Khususnya, jalur-jalur yang bersinggungan dengan penerapan pembatasan tersebut. Seperti di Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Sisingamangaraja dan sebagian Jalan Gatot Subroto.
Hari menjelang gelap, Jumat (2/9). Jam menunjukkan pukul 17.30 WIB. Warga Jakarta, Kusnadi duduk termenung di tempat duduk yang tersedia di Halte Busway Monas, Jakarta Pusat. Wajahnya terlihat letih. Tangan kanannya memegang sebuah tas hitam. "Nunggu Busway ke arah Blok M," ujarnya.
Malam itu, suasana halte Monas cukup padat penumpang. Mereka saling berebutan masuk ke dalam bus yang datang siÂlih berganti lima menit sekali. Namun, banyak dari penumpÂang harus bersabar lebih lama karena bus yang ditunggunya selalu penuh oleh penumpang yang bertepatan dengan waktu pulang kerja.
Di Halte Monas tersedia dua jalur untuk pemberangkatan. Satu jalur untuk arah Pulogadung, Jakarta Timur dan satu jalur arah Blok M, Jakarta Selatan. Kedua jalur telah penuh penumpang. Tidak banyak kursi tersedia di halte, sehingga penumpang harus rela menunggu bus sambil berdiri. Beberapa penumpang terlihat menyender di dinding karena harus menunggu lama.
Kusnadi mengatakan, sebetÂulnya dirinya telah naik Bus Transjakarta di Halte Harmoni menuju Blok M. Namun, karenakondisi penumpang sangat padat dan penuh sesak akhirnya ia memilih turun di halte selanjutnya, yaitu Monas sambil menunggu bus yang lebih kosong.
"Kalau harus berdiri terus sampai Blok M, kan capek," keluh pekerja swasta di bilangan Kota, Jakarta Barat ini.
Kebetulan, pria berumur 35 tahun ini tidak terlalu buru-buru sampai rumah, sehingga bisa mencari bus yang sepi penumpang. "Telat tak apa-apa, yang penting kondisinya busnya koÂsong sehingga nyaman," kata pria yang tinggal di kawasan Melawai, Jakarta Selatan ini.
Sehari-hari, kata pria yang mengenakan kemeja warna putih ini, selalu menggunakan kendaraanpribadi bila ingin berangÂkat ke tempat kerja. "Kebetulan pelat saya ganjil, jadi terpaksa menggunakan busway hari ini," ucap dia.
Dia berharap, armada bus ditambah, sehingga pengguna kendaraan pribadi yang beralih menggunakan Bus Transjakarta bisa nyaman. "Kalau nyaman, saya akan gunakan busway terus," klaim dia.
Senada, keluhan serupa jugadisampaikan Komaruddin. Pegawai swasta di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat ini mengaku setiap hari menggunakan Bus Transjakarta untuk ke tempat kerjanya. "Alhamdulillah, bisa cepat sampai tempat kerja," ujar pria yang tinggal di kawasan Senayan, Jakarta Selatan ini.
Namun, dia mengeluhkan seÂlalu berdiri setiap hari saat naik busway karena tidak pernah keÂbagian tempat duduk. "Apa busÂnya kurang kok selalu penuh?" tanya pria yang mengenakan kemeja warna hitam ini.
Lebih memprihatinkan lagi, keluh dia, petugas sering kali membiarkan bus dalam konÂdisi penuh sesak. Padahal, bisa saja dibatasi jumlahnya dengan menumpang bus berikutnya yang lebih sepi, agar memberikan keÂnyamanan kepada penumpang. "Kondisi bus sudah padat, tapi masih dipaksa masuk, padahal sudah penuh," keluhnya.
Alasan petugas, lanjutnya, kemungkinan agar penumpang tidak menunggu terlalu lama di halte. "Tapi, masalahnya kita di dalam jadi sesak dan sulit bernaÂfas," kritiknya.
Untuk itu, dia berharap, pemÂbatasan ganjil-genap ini menjadi momentum pemerintah memÂperbaiki dan menambah jumlah armada transportasi umum sepÂerti Transjakarta. "Kalau aman dan nyaman, pasti akan banyak pengguna kendaraan pribadi beralih," sebut dia.
Berdasarkan pengamatan, kondisi halte busway yang berÂsinggungan dengan penerapan ganjil-genap tidak selamanya penuh sesak. Halte baru terlihat paÂdat penumpang saat pembatasan diberlakukan di jalan protokol. Yaitu, pukul 07.00-10.00 WIB dan pukul 16.00-20.00 WIB.
Seperti di Halte Monas, Jakarta Pusat yang mulai dipadati penumpang sejak pukul 4 sore. Menjelang malam, jumlah penumpangsemakin penuh seiring waktunya jam pulang kerja.
Kendati demikian, jumlah armada bus yang cukup banyakmembuat penumpang yang beÂrangkat dari Halte Monas bisa duduk tertampung. Namun, berÂjalan menyusuri halte-halte busÂway di sepanjang kawasan Jalan Thamrin dan Sudirman yang merupakan pusat perkantoran, bus padat penumpang. Walhasil, penumpang harus berdesak-desakan di bus.
Namun, saat memasuki Halte Gelora Bung Karno, kondisi bus lebih sepi karena penumpang sudah banyak yang turun. Akan tetapi arah sebaliknya menuju Thamrin, kondisi bus tetap padat penumpang. Mereka harus berdeÂsak-desakan satu sama lain.
Terpisah, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Budi Kaliwono mengklaim, terjadi lonjakan penumpang yang signifikan pada bulan Agustus. Ini bertepatan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI yang menerapkan aturan ganjil genap di sejumlah jalan protokol di ibukota. "Rata-rata ada 374 ribu penumpang setiap hari naik TransJakarta," ujar Budi di Jakarta.
Menurut Budi, jumlah itu meningkat dari rata-rata penumpang harian pada Juni dan Juli sebelumnya, yang umumnya sebanyak 340 ribu penumpang. "Kenaikannya 10 persen, luar biasa," klaim dia.
Demi mengantisipasi lonjakan penumpang, Budi mengatakan, pihaknya sudah memperbanyak armada bus yang dioperasikan pada Koridor I (Blok M - Kota) dan Koridor IX (Pinang Ranti - Pluit). Kedua koridor ini beÂrada di jalan protokol yang menerapkan aturan pembatasan kendaraan berdasarkan pelat nomor polisi ganjil-genap. Yaitu, Jalan Jenderal Sudirman-MH. Thamrin, dan Jalan Jenderal Gatot Subroto.
Dia menambahkan, pihaknya sengaja menambah armada di jalur itu, untuk menyediakan sarana transportasi alternatif bagi warga yang memutuskan naik transportasi umum, saat kendaraan mereka tidak diperbolehkan melintas.
"Sejak aturan ganjil genap, kita sudah tambah armada operasional kita," sebut dia.
Budi menyebut, bila di kedua koridor biasanya ada 850 bus yang beroperasi, kini kedua koridor itu dilayani 1.000 bus. Bus beroperasi penuh saat aturan ganjil genap berlaku, antara pukul 07.00 WIB hingga 10.00 WIB, dan pukul 16.00 WIB sampai 20.00 WIB, setiap Senin hingga Jumat.
Di sisi lain setelah berlaku penambahan armada ini, kata dia, petugas di dalam bus menemukan fenomena menarik, saat beropÂerasi aturan ganjil genap berlaku. Pengguna baru TransJakarta yang sebelumnya memakai kendaraan pribadi heran, karena baru mengeÂtahui tak semua penumpang bisa duduk saat naik bus.
"Ada pengguna baru yang kaget, kok naik TransJakarta berdiri?" sebut dia.
Untuk itu, dia berharap pengÂguna baru bus Transjakarta perlu beradaptasi dengan layanan yang telah beroperasi di Jakarta sejak 2004 ini.
Latar Belakang
Jumlah Penumpang Diklaim Melonjak
Pembatasan kendaraan berdasarkan nomor pelat ganjilgenap, sejak Selasa (30/8), membawa angin segar bagi transportasi umum seperti Bus Transjakarta. Penyebabnya, jumlah penumpang melonjak tajam.
Beberapa bulan sebelum diterapkan, indikasi kenaikan jumlah penumpang sudah terasa. Berdasarkan data dari PT Transjakarta, jumlah rata-rata penumpang setiap bulannya pada semester I 2016 adalah Januari (8,51 juta), Februari (8,15 juta), Maret (9,01 juta), April (9,10 juÂta), Mei (10 juta) dan Juni (10,206 juta). Bulan Agustus diprediksi 11,5 juta penumpang.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengaku puas dengan sistem ganjil-genap. Soalnya, dia mengklaim, sistem itu mampu mengurangi kemacetan dan berimbas pada peningkatan penumpang transportasi umum seperti Transjakarta.
Andri merinci, penumpang Transjakarta meningkat sebanÂyak 32,5 persen untuk koridor 1 (Blok M-Kota), 17,17 persen koridor 6 (Dukuh Atas-Ragunan) dan 30,55 persen koridor 9 (Pluit-Pinang Ranti).
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengakuakan menerapkan kebiÂjakan pembatasan kendaraan berÂmotor dengan sistem nomor pelat ganjil genap sampai tahun 2017. "Penerapan akan diberlakukan sampai tahun depan setelah ERP selesai dikerjakan," kata Ahok.
Ahok mengatakan, penerapan ganji-genap ini akan ditunjang dengan penambahan Bus Transjakarta. Sehingga, masyarakat yang enggan naik mobil pribadi, bisa menggunakan bus sebagai alternatif.
Selain itu, bekas Bupati Belitung Timur ini meminta bus-bus Transjakarta bisa beroperasi sedekat mungkin ke tujuan akhir. "Harus diusahakan, orang janganbanyak naik turun," saran Ahok.
Untuk itu, dia meminta penumpang agar menempelkan kartunya saat keluar dari halte atau tap out. Sebab, sebagian pengguna memilih keluar begitu saja dari halte melalui pintu yang seharusnya hanya digunakan untuk memasuki bus. "Ada beberapa yang bandel, dia mau loncat saja," kritiknya.
Menurut Ahok, cara yang akan ditempuh adalah mengatur mesin pembaca kartu untuk bisa mendeteksi kartu yang pada perjalanan sebelumnya tidak digunakan tap out. Saldo dalam kartu kemudian akan diambil lebih besar dibanding harga tiket TransJakarta saat kartu digunakan tap in.
"Kalau dia keluar enggak tempel (
tap out), dia ada denda waktu masuk lagi," tegasnya.
Seperti diketahui, PT Transportasi Jakarta memberlakukan mekanisme ini di Koridor 1 (Blok M-Kota) supaya data pengguna layanan terkumpul lebih baik. PT Transportasi Jakarta nantinya akan mengetahui kebiasaan terÂbanyak pengguna layanan dalam melakukan perjalanan.
PT Transportasi Jakarta kemuÂdian dapat menggunakan data itu untuk mempertimbangkan pembukaan rute baru supaya perjalanan pengguna menjadi lebih efektif.
Terpisah, Direktur Operasional PT Transjakarta Daud Joseph mengatakan, untuk mengoptimalÂkan pelayanan, pihaknya membuÂtuhkan sedikitnya 3 ribu bus. Saat ini, bus yang sudah beroperasi sekitar 1.400 armada.
Daud mengungkapkan, akhir tahun ini diperkirakan ada tamÂbahan sekitar 1.000 bus yang akan beroperasi untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sehingga, bus yang beroperasi melayani penumpang akan menjadi 2.400 Bus Tranjakarta. "Total nanti sampai akhir tahun, 2.400 bus. Tapi, kami butuh 3.000 bus di seluruh koridor," sebut dia.
Dia mengatakan, pihaknya, berusaha meningkatkan layanan pada penumpang. Usaha meningkatkan layanan dan kenyamanan salah satunya dengan memutus kontrak lima operator bus dalam delapan bulan ini karenatak layak beroperasi. "Bus yang zaman dulu lantainya bolong, atap bocor dan lainnya. Ini sudah berhenti kontraknya," sebut dia.
Daud menjelaskan, dari 1.000 bus yang telah beroperasi, sedikitnya bersisa 50 bus yang masih di bawah standar. Nantinya, jika bus-bus baru telah tersedia, maka armada yang di bawah standar terancam tidak diperpanjang kontraknya. "Kami tidak lagi memperpanjang merÂeka karena yang bagus sudah datang," tegasnya. ***