WAWANCARA

Hari Priyono: Kalau Harga Sudah Normal, Lindungi Petani, Izin Impor Jangan Dikasih Banyak-banyak

Senin, 04 Juli 2016, 08:08 WIB
Hari Priyono: Kalau Harga Sudah Normal, Lindungi Petani, Izin Impor Jangan Dikasih Banyak-banyak
Hari Priyono:net
rmol news logo Ada sejumlah aturan khususnya terkait impor yang har­us disempurnakan agar target harga daging sapi yang dipatok Rp 80 ribu oleh Presiden benar-benar terealisasi.
 
Selain itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono mengatakan, perlu ada penguatan peternak dalam neg­eri seperti subsidi dan dukungan infrastruktur sehingga tidak tertindas oleh kebijakan dag­ing impor. Berikut wawancara selengkapnya;

Keran impor sudah dibuka, tapi harga daging tetap di atas Rp 100 ribu. Ini bagaimana ceritanya?
Kalau memasukkannya tidak sesuai schedule, yang terjadi ya kekurangan dong. Karena yang sudah dikeluarkan izin­nya itu tidak dimasukin oleh importir yang besar, maka suplai di bawah itu akan (ter­ganggu).

Barangkali ada unsur kesenga­jaan, agar harga tetap tinggi?
Saya pikir regulasi perlu kita sempurnakan untuk mendisi­plinkan. Agar semua perhitun­gan-perhitungan yang sudah kita rencanakan, masuknya sesuai perhitungan. Agar pasar diberi kepastian. Karena dengan suplai yang kurang, kan pasar tidak diberi kepastian.

Regulasi yang mana itu?
Ya nanti kita akan tinjau kem­bali, dan kita jajaki bahwa nanti mengeluarkan izin tidak lagi model semesteran.

Jadi?
Kapan dibutuhkan, diajukan dan kapan masuk. Tapi ini belum menjadi sebagai suatu keputu­san, kita sedang membahas itu. Kita perlu tinjau kembali pembe­rian kuota impor semesteran ini. Menteri pertanian mengusulkan bahwa periodeisasi perlu kita tinjau lagi. Ya pas harga lagi tinggi, suplai kita tambah. Tapi kalau misalnya harga sudah normal, kita harus lindungi harga peternak, impor jangan dikasih banyak-banyak.

Kenapa?
Itu untuk membuat situasi pasar menjadi lebih tenang dan berkepastian.

Tapi kuota izin impor ini kan rekomendasinya atas per­hitungan Kementan?
Iya. Dan perhitungan ini kita bahas bersama dengan menteri perdagangan, menteri perin­dustrian. Karena kita juga harus menghitung pasokan daging untuk industri.

Jadi siapa yang berwenang menegur importir yang tidak mampu mencukupi kuota im­pornya sesuai jadwal?
Sama-sama, Kementan yang memberikan rekomendasi harus negur juga. Juga Kementerian Perdagangan. Tapi dasar di dalam aturan yang ada sudah jelas, apabila izin yang diberikan mereka realisasinya itu rendah, maka izin selanjutnya akan diberikan sesuai kemampuan mereka yang masuk itu.

Apa itu efektif?
Memang itu tidak cukup efek­tif. Ini akan kita rumuskan kem­bali lah.

Anda melihat, apa sebe­narnya penyebab tidak mam­punya importir mencukupi kuota daging ini?
Begini, kalau saya mencoba memahami dunia usaha ya, pros­es impor ini kan membutuhkan waktu. Nggak bisa orang bawa duit ke Australi langsung dapat barang. Mereka (produsen) tentu bekerja dengan kontrak. Di sana juga ada perhitungan berapa yang siap untuk dipanen.

Maka tidak serta merta sep­erti itu, tunggu dulu menenuhi kontrak sebelumnya. Tentu dengan adanya permintaan yang tiba-tiba, mereka tidak akan mengorbankan order yang sebe­lumnya.

Tapi intinya, pengaturan yang kita lakukan harus bisa mencip­takan iklim yang berkepastian. Baik dari hulunya, maupun di retailnya. Kontinyuitas dan kon­sistensi dari supply itu yang ke­mudian akan menyelamatkan.

Tahun depan gimana nih?
Dengan pengalaman 2016 ini, ke depan kita sudah punya juruslah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA