Mentan: Tebu Rawa Adalah Masa Depan Pergulaaan Nasional

Optimis Swasembada 2019

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Senin, 22 Mei 2017, 17:44 WIB
rmol news logo Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis Indonesia mampu mewujudkan swasembada gula putih pada tahun 2019.

Hal itu dikatakan Mentan saat berkunjung ke perkebunan tebu milik PT. Pratama Nusantara Sakti di Sungai Menang, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (22/5).

Di PT PNS, Mentan panen raya tebu dan meresmikan pabrik gula. Pabrik gula ditargetkan beroperasi tahun 2018 guna meningkatkan produksi gula nasional.

Mentan mengatakan, model pengembangan tebu PT PNS di lahan rawa merupakan terobosan baru dan pertama kali dikembangkan di Indonesia. Dengan demikian, lahan rawa menjadi masa depan pergulaan Indonesia yang ramah lingkungan.

"Sampaikan pada dunia, masa depan pergulaaan ada di lahan rawa dan ramah lingkungan," ujar Mentan di sela kunjungan di lahan tebu yang merupakan lahan rawa.

Ia menjelaskan, pengembangan tebu di lahan rawa memiliki potensi produksi yang tinggi dan biaya yang relatif rendah karena kebutuhan air mudah terpenuhi. Selain itu, pengangkutan tebu menggunakan transporasi sungai yang rendah biaya dan sedikit menghasilkan CO2 sehingga tidak merusak lingkungan.

"Total lahan rawa Indonesia mencapai 21 juta hektare dan 8 hingga 10 juta hektare yang sudah bisa digarap atau ditanami tebu. Indonesia dapat optimalkan 1 hingga 4 juta ha saja dapat terlepas dari impor bahkan melakukan ekspor," ungkapnya.

Mentan mengungkapkan sampai saat ini terdapat empat pabrik gula yang sudah berjalan dan tujuh pabrik sedang dibangun sehingga totalnya terdapat 11 pabrik gula di Indonesia.

Menurutnya, jika semua pabrik gula ini bergerak atau optimal produksi gula, maka di tahun 2019 untuk gula putih (white sugar) bisa swasembada. Sementara gula rafinasi paling lambat swasembada dapat diwujudkan lima tahun ke depan dari sekarang.

"Kami fokus mendorong tebu. Kami dorong investasi di bidang gula. Sudah ada empat pabrik gula yang jalan. Kalau ini bergerak semuanya, tidak ada lagi cerita impor," ungkapnya.

Mentan menyebutkan Kebutuhan gula putih Indonesia mencapai 2,7 juta per tahun atau 225 ribu ton lebih per bulan. Kemudian kebutuhan gula rafinasi untuk industri 3 juta ton per tahun sehingga total kebutuhan mencapai 5,7 ton per tahun. Sementara produksi nasional masih bergerak 2,2 sampai 2,6 juta per tahun.

"Untuk itu, dengan adanya pemanfaatan lahan rawa untuk tanam tebu, produksi gula dalam negeri akan meningkat dan impor semakin berkurang bahkan kita stop impor. Kita bisa lakukan ekspor," tegasnya.

Lebih lanjut Mentan menekankan pemerintah tidak hanya fokus pada peningkatan produksi melalui pengembangan pabrik gula. Akan tetapi, meningkatkan juga pendapatan petani dengan menjaga stabilitas harga jual tebu.

"Pabrik kita bangun, kami pun tetap jaga harga tebu petani sehingga pendapatan petani meningkat. Harga tebu petani telah diatur oleh Harga Patokan Perintah. Sehingga, pengembangan pabrik gula merupakan upaya untuk memotong rantai pasok agar harga gula di pasaran stabil," tukasnya.

Untuk diketahui, pengembangan tebu PT PNS di OKI dimulai sejak tahun 2012 dengan luas tanam 4.000 hektar. Target luas tanam di tahun 2017 sebesar 8.700 hektar. Sementara target di tahun 2019 mencapai 20.000 hektar dengan poduksi diperkirakan mencapai 10.000 ton tebu per hari.

Produktivitas tebu di lahan rawa ini mencapai 80 ton per hektar. Panen dilakukan pada bulan Maret, September dan Oktober dengan cara semi mekanikal. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA