Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dibanding 2016, Terminal Pulo Gebang Lebih Ramai

Arus Balik Lebaran

Senin, 03 Juli 2017, 10:13 WIB
Dibanding 2016, Terminal Pulo Gebang Lebih Ramai
Foto/Net
rmol news logo Sebanyak 11.178 penumpang yang sebagian besar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sampaidi Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur pada H+6 Lebaran 2017. Data tersebut tercatat hingga kemarin sore.

"Paling sibuk dari jam satu pagi, tapi ini nanti masih terus bertambah," ujar petugas jaga Terminal Pulo Gebang Badman Harahap.

Sebanyak 11.178 penumpang tersebut, diangkut 467 bus. Selain dari daerah Jawa Tengah sep­erti Solo, Wonogiri, Semarang, Tegal, Brebes dan Jawa Timur seperti Surabaya, Nganjuk dan Madiun, penumpang juga be­rasal dari daerah Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Cirebon, Indramayu dan Kuningan.

Badman menuturkan, jumlah pemudik melalui Terminal Pulo Gebang tahun ini lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Itu karena Terminal Pulo Gebang te­lah diresmikan sebagai terminal utama. "Tahun kemarin, termi­nal ini masih bantuan, sekarang sudah diresmikan jadi terminal utama," tuturnya.

Ia memperkirakan, seminggu ke depan masih terdapat arus penumpang yang besar dari daerah-daerah asal tersebut. Ada pun kedatangan penumpang ke Terminal Pulo Gebang terus meningkat dari H+1 sebanyak 2.649 penumpang dengan 185 bus, H+2 5.644 penumpang dengan 298 bus, H+3 7.238 penumpang dengan 339 bus, H+4 8.375 penumpang dengan 372 bus dan H+5 sebanyak 9.795 dengan 444 bus.

Pada Jumat siang (30/6), ter­catat 4.866 pemudik sampai di terminal yang terletak di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur ini. Jumlah tersebut menga­lami peningkatan dari hari-hari sebelumnya.

Pantauan Rakyat Merdeka, setiap 15 menit, beberapa bus menurunkan penumpang di pintu kedatangan Terminal Pulo Gebang. Rata-rata penumpang membawa keluarga inti, bapak, ibu dan anak-anaknya.

Hari itu, ruang tunggu keda­tangan masih lengang, meski bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) bolak-balik menurunk­an penumpang. Penumpang bus cenderung tidak berlama-lama di ruang kedatangan. Mereka lang­sung turun ke bawah ruangan ini untuk meninggalkan terminal.

Di ruang tunggu kedatan­gan, para penumpang disambut beberapa posko yang disedia­kan pengelola. Di antaranya Posko dan Pusat Informasi Unit Pengelola Terminal (UPT) Pulo Gebang. Selain itu terdapat posko kesehatan.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan, penumpang yang tiba di terminal mengalami peningkatan. H+1 sebanyak 2.649 orang. H+2 sebanyak 5.644 orang. H+3 mencapai 7.238 orang. "Sampai Jumat siang, tercatat 243 bus dengan 4.866 penumpang yang sampai di ter­minal kedatangan," kata petugas operasional Dinas Perhubungan DKI Firman Firdaus di Terminal Pulo Gebang.

Menurut Firman, jumlah pen­umpang kembali semakin men­ingkat sejak hari kedua Lebaran. Dia pun memprediksi, arus penumpang akan padat sampai beberapa hari ke depan.

"Siang ini saja jumlah pen­umpang yang tercatat di terminal kedatangan sudah lebih seten­gahnya dari kemarin," ujarnya pada Jumat lalu.

Siang itu, mayoritas penump­ang datang dari Jawa Tengah dan Banten. "Bus ramai datang biasanya dini hari sampai subuh. Kalau siang begini memang ada beberapa bus yang sampai dari timur," jelasnya.

Menghadapi puncak arus ba­lik, lanjut Firman, Terminal Pulo Gebang menyiapkan petugas keamanan 24 jam untuk menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang. Petugas keamanan ini terdiri dari gabungan polisi,Satpol PP, TNI dan Dinas Perhubungan DKI.

"Kalau di dalam terminal Insya Allah aman. Belum ada laporan orang ditodong dan dijambret selama musim mudik ini," ucap Firman.

Senada, Komandan Regu Dinas Perhubungan Terminal Pulo Gebang Anwar Mansyur mengatakan, peningkatan penumpang arus balik di terminal terjadi padadini hari. Masyarakat tumpah ruah di pintu kedatangan hingga sekira pukul lima pagi.

"Jam dua pagi, jam empat pagi, dan jam lima pagi, itu puncaknya," jelas Anwar.

Dia menyebut, bus yang da­tang pagi biasanya berangkat dari daerah asal sehari sebel­umnya. Hanya sedikit bus yang tiba di Pulo Gebang pada siang hari, baik dari jarak jauh atau jarak dekat.

"Rute pendek dari Pekalongan, Purwokerto, Tegal Sari, Kuningan, Tasikmalaya. Kalau dari Jawa Timur atau Jawa Tengah kebanyakan subuh tiba," jelas Anwar.

Bus yang datang siang hari, menurutnya, karena keberangkatandari terminal asal tertunda. Ada juga yang terjebak macet di se­jumlah titik. "Bisa saja tertunda, atau memang ada hal lain selama perjalanan," tutur Anwar.

Wawan, salah seorang sopir bus yang baru mengantarkan penumpang mengatakan, jumlah penumpang meningkat. Namun, tidak semuanya turun di Pulo Gebang.

"Beberapa sudah turun di jalan. Ini kita laporkan juga berapa yang turun di terminal dan berapa yang di jalan," kata Wawan.

Di tempat sama, Seifudin menginjakkan kakinya di ter­minal yang disebut terbesar se-Asia Tenggara itu. Turun dari bus Menara Jaya, Sefudin menuju pintu 12 terminal terse­but. Awan mendung menyambut kedatangannya.

Namun, Seifudin tak lang­sung bergegas melanjutkan perjalanan. Pemuda tersebut terlebih dahulu menuju ruang tunggu kedatangan terminal di lantai dua. Dia menunggu rekannya yang sedang pergi ke kamar kecil.

Hari itu, merupakan pertama kalinya Seifudin menginjakkankakinya di Ibukota. Baru per­tama kali menginjakkan kakidi Terminal Pulo Gebang, Seifudin mengutarakan pujiannya. Menurutnya, terminal tersebut bagus. Meski begitu, ada sejum­lah kekurangan yang menjadi catatannya.

"Saya sih bagus lihatnya. Tapi kekuranganya mungkin angku­tan ke tujuan selanjutnya yang belum banyak. Tapi, mungkin juga karena saya belum nyari-nyari alternatif yang lain. Ini saya mau nyari dulu," ujarnya.

Bukan kali ini saja dia merantau dari kampungnya di Indramayu, Jawa Barat. Sebelumnya, dia pernah bekerja di bilangan Serpong, Tangerang, Banten, medio 2014-2016.

"Ya, saya baru kali ini di Jakarta, sebelumnya pernah dua tahun kerja di Serpong. Kerja di ru­mah makan gitu," ucap Seifudin.

Dia mengatakan, perjalanan­nya kali ini untuk bekerja di Rawamangun, Jakarta Timur. Di Rawamangun, Seifudin akan bekerja di perusahaan katering. Seorang tetangganya di Indramayu mengajaknya bekerja di perusahaan tersebut.

"Sehabis kerja di Serpong sempat pulang kampung setahun, terus kemarin pas Lebaran teman ngajakin ke Jakarta. Lumayan untuk tambahan, daripada di kampung jadi pengangguran," tuturnya.

Latar Belakang
Pulo Gebang Telan Dana Rp 450 Miliar

Pembangunan Terminal Terpadu

Sempat tertunda beberapa kali, akhirnya Terminal Terpadu Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, diresmikan pada akhir Desember 2016.

Terminal ini disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dan digadang-gadang punya fasilitas terlengkap. Terminal ini dibangun untuk menggan­tikan fungsi Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur yang sudah tidak layak.

Selain itu, Terminal Pulo Gebang juga ditargetkan meng­hilangkan terminal bayangan di Jakarta yang selama ini menjadi salah satu penyebab kemacetan, serta menyediakan fasilitas transportasi yang nyaman, aman, dan aksesibel.

Terhitung mulai akhir Januari 2017, seluruh bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), kecuali tujuan Jawa Barat, diwajibkan masuk ke terminal yang pemban­gunannya menelan dana hingga Rp 450 miliar itu, untuk aktivitas naik dan turun penumpang.

Pada awal pengoperasiannya, sejumlah pengguna maupun perusahaan otobus (PO) sempat mengeluh. Keluhan itu pula yang menyebabkan terminal tersebut sepi. Namun belakangan,Terminal Pulo Gebang mulai ramai. Terlebih pada musim arus mudik dan balik Lebaran 2017.

Kendati begitu, persoalan klasik di teminal bus yang mem­buat penumpang tidak nyaman, masih tetap ada di Terminal Pulo Gebang, yakni percaloan tiket. Calo bahkan sudah mu­lai menawarkan jasanya sejak calon penumpang turun dari kendaraan yang mengantar ke terminal tersebut.

Ada pula yang berseragam PO. Jika calon penumpang menolak, karyawan PO memang meninggalkannya. Tapi, tak ber­selang lama, petugas PO berser­agam lainnya, mendatangi calon penumpang untuk menawarkan hal yang sama. Mereka tampak lebih agresif kepada calon pen­umpang yang terlihat bingung.

Selain di pintu masuk ter­minal, keberadaan orang-orang berseragam resmi PO tampak di ujung eskalator menuju lantai Mezzanine. Di lantai ini, mereka mengikuti calon penumpang. Bahkan, ada yang setengah me­maksa. Hal tersebut seperti yang dialami Rakyat Merdeka.

"Mau kemana, Mas? Coba tunggu, sini ditanya aja dulutujuannya mau kemana," ucap priayang mengenakan seragamterse­but, sambil mengikuti langkahkami sejauh sekitar 10 meter.

Untuk mengantisipasi calo, pengelola telah menyediakan anjungan tiket mandiri untuk calon penumpang membeli tiket. Anjungan tiket mandiri di Terminal Pulo Gebang menempatiarea seluas kira-kira 10x4 me­ter. Lokasinya tak jauh dari pintu masuk menuju terminal keberangkatan. Di anjungan tersebut terdapat empat buah layar monitor.

Namun dari pantauan pa­da Ramadan lalu, empat buah monitor anjungan tiket mandiri mangkrak, tak bisa digunakan. Kabel-kabel layar pun tidak ada yang tersambung dengan sumber listrik. Hanya sekitar tiga meter dari monitor-monitor tersebut, tampak enam buah layar tele­visi model LED yang juga mati. Anjungan tersebut dijadikan calon penumpang sebagai tem­pat menunggu keberangkatan maupun tempat beristirahat, atau tidur-tiduran.

Daryono, salah seorang calon penumpang di terminal terse­but mengaku kurang nyaman dengan tindakan calo maupun pegawai PO dalam mencari penumpang. Bahkan, dia men­gaku mesti berjalan agak cepat, menghindar dari 'kejaran' calo maupun petugas PO yang me­nawarkan tiket.

"Sebenarnya sudah cukup nyaman, adem, aman, tak serawan seperti waktu di Pulo Gadung. Tapi tetap saja, calo selalu ada, bikin tak nyaman. Apalagi, kalau mereka sampai memaksa, kita seperti dikejar-kejar," katanya saat ngobrol.

Dia berharap, hal tersebut segera diperbaiki. Selain itu, Daryono menginginkan agar anjungan tiket mandiri segera difungsikan. "Biar tak antre lagi beli tiket, dan calon penumpang bisa terhindar beli tiket dari calo yang harganya lebih mahal," harap pemudik tujuan Pemalang, Jawa Tengah itu.

Di tempat sama, Astuti, pe­mudik tujuan Wonosobo, Jawa Tengah, mengaku fasilitas pen­dukung terminal modern itu sudah cukup baik. "Gedungnya ber-AC dan cukup bersih. Jadi mau menunggu agak lama pun masih cukup nyaman," kata warga Tambun, Bekasi, itu.

Terkait pekerja PO maupun calo yang seperti memburu penumpang, Astuti menyebut hal itu bisa diperbaiki dengan memperbanyak loket, dan sistem tiket online.

"Mudah-mudahan semakin baiklah pelayanannya. Biarkan calon penumpang yang memilih sendiri kendaraan yang akan ditumpangi, tak seperti dikejar-kejar," ucapnya.

Padahal sebelumnya, Kepala Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga menyatakan, e-ticketing akan berlaku efektif pada ang­kutan Lebaran 2017. "Pemberlakuan e-ticketing ini menjadi bagian dari kepedulian pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kepada pemudik Lebaran," tuturnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA