Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tenaga Ahli Dari China Rakit Monorel Di Monas

Dipamerkan Bertepatan HUT Jakarta

Minggu, 16 Juni 2013, 09:42 WIB
Tenaga Ahli Dari China Rakit Monorel Di Monas
Monorel china
rmol news logo Dua truk melaju beriringan. Memuat gerbong kereta, truk berjalan pelan menuju pusat kota. Dari kejauhan, tugu Monumen Nasional (Monas) tampak bermandikan cahaya ungu malam itu. Lapisan emas di puncaknya berkilau terkena lampu sorot.

Truk berhenti di Silang Monas, dekat Stasiun Gambir. Crane—yang biasa dipakai untuk mengangkat peti kemas—dan forklift sudah disiapkan di situ. Kedua alat berat itu akan dipakai untuk memindahkan gerbong ke atas penyangga dari baja. Konstruksinya dibangun di atas jalan di jantung kota Jakarta ini. 

Malam berganti pagi. Gerbong sudah berdiri kokoh di atas penyangga. Ratusan pekerja kini beralih mempersiapkan stasiun untuk kereta itu. “Kami bekerja siang dan malam, 24 jam sehari. Tidak ada waktu kosong,” ujar Putri, penyelenggara pameran.
Gerbong dan stasiun yang tengah dirakit ini adalah wujud asli monorel. Transportasi massal itu mulai dibangun tahun ini. Rencananya, monorel ini akan dipamerkan kepada masyarakat pada 22 Juni, bertepatan dengan HUT Jakarta ke-486.

Beberapa pekerja tampak sibuk memasang berbagai aksesoris di dalam gerbong.

Aksara Cina masih tertera di gerbong itu. Gerbong monorel berwarna abu-abu dengan garis biru itu memang didatangkan dari Cina.

Persiapan untuk memamerkan monorel ini sudah berlangsung sejak dua pekan lalu. “Masih banyak yang masih belum selesai. Tetapi kami optimis akan rampung sampai tanggal 22 nanti,” ujar Putri.

Beberapa tenaga dari Cina turut dikerahkan untuk mempersiapkan pameran monorel ini. “Ada tujuh orang tenaga ahli yang kita datangkan dari Cina untuk pemasangan. Sisanya ya pekerja dari Indonesia sendiri,” jelas Putri.

Bentuk monorel mirip commuter line yang sudah dioperasikan di Jabodetabek. Yang berbeda hanya bagian depan rangkaian kereta ini. Bentuknya setengah bulat. Di bagian depan tertulis CRP3 dan nomor 030546.

Tak jauh dari lokasi ini, puluhan pekerja juga tengah mempersiapkan konstruksi untuk monorel lainnya. Monorel ini yang akan dipamerkan di sini adalah buatan dalam negeri.
Sebuah crane tampak memindahkan balok-balok beton berukuran. Balok-balok beton itu disusun membentuk lintasan. Di pinggirnya dibangun penyangga dari baja.  

Adalah PT Industri Kereta Api (Inka) yang mendapat mandat untuk membuat monorel dalam negeri. Pembuatan monorel dilakukan di markas BUMN itu di Madiun, Jawa Timur.

“Pemasangan monorel buatan kita tak serumit pemasangan monorel buatan Cina,” ujar Adiyo, supervisor pemasangan monorel buatan PT Inka.

Ia juga mengklaim monorel buatan dalam negeri lebih baik. “Kalau yang kita punya tidak perlu memasang hanggar stasiun, kita hanya pasang berupa shelter kereta api saja. Peralatannya sudah lengkap, tinggal menunggu satu rangkaian lagi saja yang belum tiba,” jelasnya.

Sayang, wujud monorel karya anak negeri ini belum bisa dilihat. Hingga akhir pekan lalu, monorel buatan PT Inka belum datang.

“Truknya mogok di Indramayu. Kalau sudah tiba, ya sebenarnya cepat merangkainya,” kata Adiyo.

Pada Mei lalu, Menteri BUMN Dahlan Iskan melihat monorel yang dibuat PT Inka. Ia pun bangga. “Ini monorel pertama bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Ini jadi kebanggaan kita bersama,” kata Dahlan. 

Ia berpesan agar tak perlu jauh-jauh mencari atau mendatangkan monorel dari luar negeri. “Kami mengusulkan agar menggunakan monorel buatan BUMN. Karena investasinya sangat murah,” ujarnya.

Dahlan telah meminta izin kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk bisa memamerkan monorel buatan PT Inka. “Pak Jokowi mendukung sekali biar bisa sosialisasi. Pelaksanaannya pada ulang tahun Jakarta,” imbuhnya.

Dengan memamerkan kedua monorel di Monas, masyarakat bisa membandingkan buatan Cina dengan dalam negeri. Rencananya, kedua monorel dipamerkan di Monas sampai 22 Juli 2013. Pameran ini tidak dipungut biaya alias gratis.

Gubernur DKI Jokowi menyampaikan, dengan adanya pameran monorel diharapkan  masyarakat mendapatkan pemahaman lebih konkret mengenai alat transportasi massal ini.

“Monorelnya yang dari INka dan yang dari Cina, dipasang di depan Monas supaya semua bisa lihat,” ujarnya.

“Biar masyarakat bisa nyoba buka pintunya gimana, tutup pintunya gimana, duduk di monorel kayak apa. Harus dicoba, biar enggak keliru nanti,” ujar bekas walikota Solo itu.

Kepala Unit Pengelola Taman Monas Mimi Rachmiyati mengatakan, pameran monorel sudah mendapatkan izin. Untuk keamanan, pihaknya akan menempatkan personel Satpol PP.

Mimi mengatakan, pameran ini merupakan suatu kegiatan positif. Masyarakat bisa mendapat informasi baru bahwa moda transportasi tidak hanya bus dan KRL.
“Kita mendukung kegiatan ini,” ujarnya. Pameran dua monorel merupakan bagian dari acara memperingati HUT Jakarta yang ke-486.

Ini Alasan Gunakan Monorel Buatan China

PT Jakarta Monorail (JM) akan mengoperasikan rangkaian kereta dari China untuk mengangkut penumpang. Apa alasannya?

Direktur Teknik PT JM, Bovanantoo menjelaskan, gerbong monorel didatangkan dari China North Railways (CNR).

Menurut dia, PT JM memilih armada dari CNR karena sudah terbukti kualitasnya. Sebenarnya, lanjut dia, ada armada monorel yang lebih murah, tetapi risikonya besar.

“Salah satu kecocokan selain keamanan adalah model gerbong yang besar sehingga dalam satu perjalanan bisa mengangkut 800 penumpang dalam satu rangkaian yang terdiri atas empat gerbong,” katanya.

Bovanantoo melanjutkan, kapasitas per gerbong mencapai 200 penumpang duduk dan berdiri. Selain itu, gerbong monorel Juga akan dilengkapi baris pengguna kursi roda.

Gerbong itu akan dipamerkan di Monas pada 22 Juni mendatang. Bovanantoo mengatakan, di bagian kepala kereta itu ada alat untuk membuka dan menutup pintu di semua rangkaian.

Selain memamerkan monorel, PT JM juga menyosialisasikan tarif monorel yang direncanakan beroperasi mulai 2016. Tarif berlaku berlaku progresif. Paling mahal Rp 10 ribu. “Saya rasa di tahun 2016 harga tiket 10 ribu masuk akal,” tuturnya.

Bovanantoo juga menjelaskan pihaknya sedang menyelesaikan urusan administrasi operasi untuk membuat proyek monorel. “Kami bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh pemerintah,” ujarnya.

Kata dia, Ortus Holdings, investor baru telah  merampungkan pembelian saham PT Adhi Karya Tbk di PT  Jakarta Monorail (JM).

Mengenai pembayaran tiang-tiang yang sudah dibangun Adhi Karya, Bovanantoo mengatakan, sudah ada kesepakatan mengenai mekanismenya.

“Pembayaran sebesar Rp 190 miliar seperti yang sudah disepakati akan dilakukan setelah semua persyaratan yang tertuang dalam kesepakatan tertulis terpenuhi,” kata Bovanantoo sambil menegaskan bahwa pihak investor juga sudah siap dengan pendanaan untuk hal tersebut.

Konsorsium BUMN Garap Jalur Bekasi, Bogor & Bandara

Setelah hengkang dari konsorsium PT Jakarta Monorail (JM), Adhi Karya menggandeng sejumlah BUMN untuk mengerjakan monorel di pinggir ibukota.

Rencananya, konsorsium BUMN itu akan menggarap tiga jalur monorel. Namun proyek itu baru bisa dikerjakan setelah peraturan presiden (Perpres) turun.

“Dasar hukum pengerjaan monorel Jabodetabek menunggu Perpres, karena ini lintas wilayah mulai Jakarta sampai Bogor dan Bekasi,” ujar Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan saat memperkenalkan mock up monorel penumpang dan monorel kontainer di pabrik PT Inka, Madiun, Mei lalu.

Ia katakan, konsorsium BUMN meluncurkan tiga proyek monorel, untuk kebutuhan penumpang dan barang. Tiga proyek tersebut, monorel kereta penumpang di jalur Jabodetabek dan jalur Bandara Soekarno-Hatta, serta monorel kontainer otomatis atau Automated Container Transporter (ATC) di Pelabuhan Tanjung Perak.

Pengerjaan tiga proyek ini melibatkan sejumlah BUMN diantaranya PT Industri  Kereta Api (Inka), PT Adhi Karya, PT Len, PT Pelindo III, PT Telkom Indonesia, dan Bank Mandiri.

Menurut Dahlan, untuk monorel Jabotabek ini, perlu Perpres karena lintas daerah. Sedangkan, pengerjaan monorel jalur Bandara Soetta dan monorel kontainer di Tanjung Priok, tidak memerlukan Perpres karena tidak melibatkan lintas instansi pemerintah daerah.

“Konsep tiga proyek monorel itu sudah selesai disusun, dan tinggal dikerjakan setelah dasar hukumnya turun terutama Perpres untuk monorel Jabodetabek,” katanya.

Ia katakan, pengadaan monorel Jabodetabek itu diharapkan bisa menekan tingkat kemacetan jalur darat non kereta di Jakarta dan sekitarnya. “Ini menjadi opsi, agar orang tidak semakin banyak menggunakan mobil,” ucapnya.

Apalagi menurut kajian, investasinya lebih murah dan mudah. Satu gerbong monorel bisa mengangkut hingga 200 orang.  Monorel Jabodetabek ini direncanakan melalui jalur Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Kuningan.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, mengatakan pengadaan moda transportasi monorel tersebut sesuai dengan konsep angkutan massal untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dan sekitrarnya.

Apalagi Menteri Perhubungan (Memnhub) sudah mengeluarkan Peraturan Menhub Nomor 54 Tahun 2013. “Artinya sistem jaringan angkutan massal yang diusulkan konsorsium BUMN, sesuai dengan sistem jaringan angkutan massal Jabodetabek,” katanya.

Bambang mengatakan, untuk monorel jalur Bandara Soetta-Manggarai diharapkan selesai pada kuartal kedua 2014. Rutenya Manggarai-Dukuh Atas- Stasiun Duri-Batu Ceper-Bandara Soetta. Rel mulai Batuceper Kota Tangerang hingga Bandara Soetta digarap PT KAI dan sedang tender. Sedangkan pembangunan stasiun di Bandara Soetta digarap PT Angkasa Pura II.

Bangun Jalur 52 Km Butuh Rp 8 Triliun

Proyek monorel yang akan digarap konsorsium BUMN membutuhkan biaya sampai Rp 12 triliun. Sebagian dana proyek ini disediakan bank BUMN.

“Monorel Jabodetabek sekitar Rp 7 triliun, peti kemas (ATC) Rp 2,5 triliun, dan monorel Bandara Soekarno-Hatta Rp 2,5 triliun,” kata Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan.

Pengerjaan tiga proyek ini melibatkan sejumlah BUMN, yakni PT Industri Kereta Api (Inka), PT Adhi Karya, PT Len Industri, PT Jasa Marga, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, PT Telkom Indonesia, PT Angkasa Pura II, dan PT Bank Mandiri.

Pendanaan proyek ini akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pinjaman dari Bank Mandiri. Menurut Dahlan, proyek ini sengaja dikerjakan konsorsium BUMN dan tidak melibatkan swasta.

“Karena ini proyek yang tidak terlalu menguntungkan dan pengembaliannya (pinjaman) panjang,” ucapnya.

Meski begitu, Dahlan menilai investasi monorel ini lebih murah dan mudah. “Satu gerbong monorel bisa mengangkut sampai 200 orang. Kalau lima gerbong saja sudah 1.000 orang,” tutur Dahlan.

Dahlan mengatakan konsep monorel versi konsorsium BUMN lebih murah. Dengan jalur sepanjang 52 kilometer, proyek yang menyambungkan Bekasi Timur-Cibubur-Cawang-Kuningan ini menghabiskan dana sebesar Rp 8 triliun.

“Investasi monorel ini tidak akan memberatkan APBN dan APBD karena akan ditanggung sejumlah BUMN konsorsium dan perbankan BUMN,” kata Dahlan.

Menurut Dahlan, pembagiannya 30 persen dari modal asli BUMN dan 70 persen dari perbankan BUMN. “Soal kemampuan perbankan, saya rasa ini tidak terlalu berat dibandingkan melihat yang terjadi tadi malam (macet akibat banjir). Itu lebih besar lagi biayanya.”

Direktur Utama PT Adhi Karya, Kiswodarmawan, mengatakan ada lima badan usaha yang bakal terlibat dalam konsorsium. “PT Len untuk persinyalan, PT Telkom terkait jaringan wifi dan kabel optik, PT INKA, PT Jasa Marga, dan PT Adhi Karya sendiri,” kata dia. Namun, dia belum mau menyebutkan perhitungan besaran porsi keterlibatan masing-masing perseroan.

Kiswodarmawan mengatakan hingga saat ini perseroan telah berbicara dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan memasuki tahap aprroval.

“Nanti kalau sudah di-approve, izin kami ajukan. Setelah disepakati, baru proyek akan mulai dilaksanakan,” ujarnya.

Dahlan mengusulkan agar izin pembangunan proyek ini dilakukan dua kali. “Jadi sepertinya dua proyek, monorel Jakarta dan Bekasi, tapi nyambung,” katanya.

Pengerjaan proyek monorel Jakarta ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun ke depan. Tahap pertama, monorail ini akan melayani perjalanan dari Bekasi Timur-Cawang, Cibubur-Cawang, Cawang-Kuningan.

Namun, dasar hukum buat memayungi proyek monorel Jakarta-Bekasi hingga saat ini belum kunjung keluar. Payung hukum dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) tersebut masih dalam pembahasan di koordinasi tingkat kementerian.

Setelah perizinan, dalam waktu tiga bulan ini, studi uji kelayakan diperkirakan akan rampung. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA