WAWANCARA

Sukur Nababan: Rakernas Tak Pernah Bahas Masuknya PKS & PAN Dalam KIH, Termasuk Soal Reshuffle Kabinet

Kamis, 14 Januari 2016, 08:18 WIB
Sukur Nababan: Rakernas Tak Pernah Bahas Masuknya PKS & PAN Dalam KIH, Termasuk Soal Reshuffle Kabinet
Sukur Nababan:net
rmol news logo Isu seputar PKS dan PAN bergabung menjadi partai pendukung pemerintah makin panas lantaran diikuti isu reshuffle kabinet. Peta politik Tanah Air pun berubah. PDIP sebagai partai utama pengusung Jokowi - JK juga menyimpan kekhawatiran bakal terkena imbas dari bergabungnya PAN dan PKS dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Termasuk kemungkinan menteri dari partai banteng kena geser, digantikan kader PAN dan PKS.
 
Adakah kedua isu seksi tersebut dibahas dalam Rapat Kerja Nasional I(Rakernas) PDIP yang baru berakhir pada Selasa (12/1) lalu. Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga DPP PDIP, Sukur Nababan memaparkan agen­da rakernas. Berikut petikan wawancara Rakyat Merdeka den­gan Sukur Nababan, kemarin.

Anda setuju jika PKS dan PAN bergabung di kabinet?    

Bergabung atau tidaknya PKS dan PAN di kabinet, sepenuh­nya hak prerogatif Presiden Jokowi. Tugas kami bagaimana mengawal pemerintahan ini menjalankan Nawa Cita secara benar, sehingga implementasi Trisakti bisa terwujud.

Apakah sudah dibahas DPP?
Tidak ada itu. Karena kami tidak pernah membahas masalah tersebut, termasuk Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dan itu bukan tupoksi kami sebagai kader dalam menentukan jum­lah kursi menteri.

Anda tidak khawatir jum­lah kursi menteri PDIP akan berkurang?
Sama sekali tidak. Karena kekuasaan bukan tujuan kami. Sekali saya katakan, urusan kursi menteri itu mutlak hak presiden. DPP PDIP tidak per­nah menentukan atau meminta-meminta kursi lebih banyak di pemerintahan.

Kalau nanti PKS dan PAN resmi masuk kabinet, sikap Anda?

Sebagai kader partai pe­menang pemilu, kami akan menghormati putusan Presiden Jokowi sebagai Kepala Negara.

Jadi Anda setuju?
Siapapun yang bergabung, PKS atau PAN itu bagus-bagus saja. Dan keberadaan mereka akan memperkuat struktur pe­merintahan. Mereka harus men­jalankan program Nawa Cita secara utuh. Dan kami akan mengawalnya.

Sikap Ketua Umum PDIP bagaimana?

Pasca pilpres, Bu Mega su­dah tidak setuju adanya Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) lagi. Sudah tak lagi relevan. Koalisi ini hanya ada di pilpres saja. Sekarang kan tidak, jadi tidak relevan lagi nama-nama tersebut.

Di Rakernas PDIP, rencana PKS dan PAN bergabung dalam partai pendukung pemerintah apakah juga dibahas ?

Sama sekali tidak. Rakernas tidak pernah membahas agenda masuknya PKS, PAN dan re­shuffle jilid dua. Masalah terse­but sepenuhnya hak mutlak presiden. Fokus Rakernas ba­gaimana membangun kedaula­tan rakyat dengan membentuk haluan negara bersama MPRuntuk perencanaan pembangu­nan nasional semesta. Ini yang harus dijalankan tahun ini.

Pidato Ketua Umum Megawati sempat menyetil kinerja BUMN, apakah itu tanda atau isyarat agar Meneg BUMN Rini Soemarno di-reshuffle?

Itu tidak benar. Perombakan menteri hak presiden.

Lalu?
Bu Mega hanya ingin fung­si BUMN dijalankan sesuai konstitusi. Di mana BUMN bukanlah korporasi swasta, yang dijalankan B to B. Tetapi, BUMN sebagai alat negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Jadi tidak perlu ada re­shuffle?
Ada atau tidaknya reshuffle, itu otoritas penuh presiden da­lam menentukan kabinetnya. Dan presiden tidak bisa ditekan-tekan, dan didikte.

Anda yakin presiden tidak didikte atau ditekan-tekan soal isu reshuffle ini?
Saya kira sikap presiden di sejumlah media nasional sudah sangat jelas, bahwa presiden tidak bisa didikte atau ditekan. Reshuffle itu sepenuhnya hak prerogratif presiden. Tolong dicatat itu. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA