Meski di langit masih tampak kabut putih tipis, namun warga sudah banyak yang berkegiatan di luar rumah tanpa mengenakan masker, kemarin, menjelang siang. Salah satunya adalah warÂga Pekanbaru, Harold Alizar
Dia bergegas menyiapkan stick pancing, kail, benang dan umpan. Harold kemudian memÂbawa perlengkapan memancing itu ke mobil yang berada di garasi rumahnya.
Warga kecamatan Simpang Baru itu, berencana memancing di tempat pemancingan yang tak jauh dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Tempat pemancingan tersebut berjarak 5 kilometer dari rumahnya di kelurahan Panam.
Satu jam kemudian, Harold tiba di tempat pemancingan. Pria yang memiliki dua anak ini bergegas tuÂrun dari mobil sembari membawa perlengkapan pancingnya.
Masker wajah warna hijau yang selalu tersedia di mobil, ditinggalkannya. Cuaca siang itu cukup cerah. Matahari tidak terÂlalu terik, karena tertutup awan dan kabut asap tipis. Namun, udaranya sudah mendingan.
"Alhamdulillah hari ini sudah tidak perlu pakai masker lagi. Kabut asap masih ada, tapi udara sudah agak bersih. Kalau bernaÂfas sudah tidak sesak lagi," ujar Harorld, kemarin.
Angin bertiup kencang di sekiÂtar wilayah tersebut. Daunâ€"daun bergoyang karena tertiup angin. Harold berharap, sebentar lagi wilayah tersebut akan memasuki musim hujan. "Tapi belum ada pemberitahuan resmi, kalau akan masuk musim hujan, dan bencana asap akan segera berakhir. Malah Rabu kami masih diwantiâ€"wanti untuk membawa masker. Berjaga-jaga," ucapnya.
Kemarin, banyak yang sudah mulai berkegiatan secara norÂmal. Penerbangan sudah tidak banyak terganggu, pengendara sepeda motor dan pejalan kaki banyak yang tidak menggunakan masker. Jarak pandang sudah sekitar satu kilometer.
"Rabu, pihak sekolah memberitahukan, hari ini sekolah mulai masuk. Tapi, ada yang baru muÂlai masuk Senin pekan depan," ucapnya, kemarin.
Harold menilai, kabut asap berkurang karena hujan yang terÂjadi dua hari belakangan. Selain pada Selasa (27/10), hujan deras juga membasahi daerah tersebut pada Rabu (28/10).
Hujan tersebut mulai turun sejak sore, hingga malam hari. Pada Selasa dan Rabu, hujan turun sekitar jam 6 sore dan baru berhenti sekitar jam 10 malam. "Lumayan deras. Baru berkurang menjadi rintik-rintik jelang jam 10 malam. Semoga saja kondisi membaik," harapnya.
Kondisi jauh berbeda terjadi pada Senin (26/10). Jarak panÂdang di daerah tersebut hanya 200 meter sampai 300 meter. Banyak maskapai yang terpaksa membatalkan, dan menunda jadwal penerbangan.
Warga Pekanbaru pun terpaksa menggunakan masker ketika beraktivitas di luar, dan di dalam rumah. Sebab, asap masuk ke rumah mereka. Hampir dua bulan ini, wilayah Pekanbaru diselimuti kabut asap pekat.
"Asap sempat menipis hari Selasa, jam 10 pagi sampai jam 1 siang. Terus pekat lagi sampai hujan turun sekitar jam 6 sore," kata dia.
Pekatnya asap saat itu memÂbuat aktivitas warga terganggu. Pegawai kesulitan untuk beÂrangkat ke kantornya, sekolah diliburkan selama 1,5 bulan, jadwal penerbangan terganggu selama dua minggu terakhir. Warga yang ingin pergi ke daerah lain, kebanyakan menempuh jalan darat dulu menuju Padang, Sumatera Barat.
"Soalnya, di Bandara Minangkabau penerbangan cukup lancar," jelas Harold.
Pekatnya asap juga membuat warga menutup fentilasi rumah. Namun, tetap saja cukup banyak asap yang bisa masuk. "Terpaksa kami pakai masker di dalam rumah. Yang paling kasihan itu anakâ€"anak, karena sesak nafas di dalam rumah," tuturnya.
Meski kondisi udara cukup parah, banyak warga tidak bisa pindah ke tempat evakuasi yang telah disediakan. Sebab, banyak yang harus bekerja.
"Kalau pindah ke penampungan, jadi susah aktivitasnya. Ada yang lokasinya lebih jauh dari tempat kerja," ucapnya.
Pemerintah Provinsi Riau menyediakan lima tempat evakuasi, yakni Balai Serindit, di kediaman Gubernur Riau dan Gedung Serbaguna, di Dinas Cipta Karya dan Bina Marga. Sedangkan tiga tempat lagi disediakan pemerintah Kota Pekanbaru, yakni di Puskesmas Sidomulyo, Puskesmas Tenayan Raya dan Puskesmas Rumbai Pesisir. Fasilitas dan obat-obaÂtan tersedia lengkap di tempat evakuasi tersebut.
Sebulan belakangan, warga Pekanbaru banyak yang sudah melakukan Shalat Istiqo untuk meminta hujan. Selain itu, warga di beberapa wilayah juga sudah ikut membantu aparat untuk memadamkan asap.
"Meski hujannya karena alam, bukan buatan pemerintah, kami tetap berterimakasih kepada pemerintah," tuturnya.
Menurut dia, segala yang dibutuhkan warga, selalu diupayakan pemerintah. "Sekarang kita tinggal berdoa, semoga hujan turun beberapa hari ini dan situasi membaik," harapnya. ***
BERITA TERKAIT: