Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ditutup Beton Setinggi 1 Meter Jalan Layang Dimasuki Remaja

Malah Jadi Ajang Corat-Coret Di Siang Hari

Kamis, 14 November 2013, 10:04 WIB
Ditutup Beton Setinggi 1 Meter Jalan Layang Dimasuki Remaja
ilustrasi
rmol news logo Sejumlah remaja bergerombol di atas jalan layang non tol Casablanca, Jakarta Selatan. Mereka menyusuri jalan yang belum jadi itu. Sampai di depan dinding pembatas jalan yang masih “bersih”, mereka berhenti. Seorang remaja yang mengenakan topi mengeluarkan cat pillox dari dalam tas punggungnya. Cat semprot di dalam kemasan kaleng itu lalu dikocok dengan cara digoyang-goyangkan. Sejurus kemudian dia mulai membuat coretan di dinding pembatas itu.

Aksi vandalisme itu dilakukan terang-terangan pada siang hari bolong. Tak terlihat rasa takut di wajah mereka. Padahal, para remaja itu bisa dihukum penjara maupun didenda lantaran aksinya. Mereka bisa leluasa sebab ruas jalan ini tak dijaga.

Dinding pembatas jalan layang ini dipenuhi berbagai coretan cat semprot berbagai warna. Memanjang hingga dua kilometer dari arah Casablanca hingga Tanah Abang.

Ada yang sekadar membuat tulisan yang menunjukkan identitas diri maupun kelompoknya. Ada juga yang menambahkan dengan gambar.

Pengamatan Rakyat Merdeka, para pelaku corat-coret bisa memasuki ruas jalan yang masih ditutup ini dari arah Casablanca, depan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo. Proyek ruas jalan di sini sudah selesai.

Sementara ruas jalan dari Tanah Abang masih dalam pengerjaan. Jalan layang ini masih terputus di atas fly over Sudirman. Sejumlah pekerja proyek masih mengerjakan ruas jalan ini siang dan malam agar ruas jalan ini bisa rampung seluruhnya pada bulan depan.

Pembangunan jalan layang non tol yang menelan biaya Rp 1 triliun ini dibagi dalam berbagai ruas. Setiap ruas dikerjakan kontraktor yang berbeda. Kontraktor yang telah menyelesaikan pekerjaannya terkesan membiarkan saja ruas jalan yang sudah jadi.

Ketika ruas jalan di depan TPU Menteng Pulo selesai, kontraktor tak memasang penutup jalan. Akibatnya, sejumlah pengendara motor sempat masuk ke ruas jalan ini.

Tidak ada papan pemberitahuan bahwa jalan ini masih terputus di ujung yang mengarah ke Tanah Abang.

Baru belakangan ruas jalan ini ditutup dengan beton setinggi sekitar 1 meter. Ini pun masih bisa dimasuki mereka tak yang membawa kendaraan, seperti para remaja tadi.

Di bagian bawah, ratusan tiang menyangga jalan ini. Biasanya, aksi vandalisme juga menyasar tiang-tiang jalan layang. Namun, tiang-tiang di sini bersih dari coretan.

Sebab, setelah jadi langsung dibungkus. Plastik dipasang mengeliling tiang hingga ketinggian sekitar 2,5 meter. Sehingga tak bisa dijangkau tangan-tangan usil. Hingga kini, pembungkus itu belum dicopot.

Sebagian ruas jalan layang non tol ini berada di wilayah Kecamatan Setiabudi. Pihak kecamatan sudah mengetahui adanya vandalisme di jalan layang yang dibangun untuk mengatasi kemacetan di Casablanca dan Mega Kuningan ini.

“Kita memang sudah cek juga ada yang melakukan corat-coret di sana,” ujar Djohari, Wakil Camat Setiabudi.

Ia mengatakan, tanggung jawab untuk mengawasi jalan layang ini masih berada di tangan kontraktor. Sebab, belum ada serah terima proyek dari kontraktor kepada Pemprov DKI Jakarta.

“Jangan mentang-mentang sudah menyelesaikan proyek lalu ada corat-coret didiamkan saja,” imbuhnya. “Sekuriti kontraktor proyek jalan layang non tol itu harus mengawasi.”

Meski begitu, Djohari bersedia bekerja sama dengan kontraktor untuk membersihkan coretan yang memenuhi dinding pembatas layang jalan ini. Coretan dinding pembatas itu akan ditutup dengan cara dicat.

“Itu perlu dana untuk menghapusnya,” ujar Djohari. Ia berharap pihak kontraktor bersedia mengeluarkan dana untuk membeli cat.

Selama ini, para pelaku vandalisme tak hanya menyasar fasilitas umum yang masih baru. Beberapa fasilitas umum lama yang telah dibersihkan, kembali dicorat-coret. Seperti yang terjadi di underpass Gandaria, Jakarta Selatan.

Berbagai coretan di sini dibersihkan dengan cara ditutup cat. Pengecatan dimulai dari mulut underpass. Setelah itu, pekerja beralih ke tengah underpass. Pengecatan belum selesai, ternyata di mulut underpass yang telah selesai dicat kembali dicorat-coret.

Pelakunya diduga berasal warga Jakarta. Coretan yang dibuatnya adalah nama sekolah di wilayah Tangerang Selatan. Wilayah ini berbatasan langsung dengan ibu kota. Aksi itu ditengarai dilakukan malam hari ketika para pekerja telah pulang.

Para pekerja pun melakukan pengecatan ulang untuk menutupi coretan yang dibuat dengan pillox warna hijau dan biru itu. Penutupan dilakukan setelah mereka menyelesaikan pengecatan sampai ke ujung underpass.

Selain underpass, tiang-tiang jalan layang yang ada di sejumlah wilayah di ibukota juga menjadi target aksi corat-coret. Seperti terlihat di tiang-tiang jalan tol Ir Wiyoto Wiyono mulai dari Sunter, Jakarta Utara hingga Kebon Nanas, Jakarta Timur.

Tiang-tiang ini dijadikan tempat mural. Lewat lukisannya, para pembuatnya ingin menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada masyarakat. Walaupun dibuat dengan kreasi tinggi, lama kelamaan mural itu juga terlihat kumuh. Cat memudar dan sebagian lukisan tertutup debu maupun kotoran lainnya. Hingga kini beberapa mural di tiang jalan tol ini belum dibersihkan.

Agar Jera, Jokowi Minta Pelakunya Dihukum

Sejumlah pelajar diketahui sebagai pelaku aksi corat-coret di fasilitas umum (fasum) di Jakarta. Dinas Pendidikan DKI pun diminta untuk mengajak anak-anak sekolah agar tak melakukan vandalisme.

Permintaan ini disampaikan Gubernur DKI Joko Widodo. “Tolong diperingatkan. SMA, SMK, SMP, sudah 5 lokasi, itu adalah kewajiban dari Dinas (Pendidikan), mengajak siswanya tidak corat-coret di fasilitas umum,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, untuk mendidik dan membuat jera, hendaknya pelaku vandalisme ini perlu dihukum. Karena membuat fasum tampak jorok dan kotor.

“Memang perlu peringatan keras Pak Satpol, harus ada tindakan hukum ringan, agar tidak jadi kebiasaan, kebudayaan di kita,” ujarnya.

Selain itu, Jokowi meminta coretan di fasilitas umum dibersihkan. Ia memberikan waktu sebulan untuk membersihkannya.
  
Sebelumnya, Jokowi telah mengeluarkan Seruan Gubernur DKI Nomor 1 Tahun 2013. Isinya larangan mencoret-coret, menulis, melukis, dan menempel iklan pada sarana umum.

Dalam seruan yang dikeluarkan 18 April 2013 itu, Jokowi mengingatkan kembali mengenai Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007. Perda itu mengatur mengenai ketertiban umum, yang di dalamnya ada sanksi bagi mereka yang mencoret-coret, menulis, menulis dan menempel iklan pada sarana umum.

Orang atau badan usaha yang melakukan tindakan tersebut bisa dijatuhi hukuman kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 60 hari. Atau, denda paling sedikit Rp 100 ribu dan paling banyak Rp 20 juta.

Walikota Tangkap Basah Dua Pelajar

Aksi vandalisme tak hanya terjadi di kota metropolitan seperti Jakarta. Tapi juga di kota-kota kecil. Di Magelang, Walikota Sigit Widyonindito menangkap basah dua remaja yang diduga pelaku vandalisme. Keduanya langsung dibawa ke kantor Kesbangpolinmas Kota Magelang untuk diminta keterangan.

Kabag Humas Santel Setda Kota Magelang, Sutomo Hariyanto mengatakan, wali kota melihat langsung dua remaja yang tengah mencoret-coret diketahui masih di bawah umur berinisial BJ (16) dan seorang teman perempuannya.

“Pelaku yang warga Rejowinangun  Uatara, Kota Magelang itu tidak bisa berbuat banyak ketika ulahnya kepergok Pak Wali. Ketika itu, BJ tengah bersama teman perempuannya saat pulang bermain tenis, “ujarnya di kantornya, kemarin.

Ia menuturkan, BJ dan teman perempuannya selepas bermain tenis melintas di Jalan Kolonel Sugiyono. Tiba-tiba mereka berhenti dan melakukan aksi corat-coret pagar senga dengan cat pillox yang sudah dibawanya di dalam tas.

“Yang melakukan adalah BJ, sedangkan teman perempuannya tidak. BJ yang juga siswa salah satu SMA swasta di Kota Magelang ini terancam hukuman pidana 6 bulan atau denda Rp 50 juta jika terbukti melanggar Perda No 7 tahun 2006 tentang Pengotoran Bangunan,” katanya.

Akan tetapi, kata Sotomo dari penyelidikan yanng dilakukan Kesbangpolinmas, Dinas Pendidikan dan Polres Magelang Kota, BJ dan rekan perempuannya dipulangkan ke rumah masing-masing.

Sebab, kurang dari 12 jam tim mengetahui kalau BJ hanya sebagai korban ancaman dari seseorang asal Jogja. “BJ mengaku diancam sekitar satu minggu sebelumnya. Ia dipaksa membuat gambar-gambar. Kalau tidak mau melakukan, ia akan dipukuli anak-anak Jogja, “ ujar Sutomo mengutip pengakuan BJ.

Saat ditanya wartawan, BJ pun mengaku takut dengan ancaman orang yang tidak dikenalnya itu. Akhirnya, dia pun nekat membeli dua tabung cat pilox berwarna silver untuk membuat tulisan ‘burn” (membakar) di tembok.

“Saya diancam buat corat-coret. Kalau sampai seminggu ini saya tidak kasih coretan, saya akan dipukuli. Saya takut, makanya saya beli cat pilox dan corat-coret,” aku BJ yang terlihat syok. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA