Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gedung Kedubes Myanmar Dilingkari Kawat Berduri

Buntut Kekerasan Terhadap Etnis Rohingya

Selasa, 05 September 2017, 10:59 WIB
Gedung Kedubes Myanmar Dilingkari Kawat Berduri
Foto/Net
rmol news logo Pengamanan di Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar diperketat. Gedung yang berada di Jalan H Agus Salim, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat ini menjadi sasaran bom molotov dari orang tidak dikenal pada Minggu dini hari( 3/9).

 Sehari pasca pelemparan molotov, pengamanan Kedubes Myanmar sangat ketat. Puluhan polisi berjaga-jaga tepat di depan pintu masuk. Mereka menenteng pentungan hingga gas air mata untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Kawat berduri juga dipasang mengelilingi gedung sepan­jang lebih dari 60 meter ini. "Kami melakukan pengamanan untuk antisipasi peningkatan eskalasi karena ada aksi untuk Rohingya," ujar Kapolres Jakarta Pusat Suyudi AS di lokasi, kemarin.

Tidak hanya itu, puluhan motortrail kepolisian juga disiagakan di lokasi. Mobil baracuda dan water canon pun sudah siap digunakan bila ada aksi massayang berujung tindakan anarkis.

Selain itu, kepolisian mendiri­kan dua pos di depan dan belakang Kedubes Myanmar. Penjagaan dilakukan oleh aparat Polres Jakarta Pusat, Polsek Menteng, Brimob dan Pengamanan Objek Vital. "Ada pengetatan," sebut Suyudi kembali.

Suyudi menjelaskan, untuk unjuk rasa kemarin, sebanyak 532 polisi dilibatkan. Mereka bertugas menjaga pendemo yang menuntut keadilan dan solusi bagi etnis Rohingya di Myanmar.

Menjelang sore, 50 puluhan mahasiswa yang berasal dari Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) menggelar demo tidak jauh dari lokasi.

Massa yang mengenakan jas almamater warna merah ini,tidak diperkenankan demo tepat di depan Kantor Kedubes Myanmar karena tidak memiliki izin dari kepolisian. Walhasil, mereka harus puas menyampaikan aspirasi melalui pengeras suara.

"Kami mengecam keras genosida terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar," teriak Ketua Umum PP Hima Persis, Nizar Ahmad Saputra.

Nizar mendesak PBB un­tuk mengisolasi pemerintah Myanmar, sekaligus memutus segala bentuk kerjasama dengan pemerintah tersebut.

"Kami mempersilakan Kedubes Myanmar di Indonesia agar angkat kaki ke negaranya, dengan misi menyelesaikan ke­manusiaan di tanah kelahirannya sendiri," tegas Nizar.

Selain itu, dia menyarankanagar Pemerintah Indonesia secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan pemerintah Myanmar.

Setelah beberapa menit ber­orasi, puluhan mahasiswa yang semula berdiri secara tertib, mencoba merangsek mendekati Gedung Kedubes Myanmar. Namun, aksi mereka dihadang petugas kepolisian. Sempat terjadi ketegangan dan saling dorong antara polisi dengan mahasiswa. Tapi, aksi tersebut direspon santai oleh puluhan polisi yang mengawal aksi.

"Ayo tersenyum. Ini adik-adik kita. Tidak boleh pakai kekerasan," saran Kapolsek Menteng, Ronald Ardianto Purba di lokasi, kemarin.

Aksi dorong-dorongan antara mahasiswa dan polisi tidak berlangsung lama. Tak lama ke­mudian, perwakilan mahasiswa diterima kedutaan Myanmar un­tuk berdiskusi selama 15 menit. Hasilnya, mereka meminta agar pemerintah Myanmar menghen­tikan tindakan genosida kepada etnis Rohingya.

Sebelum bubar, para maha­siswa terlebih dahulu melakukan solat goib untuk mendoakan jenazah-jenazah etnis Rohingya. "Ayo kawan-kawan, kita lak­sanakan solat jenazah untuk saudara-saudara kita yang diban­tai di Myanmar," ujar salah satu pendemo. Usai sholat jenazah, mereka lantas membubarkan diri secara tertib.

Sebelumnya, pada pagi hari, ratusan perempuan menggelaraksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar. Massa yang me­namai dirinya Sahabat Muslim Rohingnya ini, mengutuk kek­erasan yang menimpa ribuan etnis Rohingya. Tidak lupa, mer­eka membawa berbagai poster berisikan pesan pembelaan ter­hadap etnis Rohingya yang ditin­das di Rakhine, Myanmar.

Salah seorang peserta aksi, Nita menyatakan, massa yang menggelar demo di Kedubes Myanmar, berasal dari berbagai majelis taklim dan ormas di Jabodetabek.

"Kami ada 1.000 orang lebih yang datang. Semuanya perem­puan," ucap wanita yang men­genakan jilbab panjang ini.

Nita mengatakan, etnis Rohingya juga berhak hidup damai dan merdeka di tanah kelahiran­nya sendiri. Sehingga, tindakan kekerasan yang berujung pem­bantaian oleh rezim militer dan masyarakat sipil itu, sebagai bentuk genoside.

"Mereka manusia. Tidak bisa dilempar ke sana kemari, lalu ditembaki dengan kejam. Yang membantai itu tidak punya hati," ujar Nita sembari terisak.

Seperti itulah suasana di depan Gedung Kedubes Myanmar be­lakangan ini. Menurut Kapolsek Menteng, Ronald Ardianto Purba, demo di depan Kedubes Myanmar akan berlangsung setiap hari hingga Kamis mendatang.

"Kami sudah terima infonya, Kamis nanti yang agak besar demonya," tandas Ronald.

Menurut Ronald, penjagaan terhadap Kedubes Myanmar mulai diperketat sejak bentrok senjata antara militan Rohingya yang menyerang pos polisi dan pangkalan militer sepekan lalu.

Selain itu, kata Ronald, ada polisi yang ditugaskan menjaga area Kedubes Myanmar secara bergantian. Pengamanan dilaku­kan untuk mengantisipasi pihak yang tidak bersimpati terhadap Myanmar, baik perorangan atau kelompok.

"Juga antisipasi terhadap aset-aset milik Kedubes Myanmar. Saya kira akan ada yang tidak simpatik," ujar Ronald.

Menurut Ronald, pengamanan tersebut lazim dilakukan kar­ena kedubes, rumah ataupun kantor, adalah tanggung jawab Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Pamobvit) Polda.

"Kami, Polsek juga memiliki tanggung jawab. Jangan sampai obyek-obyek vital diplomat as­ing mengalami gangguan. Itu sudah protap," tandasnya.

Kendati demikian, Ronald ber­harap, tidak akan ada ancaman yang berarti terhadap Kedubes Myanmar. Sebab, masyarakat Indonesia patuh terhadap tata tertib.

Latar Belakang
Polisi Lihat Api Di Teras Belakang Dan Temukan Botol Bir Bersumbu

 Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar, Menteng, Jakarta Pusat dilempar bom molotov pada Minggu (3/9) dini hari.

Tapi, botol yang mengeluarkan kobaran api itu segera dipadamkan polisi yang sedang berjaga. Sehingga, kejadian tersebut tidak sampai menimbulkan korban luka.

Aksi pelemparan molotov tersebut diduga ada kaitan denganaksi pembantaian terhadap etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar oleh militer Myanmar. Ketegangan juga terjadi antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk dari etnis lain, menim­bulkan kekerasan sektarian yang menelan banyak korban jiwa.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pelemparan molotov ke Kedubes Myanmar, terjadi pukul 02.35 WIB. Saat itu, Bripka Tafsiful yang sedang patroli di Jalan Yusuf Adi Winata, tepatnya di belakang Kedubes Myanmar melihat api di teras belakang lantai dua. Kemudian, Tafsiful memberitahukan kepada Bripka Rusdi yang berjaga di depan Kedubes Myanmar.

Selanjutnya, Bripka Rusdi dan Brigadir Budiyanto dari Brimob Polda Metro Jaya menuju ke sum­ber api di teras belakang lantai dua gedung Kedubes Myanmar. Setelah api dipadamkan Budiyanto, akhirnya ditemukan pecahan botol bir yang ada sumbunya.

Argo mengatakan, kepolisian telah memeriksa CCTV dan enam saksi. Di antaranya adalah Bripka Tafsiful dan Aiptu Gunarto yang merupakan anggota Polsek Menteng. Kemudian, Bripka Fajar dari anggota Pam Obvit Polda Metro Jaya, dan petugas keamanan Kedutaan Besar Myanmar Idup Maswapi.

Argo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan pelaku menggunakan mobil atau sepedamotor saat penyerangan di Kedubes Myanmar. "Seluruh infor­masi itu diterima untuk pengem­bangan," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, polisi juga sedang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengumpulkan barang bukti. Di antaranya molotov berupa botol dan sumbu minyak, serta rekaman kamera CCTV.

"Kami ngecek, apakah ada barang bukti lain selain molotov itu," ujarnya.

Terpisah, Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, kepoli­sian belum menemukan siapa pelaku penyerangan molotov di Kedubes Myanmar. "Ini dikategorikan kejahatan serius," ujar Martinus di Mabes Polri.

Alasannya, menurut Martinus, pelaku sengaja menargetkan gedung kedutaan besar seba­gai sasaran serangan. Padahal, kedubes adalah negara yang secara faktanya di wilayah kita.

"Ruang-ruang daerah kedubes adalah sebuah negara, sehingga ini terjadi sebuah penyerangan terhadap negara," ucapnya.

Untuk itu, Martinus menegas­kan, kepolisian akan mengusut tuntas aksi penyerangan ini dan menemukan pelakunya.

"Ada enam orang yang diperiksa, kemudian ini masih terus digaliinformasi-informasi yang terkait," pungkasnya.

Sebagai latar, aksi pembantaian oleh militer Myanmar bermula ketika 150 gerilyawan Rohingya yang bersenjatakan pisau dan bom buatan, menyerang sekitar 30 pos polisi di Rakhine Utara, Jumat (25/9). Akibatnya, 32 orang tewas dari kedua belah pihak.

Selanjutnya, militer Myanmar menghanguskan desa-desa dan membunuhi warga Rohingya, tidak peduli wanita atau bayi. Selain itu, rezim Suu Kyi juga menutup akses masuk bagi jurnalis ke Rakhine untuk melapor­kan keadaan di sana.

Pengawas internasional juga dilarang memantau kondisi Rohingya. Sehingga, sulit diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas akibat pembantaian tersebut. Mereka yang menjadi korban keberingasan militer Myanmar, memilih mengungsi ke negara terdekat, yaitu Bangladesh. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA