Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Warga Luar Batang Yang Belum Dapat Rusun, Tidur Di Jembatan

Bingung Mau Tinggal Di Mana

Rabu, 13 April 2016, 09:01 WIB
Warga Luar Batang Yang Belum Dapat Rusun, Tidur Di Jembatan
foto:net
rmol news logo Meski rumahnya sudah dirobohkan, beberapa warga masih berada di area Pasar Ikan Luar Batang. Sebagian berada di sana untuk mencari bahan bangunan yang masih bisa digunakan, sementara sisanya karena kebingungan mau tinggal dimana.

Warga yang berada di ka­wasan Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara itu kebanyakan berkumpul di depan kios yang berjarak beberapa meter dari dermaga. Bangunan bercat putih itu tidak dibongkar oleh pemiliknya, dan belum terjamah oleh alat berat. Rolling door kios satu lantai itu tertutup rapat, sementara garis polisi (police line) mengelilinginya. Warga yang terdiri atas wanita dan anak-anak tersebut duduk di pinggir pagar kios yang ada di depan garis polisi tadi.

Memang tidak hanya anak-anak dan wanita yang datang ke tempat tersebut. Para prianya yang terdiri atas bapak-bapak dan para remaja berada di reruntuhan rumah yang berlokasi dekat der­maga. Mereka tampak memilah-milah kayu, kabel, atau besi yang masih bisa digunakan. Setelah ke­temu, bahan bangunan itu kemu­dian digotong dan dikumpulkan di depan rumah warga lain.

Tidak mudah mengangkut bahan bangunan dari tempat itu. Sebab, seluruh rumah dan kios yang berada di area tersebut su­dah dirobohkan dengan alat berat pada Selasa pagi. Akibatnya, reruntuhan bangunan dari per­mukiman padat di kawasan RW 04 tersebut menggunung

Sebagian warga mengambil sisa bahan bangunan itu untuk digunakan lagi. Sementara se­bagian lainnya mengumpulkan bahan bangunan tersebut untuk dijual. Barang itu tidak hanya diangkut menggunakan gerobak, tetapi juga menggunakan mo­bil bak terbuka. Sebab, bahan bangunan yang dapat diangkut sedang melimpah. "Nanti dijual ke Muara Angke. Lumayan uang­nya buat jajan anak sama buat makan keluarga," ujar Sianipar, warga RT 12 RW 04 Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.

Berbeda dengan para pemu­lung yang berada di lokasi sejak pagi, Sianipar memilih untuk lebih fokus mencari kayu. Dia mencari kayu karena takut tidak kebagian kalau ikut mencari besi juga. Pasalnya baru hari ini ia datang ke lokasi, karena kemarin banyak polisi berjaga dan alat berat yang bekerja.

"Per mobil biasanya dihargai Rp 700 ribu. Tapi kalau sekarang paling Rp 400 ribu, soalnya lagi banyak. Paling bersihnya cuma da­pat Rp 200 ribu doang," kata dia.

Sianipar menyatakan, dirinya terpaksa mengajak anaknya untuk mengais rejeki dari reruntuhan bangunan karena telah kehilangan mata pencaharian. Sebelumnya dia berjualan kebutuhan nelayan pada salah satu kios yang digusur, sementara istrinya menjual aneka minuman di depan Museum Bahari.

"Untuk sekarang penghasi­lannya dari jual sisa reruntuhan dulu. Belum tahu bakal jualan dimana soalnya," ucapnya.

Menurut dia, keluarganya termasuk beruntung karena meski kehilangan mata pencaha­rian, rumahnya berada di daerah Pademangan. Jadi tidak kena gusuran. Keluarganya pun tidak kebingungan, karena barang da­gangan juga sudah diamankan. Dirinya tinggal pindah berjualan di daerah Pademangan. Pasalnya PD. Pasar Jaya sudah menawar­kan, supaya bekas pedagang di Pasar Ikan Luar Batang bisa berjualan di pasar lain yang mereka kelola. "Walau susah, posisi saya relatif aman. Bayangkan kalau yang kena gusuran di sini. Bisa-bisa harus tidur di pu­ing bangunan seperti beberapa warga lain," tukasnya.

Kemalangan ini salah satunya dialami oleh Yanti, warga RT 01 RW 04 Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Kemarin malam, dirinya terpaksa tidur di reruntuhan bangunan bersama kedua anaknya. Sebab, dia belum mendapat rumah susun sewa (rusunawa) yang telah disiapkan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk warga Pasar Ikan yang terdampak penggusuran.

"Saya punya Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) sebagai warga Jakarta, dan sudah tinggal di sini lebih dari 20 tahun. Mau dapat­kan rusun yang kami bayar saja kok susah amat," sesalnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak memberikan uang pengganti bangunan dalam penertiban itu. Sebagai ganti­nya, warga yang memiliki KTP DKI Jakarta akan direlokasi ke rusun. Namun, Yanti mengaku kesulitan mengurus persyaratan untuk memperoleh unit hunian di rusun. "Saya cuma minta tempat tinggal saja di rusun, ribet betul ngurusnya. Tidak minta yang lain, apalagi minta makan, juga enggak. Tolonglah manusiakan kami," kata Yanti.

Hal serupa dialami Tina. Setelah penggusuran, wanita yang sudah tinggal di wilayah tersebut selama 30 tahun ini, sampai tidur di jem­batan, lantaran kelelahan. Ketika itu ibu dua anak ini hanya tidur beralaskan kertas koran, dan meng­gunakan tas punggungnya sebagai bantal di jembatan. Tadinya dia ingin tidur di Mushalla Pasar Ikan Luar Batang seperti beberapa warga lainnya. "Tapi saya tiba-tiba kerasa capek banget, duduk ben­tar, terus tidur aja di jembatan," ujar wanita berjilbab ini.

Tina mengaku kebingunan harus tidur dimana lagi tadi malam. Pasalnya, mushalla yang sebelumnya menjadi tempat tidur sebagian warga sudah diroboh­kan Selasa pagi. Kemungkinan dirinya akan tidur di puing-puing bangunan yang masih tersisa.

Itu pun jika masih ada yang tersisa. Pasalnya pada Selasa sore, eskavator sudah berada di dekat tempat warga berkumpul, dan tampak akan bergerak ke sana. Pihak kepolisian pun meminta warga untuk segera merapihkan bahan bangunan yang dikumpul­kan. "Habis mau pindah juga sau­dara enggak ada yang di Jakarta. Saya tinggal di sini hanya sama kedua anak saya. Suami saya su­dah meninggal," curhatnya.

Tina mengaku tidak mendaftar untuk mendapat rusun karena awalnya berfikir rumahnya tidak akan digusur. Pasalnya, rumah­nya berjarak lebih dari tujuh meter dari sungai. Sementara dalam Surat Peringatan (SP) 1 disebutkan, rumah yang digusur hanya yang berada dalam radius tujuh meter dari sungai.

"Kalau di SP 2 saya enggak tahu ada perubahan, karena yang nerima anak saya yang usianya 13 tahun. Tahunya baru pas dikasih SP 3 Sabtu kemarin," terangnya.

Akibatnya, Tina pun hanya sempat menitipkan barang-barangnya ke tetangga Kampung Luar Batang. Sementara gerobak dagangannya dititipkan di lapangan kosong yang berada di kampung situ juga. Untuk peni­tipan gerobak tersebut, dirinya mengaku dimintai uang sewa Rp 40 ribu per hari.

"Tapi karena enggak punya duit saya bilang aja nanti kalau sudah sebulan baru saya bayar. Saya juga enggak tahu duitnya dari mana," ungkapnya.

Dia pun menyesalkan sikap Pemprov DKI yang terkesan oto­riter dalam menertibkan wilayah tersebut. Sebab Pemprov, tidak membuka dialog terlebih da­hulu dengan warga, dan tidak memberikan banyak waktu ke­pada mereka untuk menyiapkan kepindahaannya. Apalagi peng­gusuran tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

Menurut Tina, pas SP 1 terbit, Camat sempat ke sini untuk menerangkan area mana saja yang kena gusur. Banyak warga yang tadinya sudah tenang, katanya, karena mengira tak kena gusur, tapi pas SP 2 ternyata beda lagi. "Harusnya dialog dulu, dengarkan kondisi kami, terus fasilitasi biar enggak sengsara gini," tandasnya.

Sebanyak 310 KK yang telah mendapatkan kunci rusun itu, antara lain 106 KK di Rusunawa Marunda, 188 KK di Rusunawa Rawa Bebek, 8 KK di Rusunawa Kapuk Muara, 5 KK di Rusunawa Cakung Barat, dan 3 KK di Rusunawa Tipar Cakung. Selain itu, sebanyak 261 anak telah didaftarkan untuk pindah sekolah, yaitu 6 anak TK, 131 siswa SD, 86 siswa SMP, dan 38 siswa SMA. Ada pula 23 KK yang lebih memi­lih pulang ke kampung halaman setelah penertiban Pasar Ikan.

Berdasarkan data umum dari Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Utara, di lingkungan RW 04 Kelurahan Penjaringan terdapat 4.929 jiwa dengan 1.728 KK dan 893 bangunan.

Setelah didata kembali, didapatkan 396 KK, yang tersebar di zona 1 (RT 011/RW 04) sebanyak136 KK, zona 2 (RT 001 dan RT 012/RW 04) sebanyak 202 KK, dan zona 3 (RT 002/RW 04 serta RT 07/RW 01) sebanyak58 KK. Terdapat sebanyak 596 bangunan rumah dan 347 kios Pasar Ikan, yang 69 kios di antaranya berubah fungsi menjadi hunian.

Latar Belakang
Semula, Kampung Luar Batang Adalah Laboratorium Untuk Teliti Bawah Laut


Sebelum penggusuran, Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara telah layangkan surat edaran pemberitahuan terkait rencana penataan, dan penertiban serta revitalisasi kawasan wisata Sunda Kelapa, Museum Bahari dan Luar Batang RW 01,02,03 dan 04 Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. Surat yang ditandatangani Camat Penjaringan, Abdul Khalid diberikan pada Senin, 21 Maret.

Ketika ditemui di area Pasar Ikan Luar Batang, Abdul Khalid mengungkapkan, tujuan revi­talisasi adalah karena Pemprov DKI akan menyiapkan wisata maritim internasional di wilayah tersebut. Nantinya, akan dibuat pelabuhan khusus kapal-kapal besar seperti Kapal Pinisi.

"Ini mau mengembalikan sejarah bahwa dulu Sunda Kelapa pelabuhan internasional. Titik nol Jakarta di Menara Miring. Nantinya pedagang kaki lima (PKL) juga akan disesuaikan dengan destinasi. PKL akan diminta menjajakan dagangan terkait ke­maritiman, sesuai dengan tempat wisata maritim, seperti alat panc­ing dan souvenir," ucapnya.

Dia menjamin tidak akan menggusur wilayah masjid dan sekitarnya. Dia pun geram, ke­tika ada pihak-pihak yang menghubungkan rencana penertiban ini dengan keberadaan Masjid Luar Batang yang memiliki cer­ita penting mengenai penyebaran agama Islam di Batavia.

"Perlu saya garis bawahi bah­wa yang akan ditertibkan adalah bangunan ilegal yang berdiri di atas tanggul, trase atau di tanah pemerintah di kawasan Pasar Ikan dan Museum Bahari. Jadi tidak ada hubungannya dengan Masjid Luar Batang, apalagi makam keramat," terangnya.

Dia menjelaskan, Masjid Keramat Luar Batang menjadi salah satu tempat yang diziarahi oleh warga Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu, pihaknya bersama masyarakat justru harus menata untuk memudahkan peziarah.

"Saya jelaskan terkait pena­taan Wisata Kota Tua, Pasar Ikan,dan Sunda Kelapa, serta wisata religi, masjid ini bagian wisata Kota Tua. Kita tegaskan, makam dan masjid tidak mung­kin kita bongkar, begitupun dengan sekitarnya," jelasnya.

Menyinggung peruntukan la­han pasar ikan, menurut Khalid, kawasan tersebut merupakan satu kesatuan. Sebanyak 3 rukun tetangga di daerah tersebut akan ditertibkan. "Kaitan pasar ikan itu satu kesatuan. Nanti akan dikembangkan. Mulai RT 1, 11, 12 di RW 04, itu yg di Pasar Ikan semua kena," kata dia.

Khalid menuturkan, penertiban kali ini akan fokus di RW 04. Semua pedagang yang ada di Pasar Ikan akan direlokasi ke lima pasar tradisional yang lain. "Tahap ini kita fokus RW 4 untuk penertiban. Pedagang pun kita relokasi ke lima pasar tradisional," tuturnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA