Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hanya Pintu Tiga Yang Dibuka, Dijaga Berlapis, Satpol PP, Pamdal & Polisi

Ke Kantor Gubernur DKI Lewat Jalan Merdeka Selatan Pasca Isu Bom

Minggu, 24 Juli 2016, 09:31 WIB
Hanya Pintu Tiga Yang Dibuka, Dijaga Berlapis, Satpol PP, Pamdal & Polisi
foto:net
rmol news logo Suasana berbeda terlihat di gerbang utama Balai Kota DKI, Jakarta Pusat. Seorang aparat Satpol PP pun bersiaga di luar gerbang. Satpol PP tersebut berdiri di pinggir Jalan Medan Merdeka Selatan.

Sementara itu, dua orang ang­gota Pamdal berjaga dalam pos, yang ada di balik gerbang. Pos berukuran 1x1 meter tersebut biasanya dijaga oleh Satpol PP. Selain menjaga gerbang, dua orang anggota Pamdal ini juga bertugas mengarahkan kend­araan yang mau keluar dari area Balai Kota.

Pintu masuk yang terletak di pinggir Jalan Medan Merdeka Selatan itu juga tertutup ra­pat. Padahal biasanya, gerbang tersebut dibiarkan terbuka lebar. Gerbang tersebut kerap men­jadi akses keluar masuk warga dan pegawai, dari dan ke Jalan Medan Merdeka Selatan.

Mulai Rabu lalu, akses keluar masuk Balai Kota dari dan ke Jalan Medan Merdeka Selatan dialihkan jadi menggunakan pintu tiga. Pintu tersebut hanya berjarak beberapa meter dari gerbang utama. Letaknya tepat di sebelah Gedung Lemhanas.

Pengamanan di gerbang tiga ini lebih ketat dari pada gerbang utama. Seorang personel Satpol PP dan dua orang personel Pamdal, disiagakan di luar gerbang. Dua orang anggota Pamdal tersebut dilengkapi dengan stick metal detector. Keduanya bertu­gas memeriksa setiap kendaraan yang mau masuk ke Balai Kota, sementara anggota Satpol PP mengawasi keadaan sekitar.

Pada bagian dalam gerbang, terdapat dua anggota Pamdal lain. Mereka berjaga di dalam pos berukuran 2x2 meter persegi, yang ada di sisi kanan gerbang. Pos ini juga biasanya dijaga oleh aparat Satpol PP. Sebuah plang tanda arah melintas yang dipasang dekat gerbang, membuat mereka leluasa untuk mengawasi setiap pejalan kaki yang lewat tepat di depannya.

Pengamanan yang hampir normal tampak di gedung Balai Kota. Tiap pengunjung dan pegawai yang mau masuk, harus melewati metal detector yang terpasang di pintu masuk. Setelah itu, selain pegawai Pemprov DKI harus menghadap ke meja lobi terlebih dahulu. Dua ang­gota Pamdal yang bertugas akan meminta KTP pengunjung, sebe­lum dipersilakan naik ke lantai yang dituju.

Perbedaan pengamanan yang tampak di gedung ini, hanya seorang anggota Pamdal yang berjaga di tangga naik ke pintu masuk. Pria berbatik tersebut mengawasi setiap pengunjung yang tiba. Sebuah handy talkie siap sedia di tangan.

Kepala Biro Umum DKI Jakarta, Agustino Dharmawan mengakui, telah terjadi pening­katan pengamanan di area Balai Kota, pasca adanya isu bom di tempat tersebut. Hal itu dilaku­kan untuk mencegah terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Bukan hanya untuk memper­siapkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

"Jadi sekarang dan seterusnya, bentuk pengamanan normal di Balai Kota akan seperti yang kita lihat saat ini. Protap kami ting­katkan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan," ujarnya kepada Rakyat Merdeka di Lantai 6 Gedung Balai Kota.

Agus mengatakan, pada Selasa dimana muncul isu bom di Balai Kota, Polsek Gambir telah melakukan pemeriksaan ke seluruh area. Hasilnya, tidak ada bom di tempat orang nomor satu DKI itu berkantor. Kendati demikian, pihaknya tidak mau lengah dan menurunkan penga­manan jadi seperti biasa lagi. Dia pun tidak mempermasalahkan jika ada orang yang beranggapan tindakannya berlebihan.

"Terserah orang mau bilang saya lebay juga. Dari pada terjadi duluan, lebih baik kami siaga sejak awal. Supaya jika terjadi sesuatu, kami siap dan bisa ber­tindak cepat," kata dia.

Agus menyatakan, selain di gerbang dan pintu masuk depan, pihaknya juga meningkatkan keamanan di akses penghubung dengan Gedung DPRD DKI. Pengamanan tersebut hanya ada di jalan penghubung dengan Gedung Dewan, lantaran di san­alah batas yuridiksi mereka.

"Pengamanan Gedung Dewan bukan menjadi kewenangan kami. Tapi kami sudah berk­oordinasi dengan mereka dalam rangka meningkatkan keamanan di sini," ucapnya.

Pantauan Rakyat Merdeka, pengamanan di area ini cukup ketat. Dua buah metal detector tersedia di situ. Satu metal detec­tor untuk pengunjung yang akan menuju ke Gedung Utama, dan satu lagi untuk pengunjung yang akan ke Gedung DPRD.

Dua orang anggota Pamdal berjaga di sebelah metal detec­tor yang digunakan pengunjung untuk masuk. Sebuah stick pen­deteksi logam tersedia di tempat mereka duduk. Tas setiap peng­njung yang masuk, diperiksa menggunakan alat tersebut.

"Kami tidak mau lengah, karena Balai Kota tidak hanya kantor Gubernur DKI. Balai Kota juga masuk kawasan ring 1 yang perlu dijamin keamanan­nya," jelas dia.

Untuk peningkatan pengamanan, lanjut dia, pihaknya juga mengawasi pengunjung yang masuk ke tempat tersebut denganketat. Lalu, kendaraan yang masuk ke Balai Kota juga dibatasi. Tidak semua mobil pe­gawai diperkenankan masuk, kecuali ada kepentingan tertentu. Hanya pejabat tertentu saja yang kendaraannya bisa masuk sep­erti biasa. "Jadi, untuk lawang (pintu) yang dibuka di Merdeka Selatan itu hanya satu, lawang tiga. Itu pun harus kami periksa," terangnya.

Meski ada peningkatan penga­manan, kata Agus, tidak ada pe­rubahan khusus atau pembatasan dalam program Wisata Balai Kota. Warga bisa datang dan masuk ke kantor Gubernur DKI seperti biasa. Pihaknya hanya akan meningkatkan pengawasan terhadap mereka. Misalnya, barang bawaan pengunjung akan diperiksa ketika memasuki Balai Kota.

Wisata Balai Kota merupakan program wisata berkeliling Balai Kota tiap hari Sabtu dan Minggu, mulai pukul 09.00-17.00 WIB. "Yang pasti, pengamanan kami kerjasama dengan Polda, Polres, dan Polsek. Bukan cuma saat Wisata Balai Kota, setiap hari pasti ada petugas yang menga­mankan Balai Kota," tegasnya.

Terkait masalah isu bom, Agus yakin, ancaman tersebut palsu. Tidak ada bom di Balai Kota. Semua itu hanya isu yang diem­buskan oknum tak bertanggung jawab. Tetapi meski itu hanya isu, pihaknya tetap melakukan penguatan pengamanan dalam di Balai Kota DKI.

"Sampai detik ini, Biro Umum, selaku pengelola pengamanan dalam di Balai Kota, tidak per­nah menerima ancaman bom, baik secara tertulis maupun telepon. Sumber berita bom ini juga tidak jelas dari siapa," paparnya.

Dia menegaskan, adanya dua unit mobil gegana (penjinak bom) dan puluhan polisi yang melakukan penyisiran di setiap ruang gedung Balai Kota, meru­pakan prosedur standar dalam menyikapi isu tersebut. Sebab meski tidak jelas sumbernya, walau pun hanya isu, sesuai dengan prosedur tetap (protap) Pamdal, pihaknya diwajibkan untuk melakukan penguatan keamanan. Baik dari internal petugas Pamdal maupun dari pihak Polda Metro Jaya. "Walau pun isu, kita harus siap siaga. Jangan sampai lengah," tegasnya.

Agus pun membantah pihaknya menelepon Polsek Gambir mengenai adanya ancaman bom. Dia mengungkapkan, dirinya justru menerima telepon dari Kapolsek Gambir yang menan­yakan adanya ancaman bom di Balai Kota DKI.

"Saya sempat tanya ke beliau, apakah Kapolsek dapat dari intelijen Polda? Beliau bilang tidak. Dia bilang tahunya dari media," ucapnya.

Agus menambahkan, sampai saat ini pihaknya masih mencari tahu kebenarannya. Pihaknya pun sudah meminta bantuan kepada Dìnas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) un­tuk menelusurinya. Pasalnya, menurut dia, sumber itu adalah media massa.

"Tapi saya juga tidak tahu, me­dia massa mana yang menyebar­kan isu itu. Soalnya, wartawan ditanya juga tak ada yang tahu. Jadi, sekarang masih diselidiki Diskominfo," tandasnya.

Latar Belakang
Polisi Pakai Rompi Anti Peluru Dan Helm


Ancaman bom di Balai Kota diterima pada Selasa lalu. Ancaman tersebut kabarnya diterima personel Pengamanan Dalam (Pamdal) Balai Kota DKI Jakarta melalui telepon. Setelah itu, personel Pamdal menghubungi kantor Polsek Gambir, Jakarta Pusat.

Kami mendapat informasi bahwa ada ancaman bom di Balai Kota pada pukul 09.15 pagi. Setelah kami konfirmasi, memang ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan di Balai Kota,” ujar Kapolsek Gambir, Ajun Komisaris Besar, Ida Ketut Gahananta.

Menanggapi kabar tersebut, lanjut Ida, pihaknya segera melakukan upaya sterilisasi di Balai Kota. Satu unit Gegana Polda Metro Jaya dan delapan pers­onel diturunkan. Mereka tiba di kantor Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggunakan dua mobil Gegana sekitar pukul 09.40 WIB.

"Kami mengutamakan penga­manan dulu. Kami pun berkoor­dinasi dan melapor ke Polda, supaya ada penyelidikan lebih lanjut," jelasnya.

Aparat kemudian menutup Balai Kota sementara. Pasukan yang terdiri dari Polda Metro Jaya bersama dengan Polsek Gambir Jakarta Pusat itu berkeliling dengan membawa sen­jata laras panjang lengkap guna mensterilisasi Balai Kota DKI. Setiap personel juga mengena­kan rompi antipeluru dan helm.

Sementara itu, tim Gegana dibantu anggota kepolisian lain­nya menyisir sejumlah tempat di Balai Kota. Para personel itu memegang metal detector guna mendeteksi benda-benda berbahan peledak. Ruangan yang mereka sisir di antaranya adalah Balai Agung, Ruang TPUT, Ruang Rapim dan beberapa ruangan lainnya.

"Adapun ancaman ini lang­sung dilaporkan kepada Pasukan Pengamanan Presiden di Istana Wakil Presiden, agar dilaku­kan penyelidikan lebih lanjut. Pasalnya, lokasi Istana Wapres dan Balai Kota berdekatan," terang Ida.

Dia menambahkan, setelah melakukan penyisiran ke seluruh area, pihaknya tidak menemukan bom atau benda mencurigakan lain. "Pukul 10.40 pagi, penyi­siran selesai dan Balai Kota DKI dinyatakan steril dan aman dari barang-barang yang mencuriga­kan dan dianggap berbahaya," ucapnya.

Kendati begitu, Ida memapar­kan, pihaknya tetap menjalankan upaya pengamanan di Balai Kota. Akses keluar masuk bagi orang yang hendak ke Balai Kota langsung diperketat. Barang bawaan warga dan para PNS pun diperiksa.

"Karena gedung ini termasuk dalam kawasan Ring 1, sekaliguscukup dekat dengan lokasi ledakanbom Thamrin. Jadi kami langsung terapkan penjagaan ketat, agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan," paparnya.

Dia menambahkan, selain per­sonel yang melakukan sterilisasi, Polsek Gambir juga menurunkan tim intel untuk menyelidiki anca­man tersebut. Ida enggan bers­pekulasi mengenai siapa pihak yang menyebarkan isu tersebut, atau motifnya.

"Saya tidak mau menduga-duga, apakah ancaman ini terkait Pilkada 2017 atau sebagai efek terbunuhnya Santoso. Saat ini, kami masih dalam proses iden­tifikasi. Kami masih memas­tikan, itu hanya ancaman atau bagaimana," kata dia.

Meski pengamanan di Balai Kota diperketat, tidak demikian dengan Gedung DPRD DKI. Pengamanan gedung yang be­rada di belakang Balai Kota tersebut, biasa saja. Tidak ada penambahan penjagaan seperti yang terjadi di Balai Kota.

Menurut Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD DKI Suprapto, sebanyak 26 petugas Pamdal tetap bertugas seperti biasanya. Petugas tetap berjaga di setiap pintu masuk dan keluar, terutama di lobi.

"Tidak ada perubahan penga­manan. Pengamanan dalam kita tetap jaga tiga shift seperti biasanya," ujarnya.

Namun ia menambahkan, petugas akan lebih waspada mengawasi setiap kendaraan yang masuk. Sebab, kawasan Gedung DPRD DKI tidak da­pat ditutup, karena memang merupakan akses keluar-masuk tamu dan pegawai Pemprov dan DPRD DKI.

"Sarana parkir pegawai dan tamu Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adanya di Gedung Dewan, jadi kita tidak bisa tutup. Tadi kita mau buat satu pintu sebenarnya, tapi akan kesulitan bagi tamu," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA