Nurhasanah, 49 tahun, duduk bersender di pintu depan rumahnya. Telapak tangan kanannya memegang pipi sebelah kiri. Sesekali dia merintih, seperti orang yang sedang menahan sakit.
“Saya sedang sakit gigi mas. Sudah tiga hari ini belum semÂbuh-sembuh. Padahal udah miÂnum puyer dan obat warung. Tapi bukannya sembuh, malah tambah sakit,†kata warga RT 10/06 KeÂlurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Kenapa tidak berobat? AwalÂnya wanita yang sehari-hari beÂkerja sebagai buruh cuci pakaian di rumah tetangganya ini meÂngangÂgap sakit giginya masih biasa. Makanya selama tiga hari, dirinya tetap bekerja seperti biasa tanpa sekalipun mencoba berobat.
Biasanya, Nur mengaku cukup beberapa kali minum obat yang dibeli dari warung sakit giginya bisa sembuh. Tapi sekarang buÂkannya sembuh, gusinya malah bengkak yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa. “Kayak ditusuk-tusuk gitu,†tuturnya sambil meÂngelus-elus pipi yang bengkak.
“Saya sih rencananya hari JuÂmat mau berobat ke Puskesmas. Lagian anak saya yang kecil juga lagi buang-buang air terus. Sekalian mau coba Kartu Jakarta Sehat yang dikasih Pak Jokowi,†tambahnya.
Senin lalu (12/11), Nur berÂsama puluhan warga di KeÂluÂraÂhan Manggarai menerima Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang dibagi-bagikan langsung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Bekas Wali Kota Solo itu mendatangi ke ruÂmah-rumah warga sesuai nama yang tertera di KJS didampingi Kepada Dinas Kesehatan DKI, Camat, Lurah dan pengurus RT/RW.
Sejak menerima KJS, Nur dan suaminya belum pernah mengÂguÂnaÂkannya. Alasannya belum paÂham cara berobat dengan kartu itu. “Kemarin saat pembagian meÂmang dijelaskan. Tapi saya kurang paham. Kata tetangga sih tinggal bawa ke puskesmas, maka berobat gratis,†tutur istri penjual teh di Stasiun Senen, Jakarta Pusat itu.
Nur lantas masuk ke dalam rumah mungilnya. Rumahnya haÂnya berukuran 3x5 meter dengan dindingnya terbuat dari kayu dan tripleks. Di beberapa bagian suÂdah keropos dan bolong akibat diÂmakan usia dan rayap.
Agar bisa menampung seluruh anggotanya keluarganya, SlaÂmet, suami Nur membangun tingÂkat. Sama seperti lantai baÂwah, lantai dua rumahnya juga diÂbuat dari baÂhan tidak permÂaÂnen itu. BahÂkan terlihat kuaÂliÂtasÂnya lebih buruk.
Di lantai bawah hanya ada satu ruangan tanpa disekat-sekat. LanÂtainya diplur semen. Di beberapa bagian sudah terlihat gompal. Tidak ada kursi dan meja untuk tamu. Tamu yang datang duduk di lantai.
Ruangan ini banyak dipenuhi baÂrang-barang. Di antaranya emÂber besar mirip drum dan dua leÂmÂari kayu yang sudah kusam. Nur membuka pintu lemari di kiri. Ia membukanya perlahan karena karena pintu yang terÂbuat dari tripleks itu sudah muÂlai rusak.
Isi dalam lemari pun terlihat saÂmar lampu ruangan tak diÂnyaÂlakan. Lemari itu memiliki tiga rak untuk menyimpan pakaian. Nur memasukkan tangannya ke bawah tumpukan pakaian di rak dua.
Diambilnya plastik ukuran seÂteÂngah kiloan dari bawah tumÂpukan baju itu. Di dalam plastik itu ada empat kartu berukuran KTP. “Ini kartu sehat yang kami punya. Ada punya saya, suami dan kedua anak saya. Jadi jumÂlahnya empat,†kata Nur sambil menunjukkan KJS. Kartu itu sengaja dibungkus plastik tidak rusak.
Kartu yang ditunjukkannya terÂdiri dari dua warna. Bagian atas merah tua dengan logo DKI dan ada tulisan Kartu Jakarta Sehat. Sedangkan di bagian bawahnya berisi biodata pemilik kartu: nama, tanggal lahir dan alamat.
Rodiyah, 38 tahun, tetangga Nur juga mengaku belum meÂmanfaatkan KJS yang diterima. Dia bingung deÂngan manfaat karÂtu yang pada Senin diteÂrimanya langsung dari guÂbernur DKI.
“Saya belum urus surat apa-apa, eh dapat. Dulu kan saya puÂnya Jamkesda (Jaminan KeÂsehatan Daerah). Ngurusnya dulu repot, kenapa sekarang sudah dikasih? Saya pikir waktu itu masih contoh saja,†katanya sambil tertawa.
Kendati belum pernah mengÂgunakan, Diyah dan lima anggota keluarganya yang juga mendapat KJS lebih tenang. Mereka tak perlu bingung jika sewaktu-wakÂtu sakit dan harus berobat.
“Sekarang karena belum sakit, jadi belum terpakai. Besok-besok pasti saya ada sakitnya. Siapa yang tidak mau berobat gratis,†katanya.
Gubernur DKI Jakarta Jokowi menargetkan KJS untuk 4,7 juta orang. Atau sekitar 50 persen jumÂlah warga Ibu Kota. Untuk uji coba, KJS dibagikan kepada 3.000 warga di enam kelurahan yang tinggal di daerah kumuh.
Selain ke Manggarai, Jokowi juga membagi-bagi kartu seÂhat—janji kampanye dulu—di KeluÂrahan Bukit Duri, Tanah Tinggi, Pademangan Timur, Tambora dan Marunda. Jokowi mendatangi satu per satu rumah warga yang namanya tercantum di kartu itu.
Sesuai data Program PerÂlinÂdungan Sosial (PPLS) tahun 2011. penerima kartu sehat di Kelurahan Bukit Duri berjumlah 502 orang, Kelurahan PadeÂmaÂngan Timur 497 orang, Kelurahan Marunda 494 orang, Kelurahan Tanah Tinggi 503 orang, KeÂlurahan Tambora 504 orang, dan Kelurahan Manggarai 505 orang.
Jor-joran Kartu Sehat, Tagihan Rumah Sakit Bisa Membengkak
Sikap Jokowi yang jor-joran memberikan KJS dan pengobatan gratis dikhawatirkan bakal memÂbuat Pemerintah Provinsi (PemÂprov) DKI memiliki utang besar ke pihak rumah sakit.
Deddy Suryadi, juru bicara RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur menyambut baik peluncuran KJS yang memudahkan warga kurang mampu memperoleh layanan kÂeÂseÂhatan. Tapi dia khawatir klaim program ini bakal membengkak dan memberatkan Pemprov DKI.
“Selama tahun 2012, utang Pemprov DKI untuk biaya pelaÂyanan kesehatan warga di RSUD Pasar Rebo mencapai Rp 5,5 miÂliar. Padahal, sebagai badan laÂyaÂnan umum, kami sangat memÂbuÂtuhkan dana segar untuk memÂbiayai pelayanan kesehatan di ruÂmah sakit ini,†kata Deddy.
Dia meminta, sistem klaim program KJS meniru Jaminan KeÂsehatan Masyarakat (JamÂkesÂmas) Kementerian Kesehatan. MeÂnurutnya, sistem klaim JamÂkeÂsmas cukup terkontrol lewat jaÂringan internet yang saling teÂrÂhubung. Setiap pengeluaran ruÂmah sakit dapat dilaporkan seÂgera. Dana klaim yang diajukan rumah sakit dapat dicairkan seÂbulan sekali.
Deddy berharap, ada sinergi KJS dengan program pelayanan kesehatan yang sudah ada. MisalÂnya, program Keluarga Miskin (GaÂkin) dan Surat Keterangan TiÂdak Mampu (SKTM). Sinergi program ini penting agar klaim pembiayaan kesehatan bisa diÂcairkan setiap sebulan sekali.
Jokowi menjamin tidak akan ada masalah dengan program KJS. Dia juga memastikan peÂserta program Jamkesda akan menjadi peserta KJS. Mengenai klaim rumah sakit yang belum diÂbayar Pemprov DKI, ia berjanji seÂgera melunasinya.
Bahkan, pihaknya sudah meÂngaÂlokasikan anggaran Rp 800 miliar untuk membiayai layanan kesehatan gratis di tahun ini. UnÂtuk tahun 2013, anggaran akan diÂtingkatkan jadi Rp 1 triliun.
Bekas Wali Kota Solo ini meÂngatakan, anggaran tersebut sudah diusulkan dalam RAPBD DKI 2013. Warga yang memeÂgang KJS akan mendapat peÂlaÂyaÂnan kesehatan gratis dan diÂtangÂgung biaya berbagai penyakitnya mulai dari penyakit ringan samÂpai peÂnyakit kritis.
“Dari penyakit panu sampai yang kritis di-cover (tanggung) Kartu Jakarta Sehat. Periksa daÂrah, cuci darah, sampai melaÂhirÂkan gratis,†terangnya.
Menurut Jokowi, anggaran seÂbeÂsar Rp 800 miliar untuk KJS pada tahun ini dinilai belum cuÂkup untuk memberikan layanan keÂseÂhatan gratis bagi warga Jakarta.
Karena itu, pihaknya menamÂbahkan anggaran di 2013 menjadi Rp 1 triliun. Namun itu perlu menÂdapat persetujuan DPRD DKI. “Saya serahkan ke Dewan,†kata Jokowi.
“Nanti juga ada manajemen kontroling Kartu Jakarta Sehat. KeÂuangan yang pegang Bank DKI agar sistem billing-nya berÂjalan baik,†paparnya.
Pasien Di Puskesmas Naik Dua Kali Lipat
Setelah KJS diluncurkan, warga ramai-ramai mendatangi puskesmas untuk mendapat kartu berobat gratis itu. Di Puskesmas Tambora, Jakarta Barat, misalÂnya. Sejak pagi kemarin sudah diÂpenuhi warga yang hendak meÂraÂsakan berobat gratis dengan KJS.
Warga pun antre panjang di loket pendaftaran maupun klinik pemeriksaan. Mereka yang tidak memiliki KJS sudah membekali diri dengan KTP dan Kartu KeÂluarga (KK).
“Bagi warga yang tidak puÂnya KJS, bisa membawa KTP dan KK. Tapi kalau tidak ada, kami akan kenakan biaya sebeÂsar Rp 2.000,†jelas Hulman, petugas administrasi di puÂsÂkesÂmas.
Menurut dia, warga antusias menÂdapatkan pengobatan gratis di puskesmas ini. Hingga pukul 11 siang, tercatat sudah 50 warga yang berobat.
“Biasanya hingga tutup saja, warga yang datang berobat tidak lebih dari 25 orang. Tapi sejak beberapa hari ini (kemarin—red), warga yang datang cukup baÂnyak,†jelasnya.
Bisa Tahu Riwayat Penyakit Pasien
Gubernur DKI Jokowi mengklaim Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diluncurkan akhir pekan lalu lebih baik dari prÂoÂgram Jamkesda.
“Yah beda jauh dong dengan Jamkesda, Kartu Jakarta Sehat ini sistemnya lebih jelas, dan manajemennya lebih baik,†tegasnya.
Sebelumnya, di DKI ada proÂgram Jaminan Kesehatan DaeÂrah (Jamkesda) untuk warga kuÂrang mampu.
Ia lalu menjelaskan perÂbeÂdaÂan KJS dengan Jamkesda. Kata dia, sistem keuangan KJS. KeÂmuÂdian, ada sistem laporan dan riwayat kesehatan warga. “MiÂsalnya, bulan Januari (sakit) panu, Februari panas, Maret kurap. Semua itu akan terekam dalam laporan,†ujarnya. MeÂnurut dia, ini mempermudah doÂkter saat menangani pasien.
Perbedaan lainnya, untuk mendapatkan KJS sangat muÂdah. Tidak perlu melewat biÂrokrasi yang berbelit-belit. WarÂga, kata dia, cukup memiliki KTP DKI untuk mendapatkan kartu ini.
“Punya KTP, punya tanda seÂbaÂgai warga DKI, itu sudah cuÂkup, cara dapatkannya gak perÂlu ke RT ke RW, langsung saja ke Puskesmas,†kata JoÂkowi.
Mau Berobat Gratis? Tunjukkan KTP Dan KK Saja
Belum Kebagian Kartu Sehat
Belum punya Kartu Jakarta Sehat tak berarti warga miskin Ibu Kota tidak bisa mendaÂpatÂkan pengobatan gratis. Cukup menunjukan KTP dan Kartu KeÂluarga (KK), warga yang berÂobat di Puskesmas akan menÂdaÂpatkan pelayanan cuma-cuma.
Siti Rokhayah, warga RW 10, Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan mengaku belum menÂdapatkan KJS saat Gubernur DKI Joko Widodo datang ke kamÂpungnya, Senin lalu.
Namun, dia tidak khawatir tiÂdak bisa berobat gratis. Ia menÂdapat informasi bahwa warga DKI tetap mendapatkan pengoÂbatan gratis di Puskesmas. LeÂtak Puskesmas Manggarai tak jauh dari rumahnya.
“Alhamdulillah, tadi saya (berobat) sama sekali tidak diÂpuÂngut biaya. Saat daftar, saya haÂnya diminta fotokopi KTP dan KK. Setelah itu langÂsung dilayani dan gratis,†jelas wanita yang sudah ditinggal wafat suaminya sejak 4 tahun lalu ini.
Siti juga membawa anak bungÂsunya yang berusia lima tahun yang sakit panas ke pusÂkesmas. Dia sendiri berobat karena menderita demam sejak 2 hari lalu.
“Kami berdua diperiksa dokÂter dan dikasih obat secara graÂtis. Biasanya kalau ke PusÂkesÂmas untuk pendaftaran saja haÂrus bayar. Nanti obat juga bayar lagi,†jelasnya.
“Katanya nanti saya juga akan mendapatkan kartu sehat seperti warga yang lain. Tapi beÂlum tahu kapan. Katanya akan dikabari,†kata Siti.
Hal senada disampaikan Yuni, warga satu kampung Siti. MesÂkipun belum kebagian KJS, Yuni sudah merasakan layanan keÂseÂhatan gratis di puskesmas dekat ruÂmahnya. Meskipun pengoÂbaÂtanÂnya hanya sekelas puskesmas, ibu tiga anak ini merasa senang. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.