Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mobil Bos First Travel Tampak Mencolok Di Kantor Bareskrim

Berwarna Putih Dan Dikelilingi Garis Polisi

Rabu, 16 Agustus 2017, 09:24 WIB
Mobil Bos First Travel Tampak Mencolok Di Kantor Bareskrim
Foto/Net
rmol news logo Penyidikan kasus penipuan calon jamaah umrah yang diduga dilakukan perusahaan biro perjalanan First Travel terus bergulir. Bareskrim Polri menyita tiga mobil milik bos First Travel.
 
Bareskrim juga menyita tiga mobil lainnya yang diduga milik First Travel. Enam mobil tersebut kini terparkir persis di depan Markas Bareskrim Polri, Gedung Surachman Tjokrodi Surjo, Komplek Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Gambir, Jakarta Pusat.

Mobil-mobil tersebut tampak mencolok dibanding mobil-mobil lainnya yang berada di gedung tersebut. Karena, selain di parkir di bagian paling depan, enam mobil yang empat di antaranya berkelir putih itu, dipasangi garis polisi. Garis polisi tak putus mengelilingi enam mobil tersebut.

Dari luar, tak ada yang istime­wa dari enam mobil tersebut, se­lain fakta bahwa tiga di antaran­ya merupakan mobil berharga di atas Rp 500 juta. Ketiga mobil tersebut yakni, VW Caravelle bernomor polisi (nopol) F 805 FT, Mitsubishi Pajero Sport nopol F 111 PT, dan Toyota Velfire nopol F 777 NA.

Dari nopolnya, mobil-mobil tersebut tampaknya jadi kend­araan yang dipakai sehari-hari oleh bos First Travel, Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Desvitasari. Mereka disebut ber­domisili di perumahan mewah di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Tiga mobil itu diparkir berdekatan. Sementara tiga mobil lainnya, yang diduga mobil operasioanal First Travel yakni, Daihatsu Sirion putih nopol B 288 UAN, Toyota Avanza Silver nopol B 1886 UZH dan Innova nopol B 1866 URD, diparkir di sisi sebelahnya. Beberapa hari parkir di luar ruangan, mobil-mobil itu pun mulai berdebu.

Salah seorang petugas yang menolak disebut identitasnya di lokasi mengatakan, mobil-mobil itu telah berada di tempat tersebut beberapa hari terakhir. "Iya, sejak Sabtu mobilnya. Ada enam mobil," kata sang petugas, singkat.

Kasubdit V Jattanwil Bareskrim Polri Komisaris Besar Dwi Irianto menyatakan, selain menyita sejumlah dokumen, polisi juga mengamankan beberapa unit mobil. "Kendaraan kita amankan di kantor. Ini kita masih inventari­sir data dulu ya," ucapnya.

Sebelumnya, Dwi mengaku cukup kesulitan mengumpulkan barang bukti karena jumlahnya yang cukup banyak. "Saking banyaknya jumlah data itu, kita kesulitan, makanya minta ban­tuan staf First Travel," terang perwira menengah tersebut.

Terpisah, Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Herry Rudolf Nahak membenarkan, pihaknya telah menyita enam unit mobil milik bos First Travel tersebut. Dia mengatakan, penyidik telah menjejerkan keenam mobil tersebut dengan memberikan garis polisi. "Iya benar, punya First Travel," ujar Herry.

Ia menuturkan, kepemilikan enam unit mobil tersebut tidak seluruhnya atas nama dua bos First Travel. Menurut Herry, di antara enam unit mobil tersebut ada yang diatasnamakan milik perusahaan, alias First Travel.

"Ada yang atas nama pribadi dan perusahaan," ujar jenderal polisi bintang satu itu.

Kini, Andika dan Anniesa su­dah ditetapkan sebagai tersang­ka. Perusahaan dianggap menipu calon jemaah yang ingin melak­sanakan umrah. Kepolisian juga menahan Andika dan Anniesa. "Jadi mereka itu (pelaku) sudah tidak mampu lagi mengembali­kan kerugian," tambah Herry.

Herry menambahkan, saat ini penyidik Bareskrim masih mendalami keterangan pasutri itu dalam bisnis yang merugikan calon jemaah ini. Saat ini, pe­nyidik Bareskrim telah menyita delapan rekening.

"Saldonya ada kurang lebih Rp 1,3 juta. Saya belum bisa jawab aliran dana di rekening itu ke mana," sebutnya.

Dia menjelaskan, pasangan suami istri itu dijerat pasal ber­lapis, mulai 372 dan 378 KUHP tentang penipuan dan pengge­lapan serta UU Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

"Saya kira otomatis itu TPPU, kami akan melakukan tracking pada rekening-rekening, dana-dana yang kemudian lari, pada aset. Pasti kami lakukan pengembangan," jelasnya.

Kepolisian, sambung Herry, juga memperhitungkan 35 ribu orang yang tak kunjung diberangkatkan meski telah memba­yar sejumlah uang ke First Travel. Beberapa modus dijadikan sebagai alasan.

"Pertama, karena tidak bisa berangkat, akhirnya ditawarkan ada carter pesawat," jelasnya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto pun turut membenarkan, pihaknya me­nyita sejumlah mobil setelah menggeledah beberapa lokasi. Dia bilang, saat ini, mobil-mobil tersebut merupakan aset yang tercatat milik pasangan suami istri tersebut.

Namun, Setyo mengaku tidak mengetahui persis jumlah mobil tersebut. Selain itu, penyidik juga menyita sejumlah dokumen terkait pemberangkatan jemaah umrah ke Tanah Suci. "Termasuk sekian ribu paspor yang dia­mankan," tandas Setyo.

Ribuan paspor itu disita untuk dijadikan salah satu bukti dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan ini. Dia memasti­kan, paspor itu akan dikemba­likan setelah proses klarifikasi selesai. "Saya imbau masyarakat yang paspornya masih di First Travel, mohon waktu karena masih diklarifikasi, masih dicek," ucap Setyo.

Selain mengamankan mobil, penyidik juga telah menggele­dah beberapa kantor First Travel. Pada penggeledahan kantor First Travel di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, polisi mengamankan berkas dan dokumen serta mobil pemilik kantor.

Selain di Cimanggis, polisi juga telah menggeledah kantor First Travel yang beralamat di Green Tower, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Selain itu, pe­nyidik juga menggeledah rumah pemilik agen perjalanan itu di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Latar Belakang
Bos First Travel Kerap Mengumbar Kehidupan Glamor

Sempat Hidup Susah

Hidup mewah bergelimang har­ta dan bisa jalan-jalan ke luar negeri, itulah yang dirasakan pasutri bos biro perjalanan umrah First Travel Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan. Mereka kerap mengunggah foto-foto saat sedang liburan ke beberapa negara di Eropa.

Namun setelah Andika dan Anniesa ditetapkan sebagai ter­sangka penipuan, penggelapan serta tindak pidana pencucian uang terkait penyelenggaraan perjalanan umrah First Travel, mungkin kehidupan mewah mereka tidak akan terlihat lagi. Kini, pasutri tersebut berada di Rumah Tahanan Polda Metro Jaya, dengan status tahanan titi­pan Bareskrim Mabes Polri.

Kuasa hukum Andika dan Anniesa, Deski menyebut, tidak ada uang calon jemaah First Travel yang dipakai kliennya untuk liburan.

"Kalau dibilang, jangan-jangan uang jemaah dipakai? Wajarlah, keuntungan dia ada. Selama berdiri 7 tahun memang cari, makanya di situ. Tapi kalau uang jemaah dipakai, saya rasa enggak," bela Deski.

Tidak hanya gaya hidupnya yang glamor, tapi hunian pasutri bos First Travel itu juga mewah. Andika dan Anniesa mempunyai rumah mewah di perumahan Sentul City, Bogor, Jawa Barat. Kini, rumah tersebut sudah diberi garis polisi.

Rumah mewah bak istana den­gan cat warna putih itu, berdiri di lahan tanah berbentuk seperti seperempat potongan pizza. Di bagian halaman depan terdapat tiga pintu gerbang, tepatnya dua di sisi kiri dan kanan, satu lagi di bagian tengah.

Menurut warga sekitar, Marbun, sebelum terdengar ramai pemilik rumah ditangkap polisi, warga sering melihat berbagai jenis mobil mewah parkir. Mobil mewah tersebut terkadang parkir di depan pintu gerbang.

"Pemilik rumah punya petu­gas keamanan khusus yang berjaga selama 24 jam," kata Marbun, warga yang rumahnya masih satu komplek dengan bos First Travel itu.

Tak hanya itu, kata dia, berba­gai mobil mewah seperti Mercedes Benz sport, Hammer, Rubicon, hingga Pajero kerap kali keluar masuk dari rumah yang memiliki tiga garasi berukuran besar itu. "Mobilnya banyak, mewah-mewah semua. Saya kira dia itu pejabat, soalnya rumahnya mewah banget," ujarnya.

Warga juga mengaku belum pernah sekali pun melihat tam­pang Andika yang saat ini di­tahan Bareskrim Polri. "Saya be­lum pernah lihat orangnya yang mana, lagian di rumah itu yang jaga banyak," ucap Marbun.

Selain menjadi bos di perusahaannya sendiri, Anniesa juga dikenal sebagai salah satu desainer pakaian Tanah Air. Bahkan, busana rancangannya telah dipamerkan di beberapa negara. Namun, sebelum hidup mewah, hidup pasangan suami istri itu serba sulit. Anniesa bahkan mengaku hanya makan mie instan dicampur nasi.

"Saya buat mie, satu atau dua tapi airnya dibanyakin. Kita se­mua ngariung, mie itu dimakan bareng adik-adik saya," cerita Anniesa, pada satu kesempatan.

Usaha mereka pun sering mengalami kegagalan dan malah dicemooh. Hoki pasangan ini naik setelah beberapa instansi menggunakan jasa mereka se­bagai agen umroh. Dari sana, order mulai berdatangan hingga akhirnya mereka bisa menye­wa gedung di kawasan Radar AURI, Depok, Jawa Barat se­bagai kantor pusat, yang akhirnya dibeli dan menjadi milik pribadi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA