Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jelang Ramadan, Harga Komoditas Pangan Stabil

Di Pasar Induk Beras Cipinang Dan Pasar Induk Kramat Jati

Kamis, 18 Mei 2017, 11:27 WIB
Jelang Ramadan, Harga Komoditas Pangan Stabil
Foto/Net
rmol news logo 10 hari jelang puasa Ramadan, harga komoditas pangan cenderung stabil. Beberapa komoditas utama seperti beras, cabe, dan bawang merah tidak mengalami kenaikan.

Pantauan Rakyat Merdeka di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta Timur, kemarin, beras eceran tertinggi dijual seharga Rp 12 ribu per kilogram. Jenis berasnya IR 42 Pera. Agen beras di pasar tersebut pun mengung­kapkan berbagai alasan stabilnya harga beras.

Di kios Delapan Mas Kaki, di Blok No 18, Pasar Induk Cipinang, Teddy sang pemilik kios tersebut memperhatikan dengan seksama pekerjaan anak buahnya. Hari itu, sebuah truk melakukan bongkar muat di depan kiosnya yang berukuran lebar depan sekitar 7 meter.

Beras-beras yang diturunkan dari truk langsung ditumpuk di dalam kiosnya. Tampak ada sekitar 18 tumpukan karung beras di dalam kiosnya. Lima orang pekerja ikut membantu menurunkan beras-beras tersebut. Tiap karung beras yang masing-masing berukuran berat 25 kilogram (kg) dicek dengancara ditusuk menggunakan tongkat besi yang dibolongi di tengahnya.

Beras-beras di toko Teddy dipasok dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Mayoritas dari Jawa Barat. "Tapi, saya juga bikin jenis beras sendiri. Maksudnya, beras yang sama, tapi kualitas berbeda," jelas Teddy di ruang kerjanya yang berada di dalam kios beras tersebut.

Teddy mengatakan, hingga 10 hari menjelang Ramadan, harga beras masih stabil. "Pasokannya semua stabil. Plus minus naik turunnya paling Rp 100. Kayak kemarin saya punya, saya jual Rp 9.500 sekarang Rp 9.600, enggak kayak cabe begitu, ngaget-ngagetin," ujarnya.

Menurut pria berdarah Tionghoa itu, beras termasuk komoditas yang tidak terlalu sering mengalami fluktuasi harga. Penyebabnya, kalau naik terlalu tinggi, masyarakat pasti akan menjerit. Kalau naiknya terlalu banyak, rakyat menjerit, akhirnya pemerintah harus impor.

"Kalau beras naik turun, yang ditargetkan pemerintah paling banyak naiknya lima persen, dan turunnya juga paling banyak lima persen. Segitu, enggak bisa naik lagi," bebernya.

Namun, kata dia, memang ada jenis beras tertentu yang bisa mengalami kenaikan harga signifikan. Beras jenis itu, sam­bungnya, biasanya dipakai untuk dunia usaha, bukan masyarakat umum. Yakni, beras tertentu yang tidak umum, untuk membuat lon­tong sayur, ketan dan kue.

"Itu enggak umum. Tapi, untuk yang umum, sepanjang masa stabil, dari Januari sekitar lima persen. Plus minusnya lima persen, sesuai harapan pemerin­tah," ucapnya.

Dia menambahkan, untuk bu­lan puasa, biasanya memang ada peningkatan permintaan beras jenis tertentu dari masyarakat. Kata dia, jenis berasnya lebih bagus daripada beras yang biasa dibeli sehari-hari. Untuk bulan puasa atau Lebaran, biasanya yang laku itu yang jenisnya bagus.

"IR 64 yang agak bagusan. Karena buat zakat fitrah dan buka puasa. Jadi, kalau biasanya misalkan beras murahnya laku 50 ton, beras yang agak bagusan30 ton, kalau bulan puasa biasanya imbang," urai Teddy.

Pria yang sudah 20 tahun berdagang beras ini mengaku, tokonya menyediakan beragam harga beras, mulai dari harga Rp 8 ribu sampai Rp 11 ribu per kg. Menurutnya, sejauh ini belum ada peningkatan pasokan dari petani terkait permintaan jenis beras.

Pria yang biasa disapa Koh Teddy itu menyebut, momen Ramadan bagi pedagang beras sepertinya belum tentu mening­katnya penjualan.

"Tidak seperti baju. Malah ka­lau puasa bisa berkurang, karena makan biasa tiga kali jadi sekali atau dua kali. Enggak seperti pakaian, kue," ucapnya.

Selain beras, komoditas cabe dan bawang pun dalam kondisistabil. Hal tersebut tampak berdasarkan pantauan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Hidayat, pedagang cabe di Los G No 141 Pasar Induk Kramat Jati mengungkapkan, cabe rawit merah jenis Blitar, atau kualitas paling bagus dijual seharga Rp 45 ribu per kg. Harga itu, menurut Hidayat sudah stabil selama satu bulan belakangan.

"Saya jual jenis cabe rawit merah Blitar Rp 45 ribu per kguntuk harga eceran kecil. Sementara Rawit merah NTTRp 40 ribu. Tiap hari begitu, selisihnya ada saja sih," kata Hidayat saat ngobrol.

Di lapaknya yang berukuran 3x4 meter, Hidayat menjual beberapa jenis cabe. Antara lain cabe rawit merah Blitar, rawit merah NTTdan cabe ijo jenis tewe. Hidayat memprediksi, jelang bulan puasa justru akan terjadi penurunan. Penyebabnya, karena para pelaku usaha seperti rumah makan, mie ayam atau bakso gerobak banyak yang tidak berjualan.

"Sampai 10 hari puasa malah akan turun lagi. Karena yang biasanya dagang kan nanti pada libur. Konsumen kita paling banyak dari usaha. Mungkin dua minggu atau 10 hari jelang Idul Fitri baru ada peningkatan permintaan," jelasnya.

Tak jauh dari lapak Hidayat, Aat menggelar lapak bawang merah. Sama seperti dua komoditas tersebut, tidak ada perubahan harga yang signifikan pada ko­moditas bawang merah. Pemilik toko Bangkit Jaya itu mengaku tak menaikkan atau menurunkan harga jual dagangannya.

"Enggak ada perubahan har­ga atau permintaan. Sejauh ini, masih sama saja. Bawang merah Brebes kualitas paling bagus saya jual Rp 30 ribu per kilo, sedangkan untuk kualitas sedang sekitar Rp 20 ribu. Tergantung jumlah belinya," tutur pemilik lapak di Blok G No 59-60 ini.

Latar Belakang
Pemerintah Cukup Stok Sampai Puasa

Jelang Ramadan, harga ko­moditas pangan di Tanah Air seringkali mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut ditenga­rai akibat ulah spekulan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan, spekulan di pasar tradisional tidak akan berani menaikkan harga pangan dan bahan pokok saat ini. Sebab, kata dia, pemerintah mempunyai pasokan yang cukup hingga memasuki Ramadan.

"Para spekulan tidak akan berani, karena pemerintah punya stok. Kalau ada penimbunan dari spekulan, stok kita akan gelon­torkan," ujar Enggartiasto.

Pria yang akrab disapa Enggar itu juga meminta kepada dis­tributor untuk memberitahukan kepada pemerintah persedian pa­sokan bahan pokok dan panganyang tersedia. Jika tidak diberi­tahu, maka Mendag mengancam para distributor ini tidak diper­bolehkan berjualan lagi.

"Di luar itu, seluruh distributor, subdistributor, dan agen wajib mendaftar dan menyebut posisi stoknya. Kalau tidak mendaftar dengan baik, nanti kami tidak akan bolehkan berjualan lagi," tegasnya.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan, stok komoditas pangan di pasaran aman jelang Ramadan. Harga pangan di berbagai daerah, menurut Amran, juga cenderung stabil. "Khusus untuk Ramadan, Alhamdulillah, ini tinggal satu dua minggu lagi dan harga masih posisi stabil. Tidak ada alasan harga naik, stok cukup," kata Amran.

Dia menyebut, stok beras yang ada sekitar 2,2 juta ton. Jumlah ini diklaim cukup, bahkan hing­ga 10 bulan ke depan. Selain itu, ketersediaan daging juga dinilai masih mencukupi kebutuhan. "Daging ada tersedia 90 ribu ton, itu setara 300-400 ribu ekor sapi. Ada di Bulog," ucapnya.

Stok gula juga disebutnya ada sekitar 400 ribu ton. Sementara, stok minyak goreng 1,5 juta ton. Amran juga mengklaim pasokanjagung dan bawang merah dalamkondisi aman untuk mencukupikebutuhan. Oleh karena itu, ia mengatakan, tidak perlu ada kekhawatiran harga pangan akan melonjak.

Untuk mengantisipasi lonjakanharga, Amran mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan serta Satgas Pangan untuk menindak oknum-oknum yang mencari ke­untungan lewat kenaikan harga.

"Kalau menaikkan harga, ada Satgas Pangan yang dibentuk. Pasti ditindak tegas. Kami meminta kepada pedagang kecil, menengah, besar, tolong janganmenganggu orang yang mau beribadah di bulan suci Ramadan. Jangan ganggu, karena tidak ada alasan harga naik karena stok kita lebih dari cukup," tuturnya.

Sementara khusus un­tuk wilayah DKI Jakarta, Plt Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat menyatakan, persedian sembako di ibukota, meliputi beras, gula, minyak goreng, dag­ing, sayur-mayur, dan lainnya dalam kondisi cukup. Termasuk untuk menghadapi Ramadan dan Lebaran. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA