Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Kantor Pos, Kartu Lebaran Cuma Laku 10 Lembar Per Hari

Di Medan, Ribuan Kartu Dikirim Tanpa Perangko

Senin, 05 Agustus 2013, 10:14 WIB
Di Kantor Pos, Kartu Lebaran Cuma Laku 10 Lembar Per Hari
ilustrasi, kantor Pos
rmol news logo Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi, masih banyak warga yang mengirim kartu ucapan lebaran kepada saudara, kerabat maupun koleganya. Menjelang Idul Fitri, kesibukan pengiriman kartu ucapan itu terlihat di kantor
Pos Jakarta Barat di Jalan Daan Mogot Nomor 20, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Iwan Kurniawan, petugas distribusi paket membawa setumpuk kartu lebaran dan diletakkan pada meja pengelolaan surat. Sambil berdiri, kartu lebaran itu disortir berdasarkan tujuan pengiriman. Setelah itu, kartu-kartu lebaran dimasukkan ke 12 kotak berdasarkan tujuan pengiriman. Di antara wilayah Jakarta, Jabodetabek, pulau Jawa, dan luar Jawa.

“Minggu ini mulai ramai, awal puasa masih sedikit yang ngirim (kartu lebaran),” ungkap Iwan sembari menyortir tujuan arah pengiriman kartu lebaran yang dipegangnya.

Iwan menjelaskan, penyortiran kartu lebaran dia lakukan bersama empat rekannya sedari jam delapan pagi hingga jam empat sore. Jumlah surat yang tidak terlalu banyak, membuatnya tidak tak perlu sampai lembur.

Dalam sehari, lanjut Iwan, kartu lebaran yang masuk dan disortir bisa mencapai 1.000 lembar. Saat menyortir, Iwan jarang menemukan pengiriman kartu lebaran atas nama perseorangan. Sebagian besar kartu ucapan itu dikirim perusahaan pelanggan, rekan bisnis maupun karyawannya. “Ya nggak mungkin bos kirim sms lebaran ke ribuan karyawannya,” ujar Iwan bercanda.

Pemantauan Rakyat Merdeka, kartu lebaran maupun surat terlihat menumpuk di dalam kotak-kotak berukuran 30x30 cm. Dari tumpukan-tumpukan itu, terlihat pengiriman kartu ucapan itu didominasi perusahaan.

Hasil sortiran itu, kemudian di masukkan kedalam karung berwarna oranye, berdasarkan tujuan. Kemudian, karung-karung itu dibawa ke ruangan pengiriman untuk dipilah berdasar jasa pos yang digunakan. Yaitu, paket biasa, kilat khusus, dan puri ekspres.

“Dikirimnya sama, sampainya beda. Ada yang naik pesawat kapal laut atau darat. Tergantung pakai jasa mana,” terang Iwan.

Hingga jam dua siang, tumpukan-tumpukan kartu lebaran, yang juga tercampur dengan surat dibawa Iwan untuk disortir sebelum dikarungkan. Menurutnya, semua surat dan kartu ucapan yang masuk hari ini harus selesai dipilah-pilah hari itu juga. Pasalnya, jika ditunda maka pengirimannya akan tertunda juga.

Di depan tempat penyortiran terdapat meja kerja Bambang Herawan, Asisten Manager Produksi dan Distribusi Kantor Pos Jakarta Barat. Sambil mengawasi bawahannya menyortir, Bambang mengungkapkan 80 persen kartu lebaran berasal dari perusahaan.

“Sehari sampai ribuan (kartu lebaran). Dua puluh persennya warga biasa, bukan perusahaan,” papar Bambang sembari  menyatakan belum bisa memastikan angka pasti jumlah kartu lebaran, lantaran baru dihitung jam lima sore.

Menurut Bambang, jasa pengiriman kartu lebaran sempat terpuruk setelah handphone mudah dimiliki harganya telah murah. Masyarakat pun mengucapkan selamat hari raya lewat short message service (sms). “Pernah ada penurunan, pas warga mulai familiar dengan handphone,” katanya.

Namun tiga tahun terakhir, lanjut Bambang, jumlah pengiriman kartu lebaran menggunakan jasa pos kembali meningkat.

Kesibukan juga terlihat di loket-loket pelayanan. Kantor pos Jakarta Barat menyediakan 14 loket untuk berbagai pelayanan. Tak terlihat antrean warga yang hendak mengirim surat, paket maupun membayar tagihan listrik dan air bersih.

Beberapa warga memanfaatkan jasa pos untuk mengirim barang ke kampung halamanan. Seperti yang dilakukan Budi, warga Grogol.  “Oleh-oleh buat di Jawa,” ungkap Budi. Dengan mempaketkan oleh-oleh untuk keluarga dan kerabatnya di kampung, dia tak perlu membawa barang banyak ketika mudik.

Ditanya apakah juga mengirim kartu lebaran juga kepada sanak saudara atau rekan, Budi mengatakan sudah tak lagi menggunakan jasa pos untuk mengucapkan selamat hari raya.

Ucapan selamat, menurut dia, cukup disampaikan lewat sms atau langsung telepon saat lebaran. “Dulu doang, sudah lama sekali nggak kirim kartu lebaran. Yang penting sekarang bukan kartunya,” katanya Budi.

Begitu juga dengan Dani, warga Cengkareng. Kedatangannya ke kantor pos untuk membayar tagihan  listrik. Dia juga mengaku tidak lagi mengirim kartu lebaran. Alasannya sama seperti Budi: ucapan bisa dikirim via sms.

Menurutnya, kartu lebaran kini hanya untuk orang penting maupun instansi saja yang memang perlu ucapan khusus.

“Saya nggak ngirim kartu lebaran. Dulu iya, pas belum ada hanphone. Sekarang sudah ada ada BB (BlackBerry) lagi. Ribet kirim ucapan pakai kartu-kartu,” papar Dani.

Di kantor pos Jakarta Barat ada stan yang menjual berbagai kartu ucapan. Letaknya di sebelah kiri pintu masuk. Di balik meja kaca terpampang beragam jenis kartu ucapan dengan harga mulai Rp 2.500 hingga Rp 5.500.

Septi, penjaga stand mengungkapkan hanya sedikit warga yang melirik kartu ucapan yang dibuat kantor pos. “Sepi.  Kita buka dari awal puasa. Lakunya nggak lebih dari setiap 10 kartu per harinya,” katanya.

Ada beberapa orang yang terlihat mendatangi stand ini. Namun hanya sekadar untuk membeli perangko maupun bertanya bagaimana cara mengirim paket barang.

Untuk membangkitkan minat masyarakat untuk mengirim ucapan lebaran lewat pos, kantor pos Medan membagi-bagikan kartu ucapan bergambar bangunan khas di ibukota provinsi Sumatera Utara itu.

“Kita terus berupaya agar warga tetap senang menggunakan jasa Pos, karena itu kita berikan gratis bagi mereka yang menggunakan jasa pos saja,” papar Kepala Kantor Pos Medan Muklis.

Dia mengatakan tahun-tahun sebelumnya kartu yang dicetak hanya 2.000 lembar . Seiring meningkatnya pengguna jasa PT Pos, diikuti dengan peningkatan penambahan jumlah kartu. Pengguna kartu ini dipermudah dengan sistem kartu yang tidak membutuhkan prangko dalam pengirimannya.

Selain itu, dalam kartu juga bercetak gambar-gambar gedung bersejarah di Kota Medan. “Ini dilakukan demi mengangkat nilai sejarah yang sebenarnya sangat menarik untuk dikembangkan,” ujarnya.

Dengan demikian, dunia pariwisata kota itu bisa dipromosikan lewat kartu tersebut. “Mungkin banyak juga warga Medan yang belum tahu tentang gedung-gedung bersejarah di kota ini, maka kita kenalkan dengan cara yang unik,” ujarnya.

Jelang Lebaran, Pengiriman Paket Barang Meningkat


Sebelum masyarakat mengenal handphone kartu lebaran sempat menjadi primadona sekadar untuk mengucap selamat hari raya. Kartu ucapan lebaran meredup setelah 2003. Saat itu handphone sudah mudah dimiliki karena harganya murah.

Ida, Manager Pelayaanan Kantor Pos Jakarta Barat mengenangkan masa sebelum masyarakat familiar dengan handphone. Saat itu, petugas kantor pos sampai harus lembur untuk membantu menyortir banyak kartu ucapana yang dikirim masyarakat.

Setelah kantor pos tutup jam empat sore, aktivitas menyortir kartu lebaran berdasar daerah tujuan dilakukan. Lokasi penyortiran, bahkan dilakukan di meja-meja dibalik loket. “Di sini  sampai pada lembur, saking banyaknya kartu lebaran. Nggak lebaran doang, Natal juga ramai,” tutur Ida.

Seiring berkembanganya teknologi, ketika handphone sudah banyak yang punya, lanjut Ida, sontak pengiriman kartu lebaran berkurang. Bahkan dapat dibilang sepi. Baru beberapa tahun ini, peminat jasa pengiriman kartu lebaran mulai meningkat. Itu pun berasal dari kalangan perusahaan.

“Pemasukan kita dulu dari surat, termasuk kartu lebaran,” kenang Ida.

Saat ini, lanjut Ida, kesibukan petugas pos beralih dari mengirim surat menjadi pengiriman paket. Setiap paket akan ditimbang dan dibayar berdasarkan berat paket dan jauh dekatnya pengiriman.

Pengiriman paket, menurutnya, sangat diminati warga menjelang lebaran. Karena, dengan paket dapat mengirimkan benda yang dibutuhkan warga secara langsung.

“Banyak peminatnya (pengiriman paket),” kata Ida sembari menunjuk tumpukan paket yang berada tak jauh dari meja kerja Ida.

Ida mengatakan, saat ini kebiasaan mengirim surat lewat pos sudah jauh menurun. Penerimaan kantor pos pun turut menurun drastis.  Jasa pengiriman surat dan penjualan perangko tak lagi bisa dijadikan andalan untuk meraup laba.

Untuk menyiasati penurunan penerimaan itu, kantor pos pun membuka layanan di luar jasa pos. Seperti pembayaran tagihan listrik dan pembayaran kredit.

Iwan Kurniawan, petugas distribusi paket juga mengakui adanya penurunan antusias warga dalam pengiriman kartu lebaran.  Jumlah petugas yang menangani penyortiran surat dan kartu ucapan pun sudah jauh berkurang. Hingga di kantor pos Jakarta Barat hanya lima orang yang menangani penyortiran hingga pengiriman surat dan kartu ucapan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA