Setiap orang tak dikenal yang tidak mengenakan kartu identitas “Tamu†ditegurnya. Pria yang sudah bertugas lima tahun itu akan meminta orang asing menuÂkarkan KTP dengan kartu tamu.
“Sejak black box (Sukhoi SuÂperjet 1000) diserahkan ke sini, kami diminta untuk memperketat pengamanan,†katanya. Rabu sekitar pukul 11, black box yang berisi cockpit voice recorder (CVR) tiba di gedung KNKT. Selanjutnya kotak hitam itu bawa ke laboratorium yang terletak di lantai tiga.
Menurut Beres, petugas keÂamaÂnan yang menjaga laboraÂtoÂrium KNKT ditambah dari dua orang menjadi tiga orang setiap shift. Laboratorium itu dijaga 24 jam. Setiap petugas dibekali metal detector untuk mencegah orang membawa benda-benda berbahaya ke KNKT. Orang tak dikenal pun tak diperkenankan mendekati area laboratorium.
Di pintu masuk menuju ruaÂngan laboratorium dipasang garis kuning yang melarang siapapun melintas, kecuali tim ahli dari KNKT. “Kami pun tidak diÂperbolehkan mendekat ke lab,†kata Beres.
KNKT berkantor di gedung kuno berlantai tiga. Di sini, KoÂmite berbagi ruang dengan DiÂrektorat Pelayaran dan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kementerian Perhubungan.
Masuk ke dalam gedung meleÂwati lobby terlihat seorang petuÂgas keamanan berjaga di sini. PeÂngunjung yang ingin ke KNKT diarahkan menuju lantai tiga. Tersedia dua lift yang bisa mÂeÂngantar ke lantai tersebut.
Keluar lift berhadapan dengan dua petugas keamanan. Setiap orang yang tidak jelas keperÂluanÂnya ke sini akan diminta untuk turun. Bila sudah ada janji berÂtemu dengan pejabat KNKT, peÂngunjung diminta mengisi buku tamu yang tersedia di atas meja. Setelah itu, petugas akan meminÂta KTP ditukar kartu tamu.
Di samping kanan meja satpam terdapat lorong yang cukup lebar. Lorong sebelah kanan menuju ke laboratorium. Masuk lebih dalam terdapat ruangan dengan pintu tertutup.
Di depan pintu dipasang tali kuÂning yang bertuliskan “DilaÂrang melintas dalam proses invesÂtigasi KNKTâ€. Di bawahnya juga dilampirkan larangan yang sama dalam bahasa Inggris “Do not cross, NTSC Accident InvesÂtigation areaâ€.
Di atas garis kuning terdapat gambar kamera yang disilang merah. Ini menunjukkan di ruaÂngan ini dilarang untuk memfoto.
Sebelum masuk ke dalam laboratorium terdapat pintu kaca putih yang diburamkan selebar satu meter.
Pintu ini tertutup raÂpat. Di depan pintu ditempel paÂpan hitam bertuliskan “LaboÂraÂtoriumâ€. Di bawahnya ditempel stiker warna kuning bertuliskan “Caution, authorized personel onlyâ€. ArtiÂnya hanya orang yang berwenang yang boleh masuk.
Dari balik pintu terlihat samar-samar ruangan seluas 4 x 8 meter yang terbagi menjadi dua ruaÂngan. Kedua ruangan dipisahkan dinding kaca.
Di dalam ruangan disediakan meja berbentuk L. Di atas meja disediakan tiga monitor layar daÂtar berukuran 21 inci. Di dinding ruangan itu juga dipasang moÂnitor layar datar yang lebih besar. Ukurannya 42 inci.
Di ujung ruangan terdapat dua alat untuk membaca kotak hitam jenis flight data recorder (FDR) maupun cockpit voice recorder (CVR). Beberapa kursi kerja di ruangan itu terlihat kosong.
Kepala Tim Laboratorium KNKT, Budi Nugroho meÂngaÂtakan, pihaknya sudah menerima kotak hitam pesawat Sukhoi Superjet 100 yang berisi cockpit voice recorder (CVR). “MesÂkiÂpun gosong, KNKT memastikan memori elektronik CVR tidak akan rusak,†katanya.
Menurut dia, proses penelitian terÂhadap kotak hitam butuh wakÂtu seminggu. Tim akan memÂbuka kotak hitam itu lalu mengambil memori yang terdapat di daÂlamnya. Data berisi percakapan di kokpit pesawat yang ada di memori itu lalu diunduh.
Budi menduga percakapan anÂtara pilot, ko-pilot maupun teknisi dilakukan dalam bahasa Rusia. “Yang bisa kita tangkap adalah komunikasi pilot dengan tower yang menggunakan bahasa Inggris,†katanya. Untuk itu, piÂhaknya butuh orang yang meÂngerti bahasa Rusia untuk meÂnerjeÂmahkan isi percakapan di kokpit.
Tim KNKT butuh waktu seÂminggu untuk mendengarkan isi rekaman percakapan di dalam kokpit. Percakapan itu lalu dibuat transkrip. Menurut Budi, transÂkrip pembicaraan di dalam kokpit antara kru Sukhoi dengan petugas Air Traffic Control (ATC) tak akan dipublikasikan.
“Tidak boleh di-publish karena sudah aturan internasional. Jadi tolong digarisbawahi bahwa kecelakaan pesawat tidak sama dengan kecelakaan motor, mobil dan kereta,†katanya.
Sejak berdiri 2009 lalu, laboÂratorium KNKT sudah membaca 20 kotak hitam pesawat yang mengalami kecelakaan.
Digotong Dari Jurang Sedalam 200 Meter
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Daryatmo kotak hitam pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sudah ditemukan hanya cockpit voice recorder (CVR) “Kondisinya terbakar,†katanya.
Pria berpangkat Marsekal Madya ini mengatakan, meski kondisinya terbakar komponen seperti itu masih bisa digunakan. Sebab yang gosong hanya bagian luarnya.
“Yang belum ditemukan adalah Flight Data Recorder (FDR). Tim di lapangan masih mencari keberadaan barang tersebut,†katanya.
Daryatmo menjelaskan, kotak hitam kini sudah diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). “Rabu saya serah terimakan kepada ketua KNKT. Saya sampaikan barang tersebut adalah CVR,†katanya.
Baik CVR ataupun FDR merupakan satu kesatuan yang kemudian disebut black box atau kotak hitam. Keduanya biasa terpasang di dalam pesawat dan akan merekam otomatis semua kegiatan sejak mesin pesawat dihidupkan.
Ketua tim evakuasi dari KoÂpassus, Shobri mengatakan, koÂtak hitam pesawat Shukoi Super Jet 100 sulit ditemukan, karena warnanya berubah menjadi hitam akibat terbakar. Biasanya, black box berwarna oranye. Tapi, yang ditemukan warnanya sudah gosong.
“Jadi, lima orang yang meÂnemukan benda-benda di ekor peÂsawat, awalnya (punya peÂgangan) spesifikasi warna oraÂnye. Ternyata sudah hitam terÂbaÂkar, sehingga menyulitkan penÂcarian, apalagi tempatnya tidak datar,†katanya.
Shobri mengungkapkan alasan kotak hitam lama diturunkan dari Puncak Manik, Gunung Salak. Padahal, benda itu sudah diteÂmuÂkan Selasa (15/5) pukul 10.00. “MeÂmang prosesnya sulit. PerÂjalanan dari sini 7,5 jam, dan dari Cimelati 3,5 jam. Mereka pun butuh istirahat supaya dalam membawa benda tersebut aman,†katanya.
CVR itu ditemukan anggota Kopassus M Taufik. Anggota pasukan elite TNI AD berpangkat Letnan Satu itu menemukan koÂtak hitam di jurang berkedaÂlaman 200 meter.
Benda itu berada seÂkitar 100 meter dari puing-puing ekor pesawat Sukhoi yang naas.
Shobri menuturkan, proses untuk membawa kotak hitam itu ke atas tebing cukup sulit. “Kalau membawa turun, mereka bisa menggunakan tali sehingga bisa sampai dengan cepat. Tapi kalau membawa naik sulitnya bukan main,†katanya. Sebab tebing itu memiliki kemiringan hingga 85 derajat.
Luar Gosong, Dalamnya Mulus
Kepala Tim Penyelidikan KNKT Mardjono Siswosuarno mengatakan kondisi cockpit voice recorder (CVR) Sukhoi SuÂperjet 100 masih bagus. Ia meÂmastikan data yang disimÂpan di dalamnya bisa dibaca.
“Saat dibuka memang dilihat oranye hitam karena terbakar. Tapi dalamnya mulus, recorÂding medianya bagus, Mudah-mudahan seminggu bisa diÂbaca,†katanya.
Mardjono mengungkapkan rumah memori CVR rusak akiÂbat jaringan elektronik yang terÂbakar. Ia sudah meminta pihak Rusia untuk mengirim ruÂmah meÂmori tersebut agar data bisa dibaca.
Menurutnya, rumah memori CVR ibarat kaset atau flashdisk yang hanya bisa dibaca di tape atau komputer. Ketika tape atau komputer tersebut rusak, maka kasÂet atau flashdisk-nya tidak akan terbaca. Untuk itu KNKT perlu meminjam rumah memori dari Rusia.
Mardjono menegaskan, peÂnyeÂlidikan kotak hitam akan dilakukan di Indonesia, bukan di Rusia. “Pasti di Indonesia, tiÂdak di mana-mana,†katanya.
Namun, lanjut dia, bila terÂnyata kotak hitam itu rusak paÂrah, maka dibawa ke proÂduÂsenÂnya agar data di dalamnya bisa dibaca. Melihat kondisi kotak hitam yang masih utuh kendati goÂsong akibat terbakar, MardjoÂno yakin bisa diteliti di Indonesia.
“Kondisinya tidak separah saat saya tangani kasus pesawat di Yogya. Kalau itu sampai meÂleleh. Jadi kalau ini mudah-mudahan bisa dibuka isinya,†jelasnya.
Data dari kotak hitam akan digunakan untuk meneliti peÂnyeÂbab kecelakaan. Proses penelitian itu bisa sampai satu tahun. Mardjono berkaca dari keÂceÂlakaan pesawat Garuda InÂdoÂnesia yang terbakar di BanÂdara Adi Sucipto, Yogyakarta tahun 2009.
Saat itu, kotak hitam pesawat Garuda Indonesia ditemukan dalam kondisi tidak utuh. “KoÂtak hitamnya meleleh dan ada lubangnya makanya cukup sulit waktu itu. Bahkan perlu dibawa ke Amerika Serikat untuk baca datanya. Butuh waktu 1,5 buÂlan,†katanya.
Mardjono menjelaskan, proÂses paling sulit dalam membaca kotak hitam adalah membuat transkrip. “Kalau transkrip suara ke tertulis tidak boleh terÂtinggal detik demi detik. Proses transÂkrip ini lama karena harus ada peÂnerjemah dari Rusia ke Inggris dan ke Indonesia,†katanya.
Ia menambahkan, KNKT saat ini masih menunggu Tim SAR menemukan kotak hitam yang berisi Flight Data ReÂcorÂder (FDR). Kotak hitam itu menÂcatat data penerbangan hingga sebelum jatuh di tebing Gunung Salak.
Dari situ bisa diketahui apaÂkah arah pesawat, apakah ke kaÂnan ke kiri atau lurus, tinggi keÂtika terbang, power,dan bahan bakar yang dipakai pesawat tersebut habis berapa kilo liter per jam.
Menurutnya, FDR merekam data-data tersebut dengan angÂka. Nantinya, angka-angka di kotak hitam ini akan dikonversi oleh tim menjadi tabel angka seÂperti dalam program MicÂroÂsoft Excel.
Setelah menjadi tabel, data akan diubah menjadi grafik. Kemudian dicocokkan dengan parameter yang sudah ada. “Sekarang paling tidak ada 137 parameter,†katanya.
Mardjono menjelaskan CockÂpit Voice Recorder (CVR) yang sudah di tangan KNKT daÂpat merekam pembicaraan seÂÂlama dua jam Sedangkan FDR bisa merekam data peÂnerÂbangan selama 25 jam. “Nanti data CVR akan digabungkan dengan data FDR,†ujarnya.
Jika FDR tidak ditemukan, KNKT masih bisa melakukan penyelidikan dengan mengguÂnakan data dari Air Traffic Control (ATC). Mulai dari rute sampai percakapan antara peÂtugas ATC dan pilot sebelum pesawat jatuh. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.