Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dapat Kiriman Bunga, Teken Setumpuk Berkas

Jadi Ketua Fraksi, Nurhayati Masih Pakai Ruang Lama

Jumat, 25 Mei 2012, 09:23 WIB
Dapat Kiriman Bunga, Teken Setumpuk Berkas
Nurhayati Ali Assegaf

RMOL. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat menunjuk Nurhayati Ali Assegaf menjadi Ketua Fraksi Demokrat yang baru. Ia menggeser Jafar Habsah yang kini diplot dimenjadi ketua fraksi di MPR.

Perompakan pimpinan fraksi itu disampaikan Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas di Sekretariat Fraksi Demokrat di lantai 9 Gedung Nusantara I DPR. Pergeseran juga terjadi di tingkat pimpinan komisi.

“Rotasi ini untuk penyegaran kepengu­rusan agar selanjutnya Fraksi Partai Demokrat lebih optimal dan progresif. Rotasi ada­lah hal wajar yang juga dilakukan fraksi-fraksi lain di DPR, tidak hanya Demokrat,” kata Ibas.

Kesibukan Nurhayati yang kini duduk di Komisi I bakal ber­tam­bah karena dia harus mengo­man­doi 148 politisi Demokrat di par­lemen. Bagaimana kesi­bu­kan­nya? Yuk kita intip.

Sekitar jam 9 pagi, perempuan berkerudung terlihat berjalan memasuki ruangan kerjanya yang berada di lantai 9 gedung Nu­san­tara I, Senayan. Mengenakan baju long dress dengan motif kem­bang-kembang warna biru, Nur­hayati yang didamping seorang sekretaris pribadinya membuka pintu kaca dengan nomor 0902.

Ruang kerja Nurhayati ben­tuk­nya masih standar yang ditata Set­jenan DPR tanpa mengalami perubahan bentuk. Setelah me­le­wati pintu masuk, terlihat ada dua ruangan di dalam yang dibatasi dengan sekat lengkap dengan daun pintunya.

Ruang pertama yang berada di bagian depan merupakan tempat kerja bagi sekretaris dan tenaga ahli. Di ruangan ini hanya terdiri dari tiga meja kayu yang di­lengkapi dua komputer dan satu mesin printer.

Ruangan berikutnya meru­pa­kan tempat kerja Nurhayati. Di sebelah kiri dekat pintu masuk terdapat tiga sofa lengkap dengan satu meja terbuat dari kayu.

Tepat di atas meja kayu terse­but, ter­da­pat karangan bunga yang di te­ngahnya disematkan ucapan se­lamat untuk Nurhayati. Karangan itu dikirim koleganya di DPR.

Meja kayu panjang tempat Nurhayati bekerja berada sedikit ke belakang. Persis menghadap ke arah pintu masuk. Monitor komputer dengan tipe layar datar lengkap dengan keyboard dan mouse diletakkan di pinggir meja sebelah kiri.

Lukisan besar berpigura kayu warna kuning gading dipajang pada dinding ruangan persis di sebelah kiri meja kerja miliknya. Nurhayati yang mengenakan ke­ru­dung merah hati dilukis me­nengadah ke atas.

Selain lukisan dinding ruangan juga dipenuhi berbagai foto Nurhayati dan keluarganya. Di bagian tengah dinding terdapat foto Presiden SBY dan Ibu Ani saat menghadiri resepsi pernika­han anak Nurhayati.

Nurhayati hanya 15 menit be­rada di ruangan kerjanya. Ber­sa­ma sekretaris pribadi ia bergegas keluar. “Saya akan rapat dengan se­luruh tenaga ahli fraksi Demok­rat. Kami ingin samakan persepsi dan semangat untuk bekerja se­cara baik dan profesional ke­de­pannya,” katanya.

Usai rapat dengan tenaga ahli fraksi, perempuan berusia 48 tahun ini mengikuti rapat pari­purna. Sore hari dia dijadwalkan menghadiri rapat di Komisi I. “Soal aset tanah,” ungkapnya.

Sekitar pukul tiga sore Nur­hayati terlihat memasuki kembali ruangan kerjanya. Tanpa banyak bicara, wanita yang juga men­ja­bat presiden Parlemen Perem­puan Dunia (IPU) ini menuju ke meja kerjanya.

Wanita yang mengenakan kerudung biru muda ini lantas memeriksa tumpukan berkas yang baru saja diserahkan sekre­taris pribadi. Tangan kanannya yang memegang pulpen secara perlahan bergerak dari kiri ke ka­nan mengikuti alur kalimat yang dibacanya pada setiap kertas. Se­lesai membaca, dia mem­bu­buh­kan tandatangan pada tempat yang disediakan.

Sayangnya, keseriusan wanita membaca dokumen itu terganggu dengan dering dari telepon geng­gam miliknya. Hampir setiap me­nit, handphone jenis Nokia E90 berwarna hitam berbunyi.

“Oke nanti malam saja telepon. Saya sekarang sedang sibuk be­nar nih, banyak berkas yang harus diselesaikan,” katanya saat me­ngangkat salah satu panggilan.

Nuhayati tidak menampik se­hari menjabat sebagai ketua frak­si kesibukannya bertambah ba­nyak. Biasanya dia lebih fokus di ko­misi dan alat kelengkapan DPR. Kini bertanggung atas fraksi.

Wanita kelahiran Solo menu­turkan, sebelum ditunjuk menjadi ketua fraksi dia dipanggil SBY selaku ketua Dewan Pembina Par­tai Demokrat.

“Saya sendiri tidak menyangka akan dipilih. Tapi ketika Pak SBY bertanya kesiapan, sebagai kader yang baik tentu saya nyatakan kesiapan untuk dipilih. Sudah jadi tugas kita untuk selalu loyal dan bekerja kepada partai, pe­merintah dan bangsa,” terangnya.

Apakah Nurhayati akan pindah ruangan kerja setelah jadi ketua fraksi? Kata dia, ruang kerja bukan masalah penting. Saat ini dia ingin membangun komuni­kasi dan komitmen politisi De­mokrat di DPR untuk memajukan bangsa.

“Banyak tugas berat yang harus diselesaikan ketimbang uru­sin ruangan. Sebagai partai pemerintah, tentu kita juga harus mengawal setiap kebijakan yang dikeluarkan di DPR ini. Itu lebih penting,” tegasnya.

Bakal Sering Absen Di Parlemen Dunia

Pada 4 April lalu Nurhayati Ali Assegaf terpilih sebagai Presiden Parlemen Perempuan Dunia atau Coordinating Com­mittee of Women Par­lia­men­tarians. Jabatan itu akan di­em­ban­nya hingga 2014.

Dalam sidang sidang Inter Parliamentary Union (IPU) yang berlangsung di Uganda, Afrika itu, Nurhayati terpilih un­tuk kedua kalinya. Sidang juga memilih anggota parlemen Ekuador S. Fernandez sebagai Wakil Presiden I, dan anggota parlemen dari Uganda, S. Amo­ngi, sebagai Wakil Presiden II.

“Jujur, jabatan itu memang bisa mengambil waktu saya un­tuk fokus mengurusi partai. Tapi sebagai kader yang loyal, uru­san partai akan lebih saya da­hulukan ketimbang urusan lain, termasuk di parlemen du­nia,” tuturnya saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Nurhayati memilih tak meng­hadiri agenda IPU bila bentrok dengan acara partai. “Bila tidak terlalu penting dan urgent, saya akan mendelegasikan wakil saya untuk menggantikan. Saya tetap akan fokus di fraksi,” tegasnya.

Sebagai contoh, kata Nurha­yati, bulan Juli nanti akan ada si­dang besar di IPU. Sidang be­sar ini biasa digelar selama 2 kali dalam setahun yang diikuti seluruh anggota IPU.

“Tapi kayaknya saya tidak akan ikut dan akan mende­le­gasikan pada wakil presiden di IPU saja. Saat ini yang benar-benar penting saja baru saya akan cuti dari tugas DPR dan frak­si untuk pergi ke luar ne­geri,” tegasnya.

Selama ini, sambung dia, mes­kipun dirinya tidak lang­sung pergi ke Afrika untuk me­ngikuti rapat, komunikasi ma­sih terus berlanjut. Biasanya an­tar sesama anggota IPU dan pim­pinan, akan saling bertukar email untuk membicarakan program dan tugas.

“Itu bukti kalau saya tetap bertanggung jawab terhadap pe­ran saya di IPU. Kami masih sering berkomunikasi via email hingga sekarang,” terangnya.

Kenapa tidak mundur dari IPU? Berdasarkan statuta, ang­gota IPU baru bisa mengun­dur­kan diri kalau sudah tidak lagi menjabat sebagai anggota DPR. Karena itu, dengan posisinya saat ini dia mungkin mengun­dur­kan diri dari IPU.

“Lagian ini juga menyangkut nama besar bangsa Indonesia di mata internasional. Malu kalau saya harus mundur dari jabatan Presiden Parlemen Perempuan Dunia hanya takut tidak bisa membagi waktu,” tegasnya.


Hati-hati... Tersandung Kerikil Dan Kulit Pisang

Duduk dua periode di DPR, Nurhayati Ali Assegaf me­ngaku memiliki hubungan baik dengan fraksi-fraksi lain. Ia op­timistis bisa membangun ko­mu­nikasi dengan fraksi lain untuk mengawal kepentingan pemerintah di parlemen.

“Silakan tanya ke fraksi lain­nya, bagaimana selama ini saya berhubungan dengan mereka? Selama ini saya menjaga baik komunikasi dengan partai lain, ter­masuk PDIP, Gerindra dan Hanura,” ungkap Ketua Fraksi Demokrat DPR yang baru ini.

Dengan modal kedekatan itulah, Nurhayati yakin bisa me­nyamakan persepsi dan tu­juan dengan fraksi lainnya khu­susnya dalam mendukung kebijakan pemerintah.

“Setidaknya pada tingkat koalisi, Insya Allah saya siap untuk mengawalnya,” kata Ketua DPP Demokrat Bidang Luar Negeri ini.

Tak hanya sesama fraksi DPR, di internal Demokrat send­iri Nurhayati menjanjikan kebersamaan. Ke depan  dia tidak ingin ada politis De­mok­rat yang bersuara berbeda de­ngan keputusan partai dan fraksi.

Lantas bagaimana dengan kasus korupsi? “Kita tentunya selalu ingat bahwa PD didirikan Pak SBY. Meskipun kita punya masalah dengan adanya bebe­rapa kader yang dengan sangat menyesal terpeleset, tetap saja PD adalah antikorupsi,” tegasnya.

Demi mencegah itu terjadi kembali, politisi wanita kelahi­ran Solo, 48 tahun lalu ini me­ngingatkan agar kader Demok­rat di DPR bisa menjaga ber­politik secara sehat dan santun. Menurutnya ini penting untuk menjauhkan adanya kembali panggilan-panggilan peme­rik­saan dari KPK karena diduga terlibat kasus korupsi.

“Orang tersandung terkadang bukan karena batu besar tapi ter­kadang karena kerikil atau karena terpeleset kulit pisang. Jadi kita tetap harus saling mengingatkan,” terangnya.

Terkait masih adanya kader Demokrat yang tersangkut ka­sus hukum, dirinya menye­rah­kan masalah itu sepenuhnya pada penegak hukum. “Biarkan proses hukum itu berjalan, ke­de­pan ini akan menjadi pe­la­jaran yang mahal dan bisa di­ja­di­kan pelajaran bersama,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA