Ruang tunggu yang terletak di lantai 2 Terminal Rawamangun, cukup ramai. Banyak penumpÂang menunggu waktu keberangÂkatan. Mereka duduk di bangku besi yang tersedia, sambil meÂnikmati tayangan ulang pertandÂingan sepakbola.
Pertandingan tersebut diÂtayangkan di sebuah televisi layar datar berukuran 32 inc. Sebuah pendingin ruangan (AC) yang ada di belakang, dan dua buah kios yang tersedia di kedua sisi ruangan, membuat para penÂumpang dapat menunggu waktu keberangkatan dengan nyaman.
Di sebelah ruang tunggu terseÂbut, suasana lebih ramai lagi. Calon penumpang dan karyawan Perusahaan Otobus (PO) lalu laÂlang di tempat itu. Ruangan yang berada di kiri dan kanan ruangan tunggu tersebut, adalah tempat pembelian tiket PO. Puluhan loket milik PO bus berjejer di kedua ruangan tersebut.
Loket tiket yang disediakan oleh pihak terminal itu cukup sederhana. Sebagian loket meruÂpakan ruang terbuka berukuran 2x1 meter persegi, dengan plang PO bus yang terpasang di atas sebagai penanda. Sebagian lagi hanya berupa meja yang ditemÂpeli plang PO bus di depannya. Tidak ada sekat, hanya sedikit dipisahkan jarak.
Suasana berbeda terjadi di lantai dasar terminal. Di lantai ini terdapat beberapa posko untuk keperluan mudik Lebaran, seperÂti Posko Kesehatan Umum, Posko Tes Urine, Posko Ibu Menyusui, dan Posko Istirahat Sopir.
Kebanyakan posko yang diseÂdiakan khusus untuk kebutuhan arus mudik Lebaran itu, hingga Jumat lalu, belum beroperasi. Posko Kesehatan Umum misalÂnya, tidak ada petugas atau baÂrang di dalam ruang kaca beruÂkuran 4x9 meter persegi itu.
"Memang belum ada petugasnya. Kamis saja perwakilan Dinas Kesehatan baru lihat lokasi. Paling H-7 baru mulai ada petuÂgasnya," ujar Kepala Terminal Rawamangun, Bastian kepada
Rakyat Merdeka di kantornya.
Menurut Bastian, meski arus mudik sudah mulai, posko yang telah disediakan pihaknya belum beroperasi. Dia menambahkan, Terminal Rawamangun hanya berperan sebagai terminal transit dari Terminal Pulo Gadung dan Terminal Kalideres. Bus dari kedua terminal utama di Jakarta itu, hanya menjemput penumpangdi Rawamangun, untuk kemudian berangkat lagi.
"Di sini mereka tidak ngetem. Biasanya berangkat dari Kalideres atau Pulo Gadung, kemudian mampir ke sini untuk mengangkut dua sampai tiga orang penumpang," kata dia.
Dia menambahkan, para petugas tersebut akan siap untuk melayani para pemudik pada waktunya. Untuk saat ini dia beranggapan, pihaknya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakan Terminal Rawamangun. Alasannya, sampai Sabtu lalu belum terjadi lonjakan penumpang di terminal tersebut. Aktivitas di terminal masih berÂlangsung normal.
"Beberapa hari ini armada bus AKAP yang masuk ke Terminal Rawamangun masih sama, yaitu sekitar 40 bus per hari. Jumlah penumpangnya juga masih norÂmal, yakni sekitar 250 orang setiap harinya," ucapnya.
Total PO bus yang berada di Terminal Rawamangun, lanjut Bastian, ada 59. Namun tidak semuanya beroperasi. Setiap hari yang beroperasi hanya sekitar 40 PO, dengan minimal 1 armada bus yang masuk ke terminal dari masing-masing PO.
"Itu pun kadang cuma masuk ke sini, tapi tak ngangkut penumpang. Namanya juga cuma terÂminal transit," jelas dia.
Bastian menyatakan, meski kebanyakan posko yang telah disediakan belum beroperasi, bukan berarti terminal yang dipimpinnya belum siap menghadapi arus mudik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihaknya untuk memastikan kesiapan itu. Misal dilakukannya pengeceÂkan berkala (ramp check) oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). "Rampcheck dilakukan setiap hari sejak Senin lalu," terangnya.
Dia memaparkan, pihaknya pun sudah menyiapkan rencana cadangan untuk menghadapi mudik lebaran tahun ini. Salah satunya dengan mengatur jadwal bus yang boleh masuk ke terminal tersebut. Bus AKAP dari Sumatera hanya berada di terminal tersebut dari pukul 08.00 -13.00.
Sementara bus AKAP dari wilayah Jawa Timur hanya boleh ada di terminal dari pukul 10.00 -16.00. Selanjutnya bus dari Jawa Tengah hanya boleh ada di sana dari pukul 16.00 -20.00. Hal ini dilakukan untuk menyiasati ruang di Terminal Rawamangun yang luasnya hanya 4.700 meter persegi.
"Kalau nanti ternyata terjadi lonjakan, paling batas waktu keseluruhannya akan kami perÂpanjang. Tapi, batas waktu untuk tiap busnya akan dibuat sesingÂkat mungkin," paparnya.
Namun, meki Terminal Rawamangun tidak terlalu luas, secara kasat mata kondisi di terminal tersebut tampak lebih tertata dibandingkan terminal lain sepÂerti Kalideres atau Pulo Gadung. Didukung gedung baru yang selesai dibangun pada 2015, semua ruangan, mulai dari ruÂang tunggu penumpang sampai tempat tes urine untuk sopir dan kondektur bus, terletak dalam bangunan terminal.
Ruang ibu menyusui seluas 4x4 meter persegi, ruang kesehatan umum seluas 4x9 meter persegi, dan ruang istirahat pengeÂmudi seluas 4x4 meter persegi semuanya dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC).
Setiap 30 menit atau satu jamsekali, petugas terminal mengÂgunakan pengeras suara untuk menyampaikan imbauan kepada pemudik antara lain agar hati-hati dalam perjalanan, tidak memakai perhiasan berlebihan, menyimÂpan baik-baik barang berharga, mengenali orang di depan dan di samping, serta jangan mudah terpengaruh jika diberi makanan atau minuman oleh orang tidak dikenal. Selain itu, di beberapa titik terpasang berbagai spanduk dan "banner" berisi imbauan keÂselamatan dan kehati-hatian bagi calon penumpang.
Meskipun lahannya sempit dan hanya dijadikan tempat transit bus paling lama 30 menit, termiÂnal ini harus memberilayanan terbaik supaya masyarakat terlindungi dan merasa nyaman.
"Makanya, kami tetap meÂnyediakan fasilitas ruang istiÂrahat pengemudi, ruang ibu meÂnyusui, dan ruang kesehatan," tandasnya.
Latar Belakang
Nomor Rangka Beda Dengan STNK Hingga Rem Tangan Yang RusakRamp check atau inspeksi keselamatan terhadap bus telah beÂberapa kali dilakukan. Hasilnya, banyak bus yang tidak laik operasi, tapi dipaksakan untuk menarik penumpang. Bus bermasalah, antara lain ditemukan saat inspeksi keselamatan di Terminal Leuwipanjang, Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (11/6).
Dalam inspeksi yang diÂlakukan Dirjen Perhubungan Darat (Hubdar) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Pudji Hartanto, ditemukan bus dengan rem tangan tak berfungsi dan nomor rangka berbeda dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). "Setelah melakukan pemeriksaan pada sarana bus, yang fatal adalah rem tangan dan speedometer tidak berfungsi," ujar Pudji.
Selain itu, lanjut Pudji, masih ditemukan 80 persen pelanggaÂran berupa adanya pintu keluar bagi pengemudi bus. Padahal, seharusnya sudah ditiadakan, untuk mengantisipasi pengeÂmudi melarikan diri bila terjadi kecelakaan.
Temuan lainnya, kata dia, kendaraan yang sudah dimodifikasi transmisinya. "Kalau sebelumnya manual, kini menjadi otomatis. Hanya saja dalam surat-suratnya masih belum diubah," sebut dia.
Namun, yang membuatnya marah adalah saat mengetaÂhui STNK dan nomor rangka sebuah Bus Primajasa berbeda. "Parah ini, bisa masuk ranah piÂdana. Entah mana yang dipalsuÂkan, suratnya atau rangkanya," tegas Pudji.
Selanjutnya, di Terminal Giwangan Yogya, Jumat (17/6). Dari 21 bus yang dicek, hanya lima bus yang dinyatakan laik jalan dan boleh beroperasi kembaÂli. Alasannya bermacam-macam, seperti kaca pecah, speedometer mati dan ban gundul.
"Surat-suratnya kami tilang dahulu, baru setelah perbaikan kami akan kembalikan dan boleh jalan lagi," ujar Pudji.
Senada, saat pemeriksaan di Terminal Tirtonadi, Solo, Pudji juga mengungkapkan beberapa temuan yang sama. Seperti kaca depan pecah dan ban gundul. Padahal, dua hal tersebut masuk dalam lima komponen wajib yang harus dipenuhi armada agar mendapatkan sertifikat laik jalan.
Selain itu, lanjut dia, ada yang mengubah pintu belakang dipasang deck. Juga yang meÂmodifikasi kursi depan pintu darurat. "Harusnya itu semua tidak boleh karena menghalangi pintu darurat," tandasnya,
Sedangkan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga menÂgatakan, ramp check di sembilan terminal se-Jabodetabek, hasilÂnya tidak memuaskan. "Sudah 685 kendaraan diuji, hasilnya 71 kendaran atau 10,36 persen saja yang laik jalan," tandasnya.
Dia merinci, pada hari perÂtama kegiatan ramp check, BPTJ menguji kelaikan jalan terhadap 239 bus AKAP di sembilan terminal. Sebanyak 22 bus dinyataÂkan lulus uji kelaikan jalan atau sebesar 9,21 persen.
Hari kedua, ada 227 bus yang diuji. Hasilnya, 25 kendaraan dinyatakan laik jalan atau setara 11,06 persen. Sementara hari ketiga, 219 bus diuji dan hanya 25 bus yang laik jalan atau setara 11,42 persen.
"Kami tidak menduga bisa terÂjadi, kendaraan yang seliweran tidak laik jalan," ucapnya.
Padahal, kata Elly, Perusahaan Otobus (PO) sebenarnya sudah memahami prosedur dan perÂsyaratan agar bus bisa melakuÂkan perjalanan. Hanya saja, PO tidak memandang keselamatan dan kenyamanan penumpang sebagai prioritas. "PO jangan main kucing-kucingan, jangan gambling sama keselamatan," tutupnya. ***
BERITA TERKAIT: