Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

KRI Dewaruci Menuju Peristirahatan Terakhir Dilepas Haru Warga Jakarta

Minggu, 14 Oktober 2012, 08:49 WIB
KRI Dewaruci Menuju Peristirahatan Terakhir Dilepas Haru Warga Jakarta
KRI Dewaruci

rmol news logo Jenny Napitupulu terus melambaikan tangan ke arah kapal layar tiang tinggi KRI Dewaruci yang mulai menjauh dari pelabuhan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sambil terus mendekat ke dermaga, ucapan selamat jalan berulang kali di teriakan warga asal Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

Sejak kemarin pagi, Jenny ber­sama suami dan seorang anaknya sudah tiba di Kolinlamil. Ini me­rupakan kali kedua Jenny dan ke­luarga tiba di sini. Sebelumnya, dia ke sini ketika KRI Dewaruci tiba di Kolinlamil Tanjung Priok pada 11 Oktober lalu.

“Ada keponakan saya yang menjadi kadet di kapal itu. Ke­ma­rin kami kesini untuk menjem­put kedatangannya. Dan se­ka­rang, kami juga ingin melepasnya pulang ke Surabaya,” kata Jenny.

Selain ponakan, Jenny menga­ku memiliki seorang putra yang juga menjadi kadet di kapal latih taruna TNI AL itu. Sayangnya, put­ra dia tidak ikut dalam rom­bongan kadet yang akan kembali bertolak ke Surabaya.

Menurut Jenny, putranya baru masuk tingkat dua untuk berlatih menjadi kadet kapal. Sehingga, saat tahun lalu ketika KRI De­waruci keliling dunia, anaknya belum dilibatkan dalam rom­bo­ngan tersebut.

“Anak saya masih berada di Su­rabaya. Tahun besok, kalau kapal kembali berlayar, anak saya pasti akan ikut. Saya sudah tidak kapal mendengar cerita dari anak saya soal pelayarannya nanti,” ujarnya.

Namun niat Jenny untuk me­lihat anaknya berlayar dengan KRI Dewaruci tampaknya tak akan kesampaian. Setelah kem­bali ke Surabaya, kapal yang su­dah berusia 60 tahun ini akan di­museumkan.

Kedatangan KRI Dewaruci ke Tanjung Priok tiga hari meng­ak­hiri misi muhibah keliling dunia selama 277 hari.

Sebelum bertolak ke Surabaya untuk dimuseumkan, TNI AL memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin melihat isi kapal yang memiliki tiga layar utama ini. Waktu kunjungan mu­lai 8 pagi sampai 1 siang.

Masyarakat yang ingin me­lihat-lihat KRI Dewaruci tidak di­pungut biaya. Cukup datang ber­pakaian rapi dan membawa tanda pengenal. Setelah mening­galkan kartu tanda pengenal, ma­syarakat dipersilakan masuk ke dalam kapal.

Kesempatan ini pun tidak di­sia-siakan masyarakat yang pe­nasaran dengan kapal yang sudah beberapa kali menjalankan misi ke­liling dunia ini.

Hafifah Santoso Ramalan, mi­salnya. Ia rela berpanas-panasan demi bisa melihat kapal dari arah dekat. Di usianya yang sudah ma­suk kepala enam, Hafifah begitu semangat saat menyusuri satu per satu ruangan yang ada di KRI De­waruci. Warga Jatinegara Kaum, Jakarta Timur ini berkali-kali meng­gelengkan kepala, tanda kagum terhadap kapal yang me­miliki kecepatan berlayar 10,5 knot dengan mesin dan 9 knot de­ngan layar. Kapal ini mampu me­nampung 120 orang.

“Saya tidak memiliki keluarga yang bekerja sebagai kadet atau awak di kapal Dewa Ruci ini. Tapi sebagai warga negara, saya sangat ingin melihat langsung kapal yang menjadi kebanggaan kita bersama,” ujarnya.

Tak hanya Dewaruci, sekitar tahun 1964, Hafifah juga pernah datang ke Tanjung Priok untuk melihat kedatangan Kapal Hang Tuah. Kapal perang TNI AL itu menarik perhatian warga Jakarta karena terlibat dalam per­tem­puran di laut.

“Sayangnya, setelah itu Kapal Hang Tuah ditembak Belanda da­lam pertarungan di Laut Aru, Pa­pua,” tutur wanita yang me­ngaku istri pejuang kemerdekaan ini.

Venna, warga Semper, Jakarta Utara juga bergabung dalam ratu­san orang yang datang ber­kun­jung ke Kolinlamil Sabtu kema­rin. Bersama suami dan dua anak­nya, pegawai swasta ini sudah tiba sejak pukul 07.30 pagi.

“Selain penasaran, saya ingin memberikan pengalaman baru pada dua anak saya ini. Saya ingin memperlihatkan pada me­reka bahwa negara kita memiliki kapal layar yang pernah menge­lilingi dunia,” ujarnya sambil men­jepretkan kamera digital miliknya.

Menurut Venna, pengalaman dan keberhasilan Dewaruci yang telah melakukan perjalanan ke­li­ling dunia harus ditularkan ke­pada anak-anak calon penerus bangsa. Agar sejak kecil, kata dia, anak-anak sudah memiliki ke­banggaan terhadap negaranya.

“Jadi, bukan hanya negara luar. Kita juga memiliki kapal perkasa yang berani berkeliling dunia dan selamat kembali sampai Indo­ne­sia. Pelajaran ini harus disam­pai­kan pada anak-anak,” tegasnya.

Seperti apa bagian dalam dari kapal yang memiliki berat 874 ton, panjang 58,30 meter dan le­bar 9,50 meter itu? Meskipun se­bentar, Rakyat Merdeka masih sempat melihat beberapa bagian kapal yang memang sengaja untuk dipertontonkan kepada masyarakat.

Pahatan tokoh Dewaruci ter­pampang di sebuah meja makan oval berukuran 4x6 meter. Paha­tan tersebut digambarkan sedang menatap Bima yang me­n­ceng­keram naga di lautan. Ada juga memo catatan dari orang-orang yang pernah memberikan kesan akan KRI Dewaruci dari ber­bagai negara.

Di bagian dinding kapal, ber­bagai ukiran budaya di tergam­bar dengan jelas sehingga me­nambah keanggunan kapal yang di­do­mi­nasi warna putih ini. Ada ukiran dari Toraja Sulawesi. Ke­mudian ada tiang ukiran dari dae­­rah Jawa, dan paling be­la­kang ada tiang dengan ukiran yang berasal dari Papua.

Sejumlah piagam penghargaan dari negara-negara yang pernah dikunjungi kapal ini dipajang di salah satu ruangan yang memiliki bar kecil untuk tamu VVIP. Pada ruang tamu, terpampang foto Ke­pala Staf TNI AL dan Pang­lima TNI.

Bagaimana ruangan nakhoda kapal? Di ruangan pimpinan yang membawahi 103 awak kapal ini terletak sebuah meja kerja yang berdampingan dengan sebuah tempat tidur. Pintu kayu yang juga dipenuhi ukiran itu ditutup kain korden warna biru.

KRI Dewaruci tiba di Jakarta se­lepas melakukan pelayaran ke­liling dunia pada 11 Oktober 2012 lalu. Kedatangannya pun di­sambut meriah. Kemarin kapal ini bertolak ke tempat peristi­raha­tan terakhirnya di Surabaya.

3 Negara Ikut Tender Pembuatan Kapal Pengganti KRI Dewaruci

Setelah 59 tahun mengarungi samudera, KRI Dewaruci akan dipensiunkan. Perannya sebagai kapal yang menjalankan misi persahabatan akan digantikan kapal lain. Kapal pengganti telah dipersiapkan. Rencananya mulai berlayar 2014.

Sebelum dimuseumkan, KRI Dewaruci melakukan pelayaran selama 9 bulan dan singgah di 12 negara. Pelayaran beribu-ribu mil itu dimulai dari Surabaya ke Ja­ya­pura, Kwajalein (Amerika Se­ri­kat/AS), Honolulu, San Diego (AS), Manzanillo (Meksiko), Pa­nama, New Orleans (AS), Miami (AS), Sa­­van­nah (AS), New York (AS), Nor­folk (AS), Baltimore (AS), Bos­ton (AS), St John (Ka­na­da), Porto (Portugis), Cadiz (Spa­nyol), Malta (Malta), Port Said (Mesir), Jeddah (Arab Sau­di), Shalala (Oman), Colombo (Sri Langka), Belawan.

“Ini merupakan pelayaran terakhir Dewaruci ke luar negeri. Karena dalam waktu dekat, kapal ini akan pensiun,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Un­tung Suropati.

Menurut Untung, TNI AL telah membahas pengganti Dewaruci. “Pembahasannya sudah jauh-jauh hari, untuk mencari kapal yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, lebih besar, dan lebih canggih,” jelasnya.

Untuk membuat kapal peng­ganti Dewaruci, lima perusahaan pembuat kapal layar tinggi dari tiga negara telah mengikuti ten­der. Dua perusahaan dari Sp­a­nyol, satu dari Polandia, dan dua dari Belanda. Sementara pe­ru­sa­haan Jerman tidak lagi disertakan karena sudah tidak membuat ka­pal layar tiang tinggi.

Pengganti kapal KRI Dewaruci adalah kapal layar yang lebih besar dengan kemampuan mobi­lisasi yang lebih baik. Kapal layar tipe barquentine diperkirakan se­suai untuk melanjutkan tugas-tugas KRI Dewaruci.

“Spesifikasi kapal pengganti yang baru nanti diharapkan mampu menampung kadet 120 orang, untuk awak kapal ter­ma­suk pelatih berkisar 60 sampai de­ngan 80 orang. Kapal baru nanti rencananya akan mampu me­nam­pung total hingga 180 sampai de­ngan 200 orang,” ujar Untung.

Mengenai harganya masih di­bahas TNI AL, Mabes TNI, dan Ke­menterian Pertahanan. Juga belum putuskan kapal mana yang paling cocok, serta perusahaan dan negara mana yang dipilih.

Untung tidak menyebut ang­ga­ran untuk membuat kapal baru itu. “Kalau soal harga itu pastinya cu­kup besar,” ujarnya.

Untung mengatakan, sebelum di museumkan, TNI AL tetap akan menggunakan KRI Dewa­ruci. Karena kondisi kapal masih laik untuk berlayar. Meski begitu pihak­nya akan memperhatikan faktor keselamatan, mengingat usia KRI Dewaruci sudah lebih 59 tahun.

“Setelah kapal latih yang baru datang, KRI Dewaruci tetap dipakai di wilayah Indonesia saja. Bisa dibilang ini perjalanan in­ternasional yang terakhir. Untuk kapal baru, paling lambat (tiba) 2014 nanti,” tegasnya.

Dihantam Ombak Pasifik, Tali-tali Layar Lepas

Pelayaran panjang yang telah dilakukan KRI Dewaruci memberikan banyak pengala­man bagi para awaknya. Seperti apa ceritanya?

Nakhoda KRI Dewaruci, Letnan Kolonel Laut (P) Haris Bima B berbagi pengalamannya selama menjadi pimpinan ka­pal. Berlayar melintasi samu­dera Pasifik telah memberinya pengalaman tak terlupakan.

Kenapa? Menurut Haris, se­lama ini samudera Pasifik me­rupakan lautan yang cukup di­takuti para pelaut. Samudera Pa­sifik menjadi momok karena banyaknya kapal yang teng­gelam di sini.

Ketika KRI Dewaruci melin­tasi  Pasifik dalam pelayaran Op­sail 2012 yang memakan waktu selama 9 bulan, kapal ini dihan­tam ombak besar. Saat itu, cerita dia, ketinggian ombak di Pa­sifik 12-14 meter. Selama 15 hari, KRI Dewaruci dihantam ombak dari arah lambung maupun haluan.

“Alam nggak boleh kita tan­tang. Ya saat di Samudera Pa­sifik itu kita sampai nggak ma­sak. Makan seadanya. Makanan kering, buah-buahan, seperti itu. Kita harus siap. Harus mem­berikan yang terbaik selama ber­­­tugas,” tutur Haris.

Harus sudah memperkirakan pelayaran ini bakal dihadang ombak yang tidak bersahabat. Namun mereka tetap meng­ha­dapi tantangan itu.

“Berkat keuletan anak-anak, kita bisa mengatasi itu semua. Kita berhasil ke Opsail tepat waktu,” ungkapnya. Meski ba­nyak tantangan di lautan, s­e­ba­gai pelaut tentu Haris dan 77 awak kapal tidak gentar. Sebab mereka sudah belajar bagai­mana cara menghindari dan menghadapi badai.

“Secara moril kami siap. Al­ham­dulillah kapal tidak me­nga­lami kerusakan. Kalau tali kecil lepas itu banyak. Tapi nggak ma­salah itu,” imbuh Haris.

Kepala Koki KRI Dewaruci, Sertu Ainur Rofiq juga menu­tur­kan pengalamannya selama bekerja menyajikan makanan untuk para awak kapal. Menurut dia, kedatangan Dewaruci di sebuah negara disambut sangat antusias warga negara itu.

Kata Rofiq, warga negara luar ingin mengetahui kapal ini dari dekat. Juga sangat tertarik pada budaya Indonesia. Bahkan pe­ngunjung ingin merasakan ma­kanan khas Indonesia.

“Kita punya acara cocktail party dan orang Eropa paling suka makanan kita nasi goreng dan bakso. Kebanyakan dari mereka pun menyebutnya nasi go­reng, padahal kita masak biasa saja, tapi mereka suka se­kali,” kata pria yang telah jadi koki di KRI Dewaruci sejak 1988 ini.

Tak heran, karena keakraban dan pelayanan yang diberikan  awak Dewaruci memberi kesan mendalam kepada masyarakat yang negaranya disinggahi kapal ini.

“Misalnya saat di Belanda tahun 2003. Ketika kami akan kembali berlayar, warga di sana begitu sedih melepas kami. Dan kami pun ikut berkaca-kaca atas sambutan yang ada,” tuturnya.

Jadi Duta Budaya Dan Pariwisata Indonesia

Sebagai kapal latih, KRI De­waruci banyak berjasa me­la­hir­kan ribuan perwira pelaut TNI AL. Sebelum menyelesaikan pen­didikan di Akademi Ang­ka­tan Laut, para kadet harus ber­tugas di kapal ini.

Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun di H.C. Stulchen & Sohn Ham­burg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952.

Pembuatan kapal ini dimulai pada tahun 1932, namun ter­henti karena saat Perang Dunia II galangan kapal rusak parah dibom sekutu. Kapal ini akhir­nya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan setahun berikutnya.

Pada Juli 1953, Dewaruci di­la­yarkan ke Indonesia oleh taruna dan  kadet ALRI. Setelah itu KRI Dewaruci yang ber­pang­kalan di Surabaya, ditu­gas­kan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan juga ke luar negeri.

Sejak pertama kali didat­ang­kan ke Indonesia, KRI De­wa­ruci sering ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari nu­san­tara dan berbagai belahan du­nia dengan tujuan sebagai la­ti­han pelayaran bintang atau disebut “Kartika Jala Krida”.

Paling tidak sudah 36 misi pelayaran latih dan navigasi as­tro­nomi dilakoni KRI Dewa­ruci. Pelayaran rutin rutin ter­se­but diawaki para kadet Aka­demi Angkatan Laut (AAL). Tu­juannya tidak hanya untuk pe­ngenalan matra laut bagi para kadet tetapi juga mengusung misi pengenalan budaya dan pa­riwisata Indonesia.

KRI Dewaruci juga sering mengikuti lomba kapal layar di berbagai tempat di dunia. Baru-baru ini saja, KRI Dewaruci ber­hasil meraih juara umum lomba kapal layar internasional Ame­rican Tall Ship Race 2012 rute Savannah-New York yang di­ikuti 16 kapal dari benua Ame­rika, Eropa, dan Asia.

Selain mengikuti Operation Sail 2012 di Amerika Serikat da­lam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversarry of the War), KRI Dewaruci juga mengemban misi kebudayaan serta pariwisata, sebagai duta bangsa dalam mempromosikan Wonderful Indonesia di dunia internasional.

Soal keliling dunia, pelayaran selama 9 bulan kemarin me­ru­pa­kan pengalaman kedua dari KRI Dewaruci. Karena pada tahun 1964, KRI Dewaruci ter­catat pernah berkeliling dunia di bawah pimpinan Komandan Letnan Kolonel Laut Sumantri. Ar­mada ini dikenal sebagai “Ibu” pelaut tangguh Indonesia.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA