Jenny Napitupulu terus melambaikan tangan ke arah kapal layar tiang tinggi KRI Dewaruci yang mulai menjauh dari pelabuhan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sambil terus mendekat ke dermaga, ucapan selamat jalan berulang kali di teriakan warga asal Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sejak kemarin pagi, Jenny berÂsama suami dan seorang anaknya sudah tiba di Kolinlamil. Ini meÂrupakan kali kedua Jenny dan keÂluarga tiba di sini. Sebelumnya, dia ke sini ketika KRI Dewaruci tiba di Kolinlamil Tanjung Priok pada 11 Oktober lalu.
“Ada keponakan saya yang menjadi kadet di kapal itu. KeÂmaÂrin kami kesini untuk menjemÂput kedatangannya. Dan seÂkaÂrang, kami juga ingin melepasnya pulang ke Surabaya,†kata Jenny.
Selain ponakan, Jenny mengaÂku memiliki seorang putra yang juga menjadi kadet di kapal latih taruna TNI AL itu. Sayangnya, putÂra dia tidak ikut dalam romÂbongan kadet yang akan kembali bertolak ke Surabaya.
Menurut Jenny, putranya baru masuk tingkat dua untuk berlatih menjadi kadet kapal. Sehingga, saat tahun lalu ketika KRI DeÂwaruci keliling dunia, anaknya belum dilibatkan dalam romÂboÂngan tersebut.
“Anak saya masih berada di SuÂrabaya. Tahun besok, kalau kapal kembali berlayar, anak saya pasti akan ikut. Saya sudah tidak kapal mendengar cerita dari anak saya soal pelayarannya nanti,†ujarnya.
Namun niat Jenny untuk meÂlihat anaknya berlayar dengan KRI Dewaruci tampaknya tak akan kesampaian. Setelah kemÂbali ke Surabaya, kapal yang suÂdah berusia 60 tahun ini akan diÂmuseumkan.
Kedatangan KRI Dewaruci ke Tanjung Priok tiga hari mengÂakÂhiri misi muhibah keliling dunia selama 277 hari.
Sebelum bertolak ke Surabaya untuk dimuseumkan, TNI AL memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin melihat isi kapal yang memiliki tiga layar utama ini. Waktu kunjungan muÂlai 8 pagi sampai 1 siang.
Masyarakat yang ingin meÂlihat-lihat KRI Dewaruci tidak diÂpungut biaya. Cukup datang berÂpakaian rapi dan membawa tanda pengenal. Setelah meningÂgalkan kartu tanda pengenal, maÂsyarakat dipersilakan masuk ke dalam kapal.
Kesempatan ini pun tidak diÂsia-siakan masyarakat yang peÂnasaran dengan kapal yang sudah beberapa kali menjalankan misi keÂliling dunia ini.
Hafifah Santoso Ramalan, miÂsalnya. Ia rela berpanas-panasan demi bisa melihat kapal dari arah dekat. Di usianya yang sudah maÂsuk kepala enam, Hafifah begitu semangat saat menyusuri satu per satu ruangan yang ada di KRI DeÂwaruci. Warga Jatinegara Kaum, Jakarta Timur ini berkali-kali mengÂgelengkan kepala, tanda kagum terhadap kapal yang meÂmiliki kecepatan berlayar 10,5 knot dengan mesin dan 9 knot deÂngan layar. Kapal ini mampu meÂnampung 120 orang.
“Saya tidak memiliki keluarga yang bekerja sebagai kadet atau awak di kapal Dewa Ruci ini. Tapi sebagai warga negara, saya sangat ingin melihat langsung kapal yang menjadi kebanggaan kita bersama,†ujarnya.
Tak hanya Dewaruci, sekitar tahun 1964, Hafifah juga pernah datang ke Tanjung Priok untuk melihat kedatangan Kapal Hang Tuah. Kapal perang TNI AL itu menarik perhatian warga Jakarta karena terlibat dalam perÂtemÂpuran di laut.
“Sayangnya, setelah itu Kapal Hang Tuah ditembak Belanda daÂlam pertarungan di Laut Aru, PaÂpua,†tutur wanita yang meÂngaku istri pejuang kemerdekaan ini.
Venna, warga Semper, Jakarta Utara juga bergabung dalam ratuÂsan orang yang datang berÂkunÂjung ke Kolinlamil Sabtu kemaÂrin. Bersama suami dan dua anakÂnya, pegawai swasta ini sudah tiba sejak pukul 07.30 pagi.
“Selain penasaran, saya ingin memberikan pengalaman baru pada dua anak saya ini. Saya ingin memperlihatkan pada meÂreka bahwa negara kita memiliki kapal layar yang pernah mengeÂlilingi dunia,†ujarnya sambil menÂjepretkan kamera digital miliknya.
Menurut Venna, pengalaman dan keberhasilan Dewaruci yang telah melakukan perjalanan keÂliÂling dunia harus ditularkan keÂpada anak-anak calon penerus bangsa. Agar sejak kecil, kata dia, anak-anak sudah memiliki keÂbanggaan terhadap negaranya.
“Jadi, bukan hanya negara luar. Kita juga memiliki kapal perkasa yang berani berkeliling dunia dan selamat kembali sampai IndoÂneÂsia. Pelajaran ini harus disamÂpaiÂkan pada anak-anak,†tegasnya.
Seperti apa bagian dalam dari kapal yang memiliki berat 874 ton, panjang 58,30 meter dan leÂbar 9,50 meter itu? Meskipun seÂbentar, Rakyat Merdeka masih sempat melihat beberapa bagian kapal yang memang sengaja untuk dipertontonkan kepada masyarakat.
Pahatan tokoh Dewaruci terÂpampang di sebuah meja makan oval berukuran 4x6 meter. PahaÂtan tersebut digambarkan sedang menatap Bima yang meÂnÂcengÂkeram naga di lautan. Ada juga memo catatan dari orang-orang yang pernah memberikan kesan akan KRI Dewaruci dari berÂbagai negara.
Di bagian dinding kapal, berÂbagai ukiran budaya di tergamÂbar dengan jelas sehingga meÂnambah keanggunan kapal yang diÂdoÂmiÂnasi warna putih ini. Ada ukiran dari Toraja Sulawesi. KeÂmudian ada tiang ukiran dari daeÂÂrah Jawa, dan paling beÂlaÂkang ada tiang dengan ukiran yang berasal dari Papua.
Sejumlah piagam penghargaan dari negara-negara yang pernah dikunjungi kapal ini dipajang di salah satu ruangan yang memiliki bar kecil untuk tamu VVIP. Pada ruang tamu, terpampang foto KeÂpala Staf TNI AL dan PangÂlima TNI.
Bagaimana ruangan nakhoda kapal? Di ruangan pimpinan yang membawahi 103 awak kapal ini terletak sebuah meja kerja yang berdampingan dengan sebuah tempat tidur. Pintu kayu yang juga dipenuhi ukiran itu ditutup kain korden warna biru.
KRI Dewaruci tiba di Jakarta seÂlepas melakukan pelayaran keÂliling dunia pada 11 Oktober 2012 lalu. Kedatangannya pun diÂsambut meriah. Kemarin kapal ini bertolak ke tempat peristiÂrahaÂtan terakhirnya di Surabaya.
3 Negara Ikut Tender Pembuatan Kapal Pengganti KRI Dewaruci
Setelah 59 tahun mengarungi samudera, KRI Dewaruci akan dipensiunkan. Perannya sebagai kapal yang menjalankan misi persahabatan akan digantikan kapal lain. Kapal pengganti telah dipersiapkan. Rencananya mulai berlayar 2014.
Sebelum dimuseumkan, KRI Dewaruci melakukan pelayaran selama 9 bulan dan singgah di 12 negara. Pelayaran beribu-ribu mil itu dimulai dari Surabaya ke JaÂyaÂpura, Kwajalein (Amerika SeÂriÂkat/AS), Honolulu, San Diego (AS), Manzanillo (Meksiko), PaÂnama, New Orleans (AS), Miami (AS), SaÂÂvanÂnah (AS), New York (AS), NorÂfolk (AS), Baltimore (AS), BosÂton (AS), St John (KaÂnaÂda), Porto (Portugis), Cadiz (SpaÂnyol), Malta (Malta), Port Said (Mesir), Jeddah (Arab SauÂdi), Shalala (Oman), Colombo (Sri Langka), Belawan.
“Ini merupakan pelayaran terakhir Dewaruci ke luar negeri. Karena dalam waktu dekat, kapal ini akan pensiun,†ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama UnÂtung Suropati.
Menurut Untung, TNI AL telah membahas pengganti Dewaruci. “Pembahasannya sudah jauh-jauh hari, untuk mencari kapal yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, lebih besar, dan lebih canggih,†jelasnya.
Untuk membuat kapal pengÂganti Dewaruci, lima perusahaan pembuat kapal layar tinggi dari tiga negara telah mengikuti tenÂder. Dua perusahaan dari SpÂaÂnyol, satu dari Polandia, dan dua dari Belanda. Sementara peÂruÂsaÂhaan Jerman tidak lagi disertakan karena sudah tidak membuat kaÂpal layar tiang tinggi.
Pengganti kapal KRI Dewaruci adalah kapal layar yang lebih besar dengan kemampuan mobiÂlisasi yang lebih baik. Kapal layar tipe barquentine diperkirakan seÂsuai untuk melanjutkan tugas-tugas KRI Dewaruci.
“Spesifikasi kapal pengganti yang baru nanti diharapkan mampu menampung kadet 120 orang, untuk awak kapal terÂmaÂsuk pelatih berkisar 60 sampai deÂngan 80 orang. Kapal baru nanti rencananya akan mampu meÂnamÂpung total hingga 180 sampai deÂngan 200 orang,†ujar Untung.
Mengenai harganya masih diÂbahas TNI AL, Mabes TNI, dan KeÂmenterian Pertahanan. Juga belum putuskan kapal mana yang paling cocok, serta perusahaan dan negara mana yang dipilih.
Untung tidak menyebut angÂgaÂran untuk membuat kapal baru itu. “Kalau soal harga itu pastinya cuÂkup besar,†ujarnya.
Untung mengatakan, sebelum di museumkan, TNI AL tetap akan menggunakan KRI DewaÂruci. Karena kondisi kapal masih laik untuk berlayar. Meski begitu pihakÂnya akan memperhatikan faktor keselamatan, mengingat usia KRI Dewaruci sudah lebih 59 tahun.
“Setelah kapal latih yang baru datang, KRI Dewaruci tetap dipakai di wilayah Indonesia saja. Bisa dibilang ini perjalanan inÂternasional yang terakhir. Untuk kapal baru, paling lambat (tiba) 2014 nanti,†tegasnya.
Dihantam Ombak Pasifik, Tali-tali Layar Lepas
Pelayaran panjang yang telah dilakukan KRI Dewaruci memberikan banyak pengalaÂman bagi para awaknya. Seperti apa ceritanya?
Nakhoda KRI Dewaruci, Letnan Kolonel Laut (P) Haris Bima B berbagi pengalamannya selama menjadi pimpinan kaÂpal. Berlayar melintasi samuÂdera Pasifik telah memberinya pengalaman tak terlupakan.
Kenapa? Menurut Haris, seÂlama ini samudera Pasifik meÂrupakan lautan yang cukup diÂtakuti para pelaut. Samudera PaÂsifik menjadi momok karena banyaknya kapal yang tengÂgelam di sini.
Ketika KRI Dewaruci melinÂtasi Pasifik dalam pelayaran OpÂsail 2012 yang memakan waktu selama 9 bulan, kapal ini dihanÂtam ombak besar. Saat itu, cerita dia, ketinggian ombak di PaÂsifik 12-14 meter. Selama 15 hari, KRI Dewaruci dihantam ombak dari arah lambung maupun haluan.
“Alam nggak boleh kita tanÂtang. Ya saat di Samudera PaÂsifik itu kita sampai nggak maÂsak. Makan seadanya. Makanan kering, buah-buahan, seperti itu. Kita harus siap. Harus memÂberikan yang terbaik selama berÂÂÂtugas,†tutur Haris.
Harus sudah memperkirakan pelayaran ini bakal dihadang ombak yang tidak bersahabat. Namun mereka tetap mengÂhaÂdapi tantangan itu.
“Berkat keuletan anak-anak, kita bisa mengatasi itu semua. Kita berhasil ke Opsail tepat waktu,†ungkapnya. Meski baÂnyak tantangan di lautan, sÂeÂbaÂgai pelaut tentu Haris dan 77 awak kapal tidak gentar. Sebab mereka sudah belajar bagaiÂmana cara menghindari dan menghadapi badai.
“Secara moril kami siap. AlÂhamÂdulillah kapal tidak meÂngaÂlami kerusakan. Kalau tali kecil lepas itu banyak. Tapi nggak maÂsalah itu,†imbuh Haris.
Kepala Koki KRI Dewaruci, Sertu Ainur Rofiq juga menuÂturÂkan pengalamannya selama bekerja menyajikan makanan untuk para awak kapal. Menurut dia, kedatangan Dewaruci di sebuah negara disambut sangat antusias warga negara itu.
Kata Rofiq, warga negara luar ingin mengetahui kapal ini dari dekat. Juga sangat tertarik pada budaya Indonesia. Bahkan peÂngunjung ingin merasakan maÂkanan khas Indonesia.
“Kita punya acara cocktail party dan orang Eropa paling suka makanan kita nasi goreng dan bakso. Kebanyakan dari mereka pun menyebutnya nasi goÂreng, padahal kita masak biasa saja, tapi mereka suka seÂkali,†kata pria yang telah jadi koki di KRI Dewaruci sejak 1988 ini.
Tak heran, karena keakraban dan pelayanan yang diberikan awak Dewaruci memberi kesan mendalam kepada masyarakat yang negaranya disinggahi kapal ini.
“Misalnya saat di Belanda tahun 2003. Ketika kami akan kembali berlayar, warga di sana begitu sedih melepas kami. Dan kami pun ikut berkaca-kaca atas sambutan yang ada,†tuturnya.
Jadi Duta Budaya Dan Pariwisata Indonesia
Sebagai kapal latih, KRI DeÂwaruci banyak berjasa meÂlaÂhirÂkan ribuan perwira pelaut TNI AL. Sebelum menyelesaikan penÂdidikan di Akademi AngÂkaÂtan Laut, para kadet harus berÂtugas di kapal ini.
Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun di H.C. Stulchen & Sohn HamÂburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952.
Pembuatan kapal ini dimulai pada tahun 1932, namun terÂhenti karena saat Perang Dunia II galangan kapal rusak parah dibom sekutu. Kapal ini akhirÂnya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan setahun berikutnya.
Pada Juli 1953, Dewaruci diÂlaÂyarkan ke Indonesia oleh taruna dan kadet ALRI. Setelah itu KRI Dewaruci yang berÂpangÂkalan di Surabaya, dituÂgasÂkan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan juga ke luar negeri.
Sejak pertama kali didatÂangÂkan ke Indonesia, KRI DeÂwaÂruci sering ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari nuÂsanÂtara dan berbagai belahan duÂnia dengan tujuan sebagai laÂtiÂhan pelayaran bintang atau disebut “Kartika Jala Kridaâ€.
Paling tidak sudah 36 misi pelayaran latih dan navigasi asÂtroÂnomi dilakoni KRI DewaÂruci. Pelayaran rutin rutin terÂseÂbut diawaki para kadet AkaÂdemi Angkatan Laut (AAL). TuÂjuannya tidak hanya untuk peÂngenalan matra laut bagi para kadet tetapi juga mengusung misi pengenalan budaya dan paÂriwisata Indonesia.
KRI Dewaruci juga sering mengikuti lomba kapal layar di berbagai tempat di dunia. Baru-baru ini saja, KRI Dewaruci berÂhasil meraih juara umum lomba kapal layar internasional AmeÂrican Tall Ship Race 2012 rute Savannah-New York yang diÂikuti 16 kapal dari benua AmeÂrika, Eropa, dan Asia.
Selain mengikuti Operation Sail 2012 di Amerika Serikat daÂlam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversarry of the War), KRI Dewaruci juga mengemban misi kebudayaan serta pariwisata, sebagai duta bangsa dalam mempromosikan Wonderful Indonesia di dunia internasional.
Soal keliling dunia, pelayaran selama 9 bulan kemarin meÂruÂpaÂkan pengalaman kedua dari KRI Dewaruci. Karena pada tahun 1964, KRI Dewaruci terÂcatat pernah berkeliling dunia di bawah pimpinan Komandan Letnan Kolonel Laut Sumantri. ArÂmada ini dikenal sebagai “Ibu†pelaut tangguh Indonesia. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.