Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Roket Israel Timbulkan Lubang Sedalam 30 Meter

Lihat Rumah Hafal Alquran Di Jalur Gaza Yang Hancur

Senin, 04 Agustus 2014, 12:39 WIB
Roket Israel Timbulkan Lubang Sedalam 30 Meter
bangunan Graha Daqu (Daarul Qur’an) terkena bom
rmol news logo Aksi kemanusiaan membawa Abdillah Onim ke Jalur Gaza, Palestina. Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) itu memprakarsai berdirinya Graha Daqu. Sayang, rumah bagi penghafal Alquran itu kini luluh lantak karena dihajar roket Israel.

“Sinngggg….. Duarrrr….” Gelegar suara ledakan menyambut desingan suara pesawat yang melintas di atas langit bangunan Graha Daqu (Daarul Qur’an)  jam dua siang, waktu setempat. Disertai getaran cukup dahsyat, ledakan itu sontak membuat terkejut Onim.

Onim mengira, dentuman itu berasal dari roket berkekuatan 1 ton yang meluncur dari pesawat F-16 milik tentara Israel. Roket tersebut jatuh hanya sekitar 20 meter dari Graha Daqu yang juga menjadi kediaman keluarganya.

“Kekuatan roket dan guncangan roket itu sangat dahsyat. Ketika itu saya sedang mengajak main putri saya di dalam rumah dan istri yang sedang hamil tujuh bulan sedang di teras,” ujar Onim.

Sejurus kemudian, Onim bergegas mengecek lokasi ledakan. Dugaan Onim benar, ledakan berasal dari roket yang dijatuhkan dari pesawat tempur.

Mendatangi  lokasi jatuhnya roket. Dia sempat tak percaya melihat kerusakan yang timbul gara-gara hantaman senjata berat tersebut.

“Roket itu menimbulkan bongkahan lubang seperti got dengan kedalaman 30 meter dan lebar 50 meter. Besar sekali,’’ katanya.

Graha Daqu ikut menjadi korban. Bangunan tersebut rusak. Pohon kurma, pagar, dan atap di lantai 3 bangunan hancur. Melihat kondisi itu, Onim bersama istri dan putrinya memutuskan untuk mengungsi. Apalagi, para tetangga lain yang anaknya setiap hari belajar di Graha Daqu juga meninggalkan rumah.

“Kami seadanya keluar rumah dulu menjauh dari lokasi yang diroket. Saat mengungsi, istri saya sedang hamil’’ ujarnya.

Praktis hanya ponsel, kamera, dan baju yang melekat yang dibawa mengungsi keluarga Onim. Putri semata wayangnya, Marwiyah Filindo, yang berusia dua tahun hanya bisa menitikkan air mata meninggalkan mainannya. “Dia hanya meminta agar bisa membawa satu boneka kesayangannya,’’ kenang Onim.

Onim memang harus meninggalkan Graha Daqu. Selain keluarga muridnya sudah mengungsi, dia meyakini kawasan itu akan menjadi sasaran roket berikutnya. Benar saja, dua hari tentara Israel kembali melontarkan roket tepat di Graha Daqu.

“Pada serangan kedua itu lebih dari 15 roket dijatuhkan persis di Graha Daqu,’’ katanya. Bangunan tiga lantai tersebut pun luluh lantak. Onim mengirimkan link foto dengan objek dia di depan bekas Graha Daqu.

Gedung seluas 260 meter persegi yang dibangun atas sumbangan warga Indonesia itu menyisakan puing. Hanya tersisa beberapa tembok, termasuk yang bertulisan Rumah Tahfidz Daarul Qur’an Gaza. Padahal, Onim sudah memasang bendera Indonesia di atap bangunan dengan maksud agar tak menjadi sasaran rudal Israel.

Untung, pada serangan kedua, sudah banyak yang mengungsi. Dengan demikian, para tetangga Onim yang mayoritas orang tua murid Graha Daqu selamat. Namun, kabar duka dia kirimkan Selasa siang (30/7).

“Roket Israel kembali menyerang tetangga saya di sekitar Graha Daqu. Innalillahi, tiga santri Graha Daqu meninggal bersama orang tuanya,’’ tulis Onim melalui BlackBerry Messenger (BBM).

Berdirinya Graha Daqu tidak lepas dari aksi sosial Onim sebagai relawan MER-C pada 1999. Dia pernah pulang ke Indonesia dan kembali ke Gaza pada 2009. Saat itu terjadi agresi Israel yang menewaskan lebih dari 1.600 warga Palestina.

Dalam aksi kemanusiaan yang kedua itu, Onim dipertemukan dengan jodohnya. Dia menikah dengan muslimah Gaza bernama Rajaa Hirthani, 28.

Pria 31 tahun itu menjadi lelaki asing pertama yang menikahi gadis Gaza. Sang istri merupakan lulusan Universitas Gaza jurusan pendidikan usia dini. Latar belakang itulah yang kemudian menimbulkan chemistry yang sama. Mereka ingin membangun sarana pendidikan bagi anak-anak di Gaza.

“Setelah menjalankan misi kemanusiaan yang kedua, saya sempat pulang bersama istri ke tanah air. Kemudian, kami memutuskan kembali pada 2012 untuk mendirikan tempat belajar Alquran di Gaza,’’ terang Onim. Saat kembali pada 2012 itu, Onim sudah tak lagi aktif di MER-C. Dia ingin fokus pada pendirian rumah tahfidz. Meski begitu, Onim masih terlibat dalam pembangunan rumah sakit MER-C.

Keluarga Onim di Galela, Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, sempat berkeberatan melepasnya kembali ke Gaza. Pandangan mereka seperti kebanyakan orang, berangkat ke Gaza sama halnya dengan setor nyawa. “Tapi, saya berikan pemahaman ke orang tua saya dan mereka akhirnya mengikhlaskan,’’ kenangnya.

Dua bulan berada di Gaza, Onim mendapatkan kabar duka. Ayahnya di Galela meninggal. “Saya memutuskan untuk tidak pulang kampung demi terealisasinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan rumah bagi para tahfidz,’’ ujarnya.

Onim sempat terkendala dana saat ingin mendirikan rumah belajar Alquran.

Namun, Tuhan membukakan jalan dengan mempertemukannya ke seseorang bernama Sunaryo Adhiatmoko, ketua Yayasan Daqu yang berada di bawah bimbingan Ustad Yusuf Mansur. “Beliau tanya apa program saya di Gaza. Saya bilang saja punya niat mendirikan rumah tahfidz. Alhamdulillah, dalam hitungan minggu keinginan saya direalisasikan,’’ ujarnya.

Program awal Onim adalah mengambil alih markas tahfidz di salah satu Masjid Umari di Jabalia, Gaza Utara. Di masjid tersebut ada markas tahfidz, tapi tidak ada yang membiayai empat pengajarnya. Onim pun mengambil alih dengan jumlah murid 70 anak. Terakhir sebelum dirudal, murid Onim di Graha Daqu bertambah menjadi 180 anak.

Pihak Daqu membantu membangunkan gedung tiga lantai. Sementara itu, tanah untuk gedung tersebut dibeli sendiri oleh Onim seharga Rp 640 juta.

Pembangunan rumah itu dimulai 31 September 2013 dan selesai Juni 2014. Sayang, sebulan kemudian bangunan tersebut hancur dihantam roket Israel.

Graha Daqu terdiri atas tiga lantai. Yakni, ruang bawah tanah, lantai dasar untuk aktivitas menghafal Alquran, dan lantai atas untuk tempat tinggal Onim.

“Kabar duka saat di Graha Daqu dirudal saya sampaikan ke masyarakat di Indonesia. Saya meminta maaf dan berharap mereka bersabar,’’ ujarnya.

Dia berharap uluran tangan para donatur agar suatu saat membangun kembali Graha Daqu di lokasi baru. Butuh dana sekitar dua Rp 2 miliar untuk membangun di lokasi yang sama. Sementara itu, kalau harus membeli tanah di lokasi baru, biayanya lebih besar. Sekitar Rp 10 miliar. “Meski daerah konflik, harga tanah di Gaza sangat mahal,’’ jelas Onim.

Selain memikirkan membangun kembali tempat belajar mengaji, Onim tengah menanti kelahiran anak keduanya. Istrinya tengah mengandung anak laki-laki. Dia sudah menyiapkan nama. Yakni, Ismail Nusantara Onim. “Ismail itu nama ayah saya. Nusantara itu biar kami ingat terus NKRI dari Sabang sampai Merauke,’’ pungkasnya.

Tentara Zionis Juga Tembaki Gedung WNI 

Setidaknya 1.712 orang warga Palestina terbunuh akibat serangan militer yang dilancarkan militer Israel untuk menggempur pasukan Hamas di jalur Gaza sejak awal Juli lalu. Dalam pernyataan resminya kemarin, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa jumlah korban tewas termasuk 398 anak-anak, 207 perempuan, dan 74 orang tua.

Seperti dikutip dari Xinhua, Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan bahwa serangan militer Israel ke Gaza juga mengakibatkan 9.080 warganya luka-luka. Jumlah tersebut meliputi 2.744 anak-anak dan 1.750 perempuan.

Sementara itu pihak Israel mengkonfirmasi bahwa sebanyak 61 tentaranya tewas dalam pertempuran melawan Hamas. Israel menambahkan, pertempuran senjata di Gaza telah menewaskan tiga warganya.

Sepertinya, tanda-tanda perdamaian antara Hamas dan pasukan Israel di wilayah Gaza juga belum muncul. Seruan perdamaian dari organisasi internasional dan para pimpinan negara termasuk Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tak mampu meredam ketegangan Palestina dan Israel.

Pemerintah Israel bahkan bersikukuh untuk terus melakukan perlawanan untuk melenyapkan Hamas. Misalnya, pada Sabtu (2/8) malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa serangan militer di Gaza dengan kekuatan penuh akan diteruskan selama diperlukan untuk memulihkan keamanan negaranya.

Sebelumnya, Militer Israel dalam agresinya di Jalur Gaza, Palestina, menyerang Graha Darul Quran (Daqu) yang di bagian atas gedungnya terdapat satu tiang bendera Indonesia Merah Putih. Dalam keterangannya dari Kota Gaza, seorang relawan bernama Abdillah Onim menuturkan bahwa militer Israel sengaja melancarkan lebih dari 15 roket ke lembaga pendidikan tempat menghafal Al Quran Cabang Gaza itu.

Onim adalah relawan Indonesia yang menetap di Jalur Gaza. Dia saat ini menjabat Ketua Cabang Daqu di Gaza City dan mendirikan Graha Tahfidz, selain juga menjadi koresponden salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.

Graha Tahfidz, selain menjadi tempat tinggalnya, juga menjadi tempat untuk mendidik anak-anak menghafal Al Quran. Dia memasang bendera Merah Putih berukuran dua meter di satu tiang yang dipasang di lantai atas gedung itu.
 
“Mereka (Israel) tak peduli apakah ada WNI atau bendera Indonesia, dan tetap mereka serang,” ujar Onim.

Saat ini roket Israel tak lagi menyasar gedung, fasilitas atau kawasan tertentu dan siapa saja akan mereka bunuh, tambahnya. Masih kata Onim, roket Israel juga menghantam Rumah Sakit Syifa di Gaza City, yang menewaskan seorang bayi berusia satu bulan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA