Di Jakarta ada sejumlah rumah susun sewa untuk kalangan bawah. Banyak yang kumuh lantaran bertahun-tahun tak dikelola secara baik.
Mendung menyelimuti awan Jakarta, Kamis siang (15/11). Zaenal cepat-cepat menyelesaiÂkan mengecat dinding rumah suÂsun sewa (rusunawa) Tanah Tinggi, Jakarta Pusat sebelum hujan turun.
“Yang sudah selesai dicat baru satu blok. Masih kurang lima blok lagi,†kata dia. Sudah dua mingÂgu Zaenal dan delapan rekannya mengecat rusun Tanah Tinggi.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat meninjau rusun Tanah Tinggi dua kali. Ia prihatin melihat kondisi pemukiman vertikal untuk kalangan bawah ini. Dindingnya kusam sehingga terkesan kumuh.
Untuk dia meminta agar rusun dipercantik. Salah satunya deÂngan cara mengecat dinding yang kuÂsam itu. Dinding rusun dicat deÂngan warna hijau apel.
Zaenal memperkirakan pengeÂcatan dinding luar rusun ini kelar dalam sebulan. Dinas Perumahan DKI tidak menargetkan waktu penyelesaian pengecatan kepada Zaenal dan kawan-kawan.
Untuk pekerjaan mengecat ini, pria berusia 40 tahun ini dibayar Rp 80 ribu sehari. Pengecatan mulai jam 8 pagi sampai 6 sore.
Rusun Tanah Tinggi mempÂuÂnyai enam blok bangunan dengan bentuk memanjang. Setiap blokÂnya terdiri dari lima lantai. Isinya 60 sampai 70 kamar.
Dari seluruh blok, hanya Blok 6 yang sudah dicat dinding depan dan belakangnya. Tiang-tiang dari kayu untuk pekerja meÂlaÂkuÂkan pengecatan terlihat masih terÂpasang. Menjulang sampai ke lantai teratas.
Dinding bagian dalam masih beÂlum dipoles cat baru. Warna dinÂdingnya putih kusam. “Bagian dalam Blok 6 hanya akan dicat kalau ada sisa cat,†kata Zaenal.
Lima blok lainnya yang berada di depan Blok 6 belum sama seÂkali dipoles. Ada beberapa bagian rusun yang masih belum diplester semen. Dindingnya masih dari batu bata telanjang.
Lingkungan di sekitar rusan suÂdah terlihat bersih dan rapi. Tak tampak sampah berserakan di seÂkeliling rusun. Walaupun begitu, ruÂsun ini masih kurang sedap diÂpandang mata. Jemuran pakaian milik penghuni rusun memenuhi lantai dasar hingga lantai lima.
Bagaimana kondisi kamar di rusun ini? Rakyat Merdeka pun mengintip ke dalam Blok 6. Di setiap lantai ada 15 kamar yang poÂsisinya saling berhadap-haÂdaÂpan. Lorong selebar dua meter memisahkan kamar-kamar itu. Lorong ini untuk lalu-lalang pengÂhuni rusun.
Setiap kamar di rusun ini berÂukuran 3x6 meter. Bentuknya miÂrip rumah. Ruang berukuran 3x5 meter untuk ruang tamu, ruang keluarga sekaligus tempat tidur. Sisanya untuk dapur dan kamar mandi.
“Semua kamar di blok ini suÂdah ada penghuninya,†kata UsÂman, Ketua RT 11 RW 14 KeÂluÂraÂhan Tanah Tinggi, Johar Baru, JaÂkarta Pusat.
Pria bertubuh gempal itu meÂngaku telah tinggal di rusun ini seÂjak 1995 setelah selesai dibaÂngun. Ia mengaku selama ini konÂdisi rusun yang ditinggalinya saÂngat memprihatinkan. Kurang mendapat perhatian dari pemeÂrinth DKI.
“Pernah sekali Gubernur Fauzi Bowo datang ke sini, tapi nggak ada perubahan apa-apa. BaÂnguÂnan tetap kusam dan linÂgÂkuÂnganÂnya kotor,†kata pria berkulit gelap ini.
Namun sejak gubernur baru Joko Widodo berkunjung ke sini, suasana rusun berubah drastis. Lingkungan yang kotor diberÂsihÂkan. Dinding rusun yang kusam dicat. “Sekarang menjadi lebih bersih dan catnya baru,†katanya.
Tak hanya itu, kata Usman, Pemprov DKI juga menyediakan pompa. Sehingga penghuni rusun bisa memperoleh air bersih deÂngan mudah.
Selama ini, penghuni rusun membayar sewa kepada Dinas Perumahan DKI sebesar Rp 200 ribu per bulan. Penghuni juga diÂkeÂnakan iuran Rp 20 ribu untuk keÂbersihan dan listrik.
“Kami inginnya bisa gratis agar tidak membebani warga yang tinggal di sini. Mayoritas orang sini tidak mampu,†harap Usman.
Menurut dia, rusun Tanah TingÂgi dihuni 2 ribu kepala keluarga. Terbagi ke dalam 10 RT. “SeÂtiap bloknya ada 2 RT,†katanya.
Walaupun selama kondisi rusun memprihatinkan, warga engÂgan pindah karena harga seÂwanya terjangkau. Selain itu, letaknya dekat Puskesmas dan akses ke jalan raya. “Kalau mau ke mana-mana mudah,†kata Usman.
Di tengah rusun terdapat lapangan yang cukup luas. Lahan ini biasanya untuk main bola dan tempat bermain anak-anak.
Saat berkunjung ke sini, JoÂkowi bukan hanya meminta agar rusun dipercantik. Tapi juga meÂminta agar lingkungan di sekitar rusun dijadikan ruang terbuka hiÂjau. Walaupun ini belum terÂeaÂlisasi, penghuni rusun sudah meÂrasa mendapat perhatian dari peÂmerintah DKI.
Bukit Duri Bakal Jadi Kampung Deret
Selain mengisi rusun-rusun yang kosong, Pemerintah DKI juga akan membangun pemukiÂman layak untuk warga kurang mampu di 96 lokasi. PembÂaÂnguÂnannya diperkirakan mengÂhaÂbisÂkan biaya Rp 3,84 triliun.
Sekretaris Daerah Fadjar PanÂjaitan mengatakan setiap lokasi dijatah anggaran 40 miliar. “Itu termasuk pembangunan fisik,†katanya.
Dia mengatakan, lokasi-loÂkaÂsiÂnya di kawasan kumuh di lima wilayah kota dan kabupaten di JaÂkarta. Pembangunannya akan diÂusulkan terlebih dulu ke DPRD.
Dalam beberapa kesempatan, Gubernur DKI Jokowi meÂnyeÂbutÂkan akan membangun kamÂpung susun di kawasan-kawasan kumuh di Jakarta. Menurut FadÂjar, pembangunan disesuaiÂkan dengan lokasi dan karakteristik warga di situ.
Dia mencontohkan, jika di loÂkasi itu tidak memiliki banyak laÂhan kosong, maka pemukiman akan dibangun ke atas. Tapi jika maÂsih ada lahan kosong, peÂmuÂkiman dibangun memanjang. JoÂkowi menyebutnya kampung deret.
Salah satu lokasi yang bakal diÂbangun kampung deret yakni BuÂkit Duri, Jakarta Selatan. PerÂkamÂpungan deret ini diperuntukkan bagi warga setempat yang keÂbaÂnyakan berprofesi sebagai tukang kayu. “Ada lagi, misalnya dalam satu wilayah lebih banyak tukang tahu-tempe,†katanya.
Kampung susun maupun kamÂpung deret ini diprioritaskan keÂpada warga yang sudah lama meÂnetap di situ. “Kalau (masih) ada rumah lain, mungkin bisa diÂbeÂriÂkan kepada warga yang patut meÂnempatinya,†katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI, NoÂvizal mengatakan, pihaknya telah menargetkan 100 kawasan kuÂmuh untuk dibangun jadi kamÂpung susun deret yang sehat.
Untuk itu, setiap wali kota diÂminÂta untuk segera menyerahkan data lahan yang dianggap meÂmeÂnuhi syarat untuk dijadikan kamÂpung susun deret. “Nanti daÂpatÂnya berapa, itulah yang akan jadi program pada 2013,†katanya.
Ia menambahkan, pada 2013 piÂhaknya juga akan memulai pembuatan desain kampung itu. Prosesnya diperkirakan makan waktu 8,5 bulan. Dilanjutkan dengan tender selama 2,5 bulan. “Setelah itu, pembangunan fisik pun dapat dimulai pada kuartal ketiga tahun depan,†katanya.
Ia mengungkapkan pada tahun 2012 pihaknya telah meramÂpungkan pembangunan 900 unit rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
Dengan tambahan ini, total jumÂlah rumah susun di Jakarta yang telah dibangun mencapai 12 ribu unit yang tersebar di lima wilayah. “Sembilan ratus unit itu diÂbangun di tiga wilayah,†katanya.
Ketiga wilayah itu rusun Waduk Pluit sebanyak empat blok, rusun Pulogebang tiga blok, dan rusun Cipinang Besar Selatan tiga blok. Setiap blok memiliki 100 unit kamar.
Berikutnya sedang dibangun sembilan blok di Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Biaya pemÂbaÂnguÂnan setiap blok sebesar Rp 18 miliar. Total biayanya 9 blok menÂcapai Rp 162 miliar. “SekaÂrang sudah mau selesai. PraÂsarananya sedang diproses,†kaÂtanya.
Sewanya Rp 45 Ribu Sampai Setengah Juta
Banyak orang yang berminat menghuni rumah susun sederÂhana sewa (rusunawa) yang ada di sejumlah lokasi di Jakarta. Tapi mereka terhambat aturan yang dibuat pemerintah DKI.
Untuk bisa menghuni rumah susun harus orang yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta. Penghasilannya juga di bawah Rp 2,5 juta dan belum meÂmiliki rumah.
Biaya sewa yang diterapkan unÂtuk setiap unit rumah susun juga menjadi masalah tersendiri. Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 mengenai biaya sewa rumah susun beragam.
Ada yang paling murah di TamÂbora, Jakarta Barat yakni Rp 45 ribu per bulan. Ada pula biaya sewa rumah susun yang mencaÂpai Rp 500 ribu per bulan seperti di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Hingga kini masih ada sekitar 2 ribu unit rumah susun milik Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum yang belum bisa ditempati.
Alasannya sampai sekarang belum ada serah terima aset dari pemerintah pusat ke pemerintah–DKI. “Pembangunan rumah suÂsun itu kan dari anggaran peÂmeÂrintah pusat. Jadi masih ada proÂses yang harus diikuti,†kata KeÂpala Dinas Perumahan DKI NoÂvizal.
Pintu Dan Kloset Hilang Dicuri
Plafon Rusun Marunda Jebol
Ada rusun yang dihuni puluÂhan ribu orang seperti di Tanah Tinggi, Tanah Abang dan KeÂbon Kacang. Ada juga yang sepi. Warga enggan meÂnemÂpaÂtinya karena tidak ada fasilitas untuk penunjang hidup.
ÂSalah satu yang sepi yakni rusun Marunda, Jakarta Utara. RuÂsun yang dibangun sejak 2003 ini terdiri dari tiga cluster yaitu A, B dan C. Masing-maÂsing cluster terdiri dari 26 blok. Total ada 2.600 kamar di rusun ini. Tapi hanya 700 kamar di tujuh blok yang ditempati. SisaÂnya kosong.
Kondisi ini membuat GubÂerÂnur DKI Joko Widodo prihatin. “Selama ini terbengkalai, baÂnyak ditinggalin begitu saja. Jadinya rusak. Pintu rusak, kloÂset hiÂlang. Kalau dibiarin terus maka bisa habis banyak,†kata dia.
Menurutnya, bila rusun-rusun itu terus dibiarkan terbengkalai lama kelamaan bisa hancur. PaÂdahal, sudah banyak biaya yang dikeluarkan untuk pemÂbaÂngÂuÂnannya. Perbaikan rusun yang rusak juga bakal banyak makan anggaran.
Agar rusun-rusun itu bisa diÂhuni, Jokowi meminta agar diÂseÂdiakan fasilitas penunjang unÂtuk para penghuni. “Rusunnya sepi karena banyak fasilitas yang belum diberesin. Contoh di Rusun Marunda. Dua puluh enam blok itu nggak ada pasar. Mestinya ada pasarnya. Nggak ada puskesmas. Mestinya ada pusÂkesmas-nya. Nggak ada transpor. Mestinya diberi bus lah,†katanya.
Jokowi sudah kali berkunjung ke rusun Marunda. Rusun ini pun mulai dibenahi. Puluhan peÂkerja terlihat terfokus di ClusÂter B. Sebagian bekerja deÂngan menggunakan kuas dan rol melakukan pengecatan ulang dinding rumah susun.
Warna lama, yang didominasi cokelat, diganti dengan warna paduan biru langit dan biru tua. Tak jauh dari mereka, beberapa pekerja terlihat merampungkan menanam pohon mangga yang diletakkan di tengah-tengah komplek bangunan untuk memÂperindah pemandangan.
Sebagian plafon dan kusen, yang sebelumnya banyak jebol dan hilang dicuri di Cluster B, utuh kembali. “Banyak yang haÂrus diperbaiki. Kami berusaÂha cepat,†kata salah satu peÂnanggung jawab teknis RusuÂnawa Marunda, Otong.
Pria 47 tahun ini diberi waktu 40 hari untuk menyelesaikan rehabilitasi. Maka, dia berfokus pada empat perbaikan, yaitu pengecatan bangunan, pemÂbaÂnguÂnan pos keamanan, perÂbaiÂkan taman, dan menyelesaikan instalasi listrik.
Fokus diarahkannya di dua cluster, A dan B. Sedangkan ClusÂter C ada kemungkinan akan terbengkalai karena belum ada serah-terima aset dari KeÂmenterian Perumahan Rakyat ke Unit Pengelola Teknis (UPT) Rumah Susun Dinas PeruÂmaÂhan DKI Jakarta.
Menengok di Cluster C tamÂpak gelap dan cat-cata baÂnguÂnan sudah terlihat kusam. BeÂgitu didekati, sejumlah dinding tamÂpak berjamur dengan cat meÂngelupas di sana-sini. SeÂjumÂlah tiang besi juga tampak berkarat.
Jokowi menargetkan tahun deÂpan, rusun-rusun yang masih sepi sudah terisi semua. “DeÂngan catatan, fasilitas sudah siap, seperti puskesmas, pasar, transÂportasi dan air di sekitar rusun.â€
Kata dia, masih banyak warÂga Jakarta yang butuh tempat tinggal yang layak. Mereka bisa mendaftar ke Dinas Perumahan untuk bisa menempati rusun-rusun yang masih kosong.
“Sekarang yang di Marunda sudah tiga (blok) yang siap unÂtuk dimasukin. Pokoknya perÂbaiki, masuk. Perbaiki masuk. Pokoknya tak jamin itu, seÂmuaÂnya harus diisi,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.