Sebanyak 186 komandan pasukan mulai dari komandan grup (dangrup), komandan batalyon (danyon), komandan kompi (danki) hingga komandan regu (danru) bintara operasional (baop) dikumpulkan di lapangan tembak Mako Kopassus. Jawaban salam komando menggema di lapangan yang dinaungi atap model hanggar pesawat.
Sejak kemarin hingga 29 Mei, ratusan komandan Kopassus itu mengikuti apel yang diisi berbagai kegiatan dari pagi sampai malam. Mirip pendidikan, mereka menimba ilmu dari 17 penceramah. Selama empat hari peserta tinggal di barak di marÂkas Cijantung.
Usai Doni membakar semangat anak buahnya, pembicaraan perÂtama maju ke muka. Pembicara itu, Aqua Dwipayana, seorang motivator yang pernah menjadi jurnalis. Aqua penyampaian maÂteri dengan menampilkan film-film ilustrasi. Salah satunya, film pendek mengenai hewan lebah dan semut.
Dalam film tentang semut misÂalnya, ditampilkan pengorbanan binatang kecil itu yang rela menjadi jembatan untuk dilintasi rekan-rekannya, tanpa ada yang mengomandoi. Film ini cukup membuat takjub peserta apel.
Dalam pemaparannya, Aqua membahas tentang komunikasi dan koordinasi antar TNI, lemÂbaga sipil, dan masyarakat. Usai memberikan pemaparan hampir 2 jam, para peserta dipersilakan bertanya. Di antaranya penanya adalah Agus Winata, instruktur di Pusat Pendidikan Kopassus di Jatijajar. Ia menanyakan menÂgenai penanganan atas anggota yang memiliki potensi, namun tidak bisa mengeluarkan kemampuannya secara maksimal.
Penanya berikutnya, Baskoro, yang langsung menembak perÂtanyaan apa kelemahan prajurit Kopassus dari sudut pandang sang penceramah. Kedua pertanÂyaan itu, dijawab Aqua sekaliÂgus. Menurut dia, peran seorang pemimpin menentukan keberÂhasilan tim yang dipimpinnya.
"Terkadang, masyarakat tidak melihat Kopassusnya, tapi meliÂhat siapa (figur) komandannya," ujar Aqua.
Pas dua jam sudah Aqua memÂberikan materinya. Memasuki yang berlangsung sangat singÂkat: 5 menit. Para peserta terÂlihat menikmati secangkir kopi maupun teh. Sebagian besar peserta bertahan di meja peserta. Mereka riuh saling berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai kepemimpinannya masing-masing.
Pembicara kedua Mayjen (Purn) Samsuddin. Bekas angÂgota Komnas HAM itu berbagi pengalamann ketika masih berÂdinas di militer. Ia menceritakan pengalamannya memimpin opÂerasi pembebasan 4 pejabat yang disandera kelompok Marten Tabu di Papua pada 1978.
Keempat pejabat yang disÂandera itu adalah Danrem 172 Kolonel Ismail, Asisten Intel Kodam Cendrawasih Letkol AF Admiral, Ketua DPRD Irian Jaya W Maloali dan rohaniawan katolik Pater Ombos.
Samsuddin menceritakan keempat sandera bisa dibebaskan tanpa jatuh korban. "Perintahnya, selamatkan sandera," kata Samsuddin mengungkapkan perintah dari Jakarta.
Menurut Samsuddin, kunci dari keberhasilan penyelamatan sandera adalah operasi non-konvensional berupa Sandi Yudha. Dengan sasaran, cipta (pemikiran), rasa, dan karsa. Salah satu cara melumpuhkan lawan saat itu yakni dengan memasukkan obat tidur ke dalam kaleng bir yang diminta kelomÂpok Marten. "Jadi kita masukkan obat tidur, selama 10 jam tertidur mereka," katanya.
Pria kelahiran 27 Desember 1937 itu menjelaskan negosiasi penting untuk bisa menyelaÂmatkan sandera tanpa jatuh korÂban. Samsuddin pun mendekati Marten. Dari upaya ini, Marten pun menyampaikan kegelisahanÂnya bahwa banyak rakyat Papua yang sakit dan meninggal dalam berbagai konflik yang terjadi. "Intinya, operasi Sandi Yudha ini harus dilakukan secara proporÂsional. Jangan belebihan," ujar Syamsudin.
Peserta apel tampak antusias mendengarkan pengalaman dari seniornya itu. Cerita pemÂbebaskan keempat sandera itu bisa dibaca dalam buku berjudul "Pergolakan di Perbatasan". Penulisnya ya Samsuddin sendÂiri. Di buku yang diterbitkan tahun 1995 itu juga bisa dilihat foto-foto proses pembebasan sandera.
Usai Samsuddin berbagi penÂgalaman, pembicara berikutnya Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Marciano Norman. Sayang, pemaparannya tak boleh diliput.
Anggota panitia apel Dansat Kopassus, Kapten Matjudi menÂjelaskan, peserta akan mendapat pembekalan dan ilmu dari 17 pembicara selama empat hari. Di sela-sela apel akan digelar berbagai lomba. Di antaranya, renang 1.000 meter, menyelam, menembak senapan dan pistol serta beladiri.
"Selama empat hari peserta tinggal di Makopassus," kaÂtanya.
Dilarang Marah, Melotot dan Marah Kepada MasyarakatPesan Danjen Kepada Anak BuahnyaDanjen Kopassus Mayjen Doni Monardo memerintahkan anak buahnya memelihara hubungan baik dengan masyarakat. Perintah itu disampaikan dalam Apel Dansat di Cijantung yang dimulai kemarin.
Instruksi itu komandan jenÂderal itu disambut riuh tepuk tangan ratusan peserta apel 2015. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat (termasuk media) menurut Doni menjadi hal penting yang perlu diterapkan korps pasukan baret merah ini. Pasalnya, kedekaÂtan antara rakyat dan tentara semakin memperkuat bangsa dan negara.
Dalam menjaga hubungan baik itu, kata Doni, melarang personel Kopassus melakukan 3M yakni Melotot, Marah, dan Mukul. Menurutnya, ketiga tindakan tersebut justru menÂimbulkan masalah baru dengan masyarata.
Anggota Kopassus, tandas jenderal bintang dua itu, perlu menerapkan 3S yakni, Senyum, Sapa, dan Salaman. Tiga tindaÂkan itu, diharapkan semakin mendekatkan masyarakat denÂgan tentara. "Semuanya serba tiga, ada juga 3K: Kesetaraan, Keadilan, dan Kesejahteraan," terang Doni.
Kopassus mulai membuka komunikasi dengan masyarakat. Misalnya dengan meÂmasang spanduk pemberitaÂhuan-pemberitahuan di depan markas Cijantung. Salah satu spanduk tentang informasi pemecahan rekor Asia untuk terjun payung susun tegak.
Larangan 3M dan lakukan 3S mulai didengungkan di korps pasukan elite TNI-AD sejak setahun terakhir. "Ketika senyuman dibalas, maka sapalah, ketika sapaan dibalas, maka bersalamanlah," kata Doni saat kegiatan senam berÂsama TNI-Polri di Cijantung, November 2014.
Saat itu, ratusan prajurit TNI dan Polri melakukan kegiatan olahraga dan senam bersama di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Kegiatan ini dilakukan untuk mempererat tali silaturahim baik TNI maupun Polri.
Doni mengatakan, berbagai kegiatan bersama yang dilakuÂkan TNI dan Polri harus sering dilaksanakan. Dengan begitu, tali silaturahim dapat terjalin dengan baik.
"Ini adalah bentuk silaturaÂhim kita keluarga yang beÂrada di sekitar Cijantung. Kita bisa semakin meningkatkan kebersamaan," kata mantan Danpaspampres ini. ***