siswa kelas X SMU Budi Mulya, Bogor, Jawa Barat. Dalam tulisannya, Maria menyebut ada sekitar 50 orang yang menonton anaknya disiksa hingga meninggal.

Bahkan, aksi kekerasan yang seharusnya tidak dilakukan pela­jar itu, juga divideokan mereka. "Hilarius diadu seperti binatang di arena sorak sorai anak MY dan BM..." tulis Maria di akun Facebook-nya.

Maria pun meminta kepada Presiden Jokowi untuk menyem­purnakan peraturan hukum soal kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa tunas bangsa harapan negara, dan orang tua kehilangan buah hatinya.

"Saya sedih dan hancur Bapak Presiden. Mohon Bapak mem­bantu saya untuk solusi keadi­lan,"  tulisnya lagi.

Kematian tragis yang men­impa Hilarius terjadi pada 2016. Maria pun mengungkapkan kenapa ia baru berani menceri­takan kisah pilunya itu baru-baru ini. Kata dia, ketika itu, dirinya memang menolak dilakukan autopsi terhadap jasad Hilarius, sehingga kasus tersebut seolah menghilang begitu saja.

"Tolong empati sedikit, anak saya yang sehat tiba-tiba disiksa hingga meninggal, kemudian harusmenjalani autopsi. Saya tidak mau dan akhirnya saya menyem­bunyikan diri saya," katanya.

Maria bercerita, dirinya baru tahu bahwa sebelum meninggal, putranya diadu di tengah lapangan basket. Pertarungan satu lawan satu tersebut, disaksikan puluhan pelajar lain.

"Kejadiannya sebelum pertandingan basket, Hilarius diminta mewakili sekolahnya. Dia sudah menolak, tapi dipaksa. Beberapa pelaku promotor sudah dikeluarkan dari sekolahnya, tapi masih ada yang berkeliaran bebas. Saya ingin semua yang terlibat mendapat hukuman," ucapnya.

Maria juga ingin mengklari­fikasi informasi yang beredar mengenai kematian putranya.Dia menyatakan, anaknya meregang nyawa akibat diadu dengan sesama pelajar dari sekolah lain. "Saya saja baru tahu setelah Hilarius dimakamkan. Ternyata, Hila dibunuh, diadu dengan pelajar dari sekolah lain. Saya tahu dari be­berapa saksi dan surat pernyataan dari pelaku," jelasnya.

Polisi masih bekerja mengungkap kasus kematian pelajar SMA Budi Mulya, Hilarius Christian Event Raharjo, akibat duel ala gladiator dengan pelajar SMA Mardi Yuana Bogor.

Kapolres Bogor Kota Kombes Ulung Sampurna Jaya menyatakan, Hilari, sapaan akrab Hilarius, diduga sempat menyerah. "Waktu kejadian itu, korban berhadapan dengan BV. Korban sempat menyerah, tapi dipaksa duel hingga akhirnya mening­gal," jelas Ulung.

Ulung menambahkan, pihaknya telah menangkap empat tersangka duel maut itu. Empat pelaku yang berinisial BV, HK, MS dan TB memiliki peran masing-masing. BV yang bertarung dengan Hilarius, HK berperan menyuruh melakukan kekerasan,MS sebagai wasit, dan TB yang menyuruh dan menempatkan korban untuk berduel. "MS selain sebagai wasit juga ikut melaku­kan kekerasan," tandas Ulung.

Saat ini, polisi masih memburu dua tersangka lain yang turut bertanggung jawab atas kematian Hilarius. Selain itu, kepolisian pun telah selesai melakukan au­topsi terhasap jenazah Hilarius.

Spesialis Forensik Dokter Kesehatan (Dokes) Polda Jawa Barat Kompol Ihsan Wahyudi menyatakan, dari hasil autopsi se­mentara diketahui, ada beberapa organ tubuh Hilarius yang mengalami kelainan. "Kemungkinan akibat kekerasan," ucap Ihsan.

Dia menambahkan, kondisi jasad Hilarius saat dilakukan autopsi, ada sebagian tubuh yang belum mengalami pembusukan. Hal itu membantu tim dokter untuk mengetahui penyebab kematian Hilarius.

"Ada juga beberapa bagian tubuh korban yang masih bagus, kemungkinan karena diformalin. Ini membantu kita untuk proses autopsi," jelasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA