Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tahlilan Tiga Kali Sehari, Pasang Tenda Sejak Kamis

Keluarga Korban Sukhoi Berharap Ada Yang Selamat

Selasa, 15 Mei 2012, 08:44 WIB
Tahlilan Tiga Kali Sehari, Pasang Tenda Sejak Kamis
Sukhoi Su­perjet 100

RMOL. Tenda biru masih berdiri di depan rumah bernomor 51 yang terletak di Jalan Gunung Raya, Cireundeu, Ciputat Timur, Jakarta Selatan. Tenda itu telah dipasang sejak Kamis pagi.

Sidup Usman, pemilik rumah tam­pak memandangi foto keluar­ga­nya yang dipajang di atas tum­pukan kardus air kemasan di teras rumah. Walaupun raut wajahnya tam­pak sedih, ayah Dewi Mutiara Intan Permatasari ini tetap me­ladeni orang yang melayat ke ru­mahnya.

“Saya ingin Dewi bisa sece­pat­nya ditemukan,” kata pria dengan suara sedikit serak. Dewi Mutiara Intan Permatasari adalah pra­mu­gari Sky Aviation yang ikut dalam penerbangan joy flight Sukhoi Su­perjet 100 dari Bandara Halim Perdanakusumah, Rabu lalu.

Pesawat penumpang pertama yang diproduksi Sukhoi ini dite­mukan jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat.

Sidup masih berharap ada ke­ajaiban dan Dewi bisa secepatnya ditemukan. Untuk itu, keluarga te­rus memanjatkan berdoa dan me­ngaji agar Dewi bisa kembali dengan selamat.

Selain itu, tiga kali dalam se­hari yaitu keluarga dan kerabat menggelar tahlilan. Yakni setelah Dzuhur, Asar dan Isya.

“Kami sudah lakukan itu sejak Rabu malam setelah mendapat kabar pesawat mengalami kecelakaan dan ini akan terus dilakukan sampai ia ketemu,” kata Sidup

Pria yang mengenakan baju koko warna putih itu mengaku tidak mempunyai firasat sebe­lum­nya. Sebab, putri sulungnya adalah pramugari yang sering be­pergian dengan pesawat udara.

Dewi baru lulus tes dan dite­ri­ma sebagai pramugari Sky Avia­tion. “Baru seminggu kerja disa­na, ini penerbangan pertamanya (ber­sama Sky),” katanya.

Sebelumnya Dewi menjadi pra­mugari Lion Air selama empat tahun. Setelah itu pindah ke mas­kapai  Kalstar selama setahun.

Namun Rabu pagi (9/5) sebe­lum naik pesawat, Dewi sempat me­nelepon ibunya dan pamit ka­rena akan berangkat ke kantornya yang baru di Sky Aviation. Dewi bukan pamit untuk naik pesawat. “Mungkin karena pesawatnya ko­song jadi ia disuruh naik,” ke­nangnya dengan mata yang terus berbinar.

Sudip menceritakan, ia menge­tahui pesawat Sukhoi Superjet 100 yang ditumpangi putrinya me­ngalami kecelakaan setelah me­lihat tayangan televisi, Rabu malam. Mendengar berita ter­sebut, seluruh keluarga kaget.

Untuk memastikan kabar ter­sebut, ia dan beberapa a anggota ke­luarga menggunakan dua mo­bil mendatangi pos-pos yang menjadi lokasi pencarian pesawat di sekitar Gunung Salak, Bogor.

Di sekitar Gunung Salak, ia sempat menemui “orang pintar” yang mengabarkan anaknya ma­sih hidup dan berada di lereng gunung.

Berbekal informasi tersebut, ia lang­sung meluncur ke Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di tempat itu, ia mendapat kabar dari salah satu warga yang melihat pesawat terbang rendah.

Keluarga datang menuju ke pos atas. “Tapi, mereka turun lagi ke bawah setelah mendapat kepas­tian bahwa pos terdekat dari lo­kasi kejadian berada di daerah lain, Cidahu,” katanya.

Seluruh keluarga bertahan di pos tersebut dari Kamis dini hari sampai sore. Setelah tak ada per­kembangan berarti, mereka balik ke rumah.

Sidup mengatakan, Dewi me­mang jarang pulang ke rumah, ia memilih ngekos di bilangan Ceng­kareng, agar dekat dengan tem­pat kerjanya. “Dua pekan se­belum kejadian Dewi pulang ke rumah,” katanya.

Pria berkumis ini mengaku telah menyerahkan beberapa ba­rang milik Dewi kepada tim Di­sas­ter Victim Identification (DVI) Polri untuk proses identifikasi.

Sidup menilai proses evakuasi berlangsung lama. Hingga hari kelima proses evakuasi, putrinya belum ditemukan. “Seharusnya tiga hari sudah bisa diketahui,” katanya.

Hingga pukul 13.00, Senin (14/5), sebanyak 27 kantong jenazah telah diangkut dari lokasi kece­lakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Kabupatan Bo­gor, Jawa Barat.

Tenda biru di depan rumah De­wi tak lagi dipenuhi kursi. Kur­si-kursi plastik disingkirkan untuk parkir motor pelayat.

Masuk ke dalam rumah terda­pat pagar yang terbuka lebar. Di be­lakangnya terdapar carport yang penuh dengan beberapa meja dan kursi untuk tamu.  Se­luruh kursi penuh dengan pu­luhan orang yang datang melayat. Ayah Dewi dengan ramah me­nyapa mereka. Sambil ditemani ma­kananya kecil, mereka asyik bercerita satu-sama lain.

Di samping kiri kursi untuk tamu, terdapat tumpukan kardus botol minuman hingga satu me­ter. Di atasnya ditempatkan foto keluarga yang telah di pigura. Dewi dan adik laki-lakinya ber­pose berdiri. Sedangkan dua adik­nya  memilik duduk bersama dengan kedua orang tuanya.

Suasana didalam rumah juga ramai karena dipenuhi dengan puluhan pelayat yang duduk di lantai dengan beralaskan karpet. Tamu di dalam ditemani ibu al­marhum.

Pemerintah Tanggung Semua Biaya Evakuasi

Menteri Koordinator Kese­jah­teraaan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono berjanji kepada keluarga korban jatuhnya pe­sawat Sukhoi Superket 100 di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat bahwa proses eva­kuasi ditanggung pemerintah.

Selain itu, pemerintah bersama Tim Basarnas juga terus berupaya semaksimal mungkin untuk me­lanjutkan evakuasi meski sangat terkendala cuaca dan geografis titik lokasi yang curam.

“Seluruh biaya akan ditang­gung pemerintah, di samping pe­me­rintah juga sudah me­nye­diakan ambulans, biaya ru­mah sakit dan lain-lain,” katanya.

Janji lainnya adalah produsen Sukhoi beserta mitra produsen Superjet 100 di Indonesia juga akan memberikan asuransi dan santunan. “Ini tanggung jawab pemerintah sebagaimana dalam setiap kecelakaan,” katanya.

Selain itu janji lainnya adalah pemerintah akan terus mencari tahu penyebab jatuhnya pesawat komersil super canggih tersebut meski membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mendalami itu. “Pemerintah Rusia juga berjanji berpartisipasi dalam investigasi,” katanya.

Kepala Pusat Komunikasi Pub­lik Kementerian Perhubungan (Ka­puskom) Bambang S Ervan mengatakan, korban tragedi Sukhoi kemungkinan hanya akan mendapatkan asuransi 50 ribu dolar AS atau Rp 450 juta.

Berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011, korban kecelakaan udara mas­kapai penerbangan domestik mendapatkan asuransi Rp 1,2 miliar.

Ia menjelaskan, asuransi yang diberikan kepada korban pesawat Sukhoi Superjet 100 didasarkan pada aturan internasional. “Asu­ransi Rp 1,2 miliar diberikan ke­pada korban penerbangan mas­kapai domestik,” katanya.

Pesawat Sukhoi, kata Bam­bang, ketika kecelakaan masih da­lam status promosi, yang ke­pe­milikannya masih atas nama Ru­sia. Segala tanggung jawab ya­ng diberikan pada korban, didasarkan pada hukum yang berlaku di Rusia.

Untuk penerbangan interna­sional, dasar hukum yang dipakai ialah Warsawa Convention 1929 atau Montreal Convention tahun 1999. “Tidak ada lobi agar korban diberikan asuransi yang lebih besar. Asuransi itu kan tanggung jawab maskapai,” katanya.

Pemerintah Indonesia, lan­jut­nya hanya memberikan pema­ham­an kepada pihak Sukhoi bah­wa jika terjadi kecelakaan di In­donesia biasa memberikan asuransi senilai Rp 1,2 miliar.

Perusahaan penerbangan Indo­nesia jika mengalami kecelakaan di luar negeri juga diwajibkan memberikan asuransi yang besar­nya ditentukan Indonesia.

Identifikasi Korban Pakai Standard Interpol

Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Ma­bes Polri Musaddeq me­nga­ta­kan, proses identifikasi je­nazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 akan di­lakukan sesuai dengan prosedur kepolisian internasional (In­ter­pol). Proses identifikasi dila­kukan tim Disaster Victim Iden­tification (DVI) yang dibantu tim dari Rusia dan para ahli dari universitas.

Ia mengatakan, tim DVI In­do­nesia berprinsip kerja keras bersama dengan tim Rusia dan seluruh tim yang tergabung da­lam DVI untuk bekerja pro­fe­sional, transparan, akuntabel, in­­dependen, serta melibatkan pa­kar forensik, dari UI, Air­langga, Unpad.

”Semuanya saat ini sudah ter­gabung dan masih kerja keras di ruang jenazah,” kata yang juga Ketua Tim DVI Nasional

Musaddeq menjelaskan, sesuai dengan prosedur In­ter­pol, ada dua macam identifikasi yang harus dilakukan. Pertama, iden­tifikasi primer berupa sidik jari, gigi, dan DNA forensik. “Mengingat kondisi jenazah, sebagian besar menggunakan DNA forensik,” katanya.

Kedua, identifikasi sekunder seperti data medik berupa tato, tanda lahir, atau pun perhiasan yang dikenakan korban saat ter­jadi kecelakaan. “Bisa saja dia menggunakan jam khusus atau cincin kawin yang khusus, ter­masuk kartu identitas, ATM, dan sebagainya,” katanya.

Ia menambahkan, seluruh da­ta ante mortem seluruh korban kecelakaan pesawat angkut sipil Sukhoi Superjet 100 telah leng­kap dan berada di pihak Polri, “Semua data ante mortem su­dah lengkap, sehingga kami tinggal menunggu hasil eva­kuasi jenazah dari lokasi keja­dian,” katanya.

Data ante mortem tersebut mem­bantu proses identifikasi karena dengan kondisi jenazah korban yang tidak utuh, Polri sulit melakukan identifikasi.

Direktur Rumah Sakit Polri Su­kanto Jakarta Timur, Agus Prayitno mengatakan, semua korban kecelakaan pesawat Su­khoi Superjet 100 yang sampai di Rumah Sakit Polri Sukanto tidak ada yang mengalami luka bakar.

Korban yang tewas meng­alami luka akibat benturan ke­ras sehingga tubuh korban ter­pisah menjadi banyak bagian. “Tidak ada yang hangus di sini. Potongan tubuh itu terpisah da­lam banyak potongan. Paling besar setengah badan,” katanya.

Walaupun penelitian antro­po­logi forensik sudah dilakukan, tim identifikasi gabungan be­lum dapat memisahkan sesuai ke­dekatan ras mongoloid atau kaukasoid. Sejauh ini tim iden­tifikasi baru dapat mengum­pulkan 22 sidik jari.

Namun, jejak sidik jari ini masih permulaan. Tim iden­tifikasi masih mencocokkannya de­ngan sidik jari hasil pen­dataan ante mortem dari ke­luarga korban.

Bila sudah teridentifikasi, lanjutnya hasilnya akhirnya tidak diumumkan satu demi satu tapi bersamaan untuk 45 je­nazah. Cara demikian akan memakan waktu lebih lama lagi bagi keluarga korban. Namun ini untuk menghindari kesa­lahan ataupun ada bagian tubuh yang kurang saat penyerahan nan­ti.  “Akan dilakukan ber­sa­maan usai tes DNA terhadap se­mua korban. Kita minta ke­luar­ga bersabar,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA