RMOL. Tenda biru masih berdiri di depan rumah bernomor 51 yang terletak di Jalan Gunung Raya, Cireundeu, Ciputat Timur, Jakarta Selatan. Tenda itu telah dipasang sejak Kamis pagi.
Sidup Usman, pemilik rumah tamÂpak memandangi foto keluarÂgaÂnya yang dipajang di atas tumÂpukan kardus air kemasan di teras rumah. Walaupun raut wajahnya tamÂpak sedih, ayah Dewi Mutiara Intan Permatasari ini tetap meÂladeni orang yang melayat ke ruÂmahnya.
“Saya ingin Dewi bisa seceÂpatÂnya ditemukan,†kata pria dengan suara sedikit serak. Dewi Mutiara Intan Permatasari adalah praÂmuÂgari Sky Aviation yang ikut dalam penerbangan joy flight Sukhoi SuÂperjet 100 dari Bandara Halim Perdanakusumah, Rabu lalu.
Pesawat penumpang pertama yang diproduksi Sukhoi ini diteÂmukan jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat.
Sidup masih berharap ada keÂajaiban dan Dewi bisa secepatnya ditemukan. Untuk itu, keluarga teÂrus memanjatkan berdoa dan meÂngaji agar Dewi bisa kembali dengan selamat.
Selain itu, tiga kali dalam seÂhari yaitu keluarga dan kerabat menggelar tahlilan. Yakni setelah Dzuhur, Asar dan Isya.
“Kami sudah lakukan itu sejak Rabu malam setelah mendapat kabar pesawat mengalami kecelakaan dan ini akan terus dilakukan sampai ia ketemu,†kata Sidup
Pria yang mengenakan baju koko warna putih itu mengaku tidak mempunyai firasat sebeÂlumÂnya. Sebab, putri sulungnya adalah pramugari yang sering beÂpergian dengan pesawat udara.
Dewi baru lulus tes dan diteÂriÂma sebagai pramugari Sky AviaÂtion. “Baru seminggu kerja disaÂna, ini penerbangan pertamanya (berÂsama Sky),†katanya.
Sebelumnya Dewi menjadi praÂmugari Lion Air selama empat tahun. Setelah itu pindah ke masÂkapai Kalstar selama setahun.
Namun Rabu pagi (9/5) sebeÂlum naik pesawat, Dewi sempat meÂnelepon ibunya dan pamit kaÂrena akan berangkat ke kantornya yang baru di Sky Aviation. Dewi bukan pamit untuk naik pesawat. “Mungkin karena pesawatnya koÂsong jadi ia disuruh naik,†keÂnangnya dengan mata yang terus berbinar.
Sudip menceritakan, ia mengeÂtahui pesawat Sukhoi Superjet 100 yang ditumpangi putrinya meÂngalami kecelakaan setelah meÂlihat tayangan televisi, Rabu malam. Mendengar berita terÂsebut, seluruh keluarga kaget.
Untuk memastikan kabar terÂsebut, ia dan beberapa a anggota keÂluarga menggunakan dua moÂbil mendatangi pos-pos yang menjadi lokasi pencarian pesawat di sekitar Gunung Salak, Bogor.
Di sekitar Gunung Salak, ia sempat menemui “orang pintar†yang mengabarkan anaknya maÂsih hidup dan berada di lereng gunung.
Berbekal informasi tersebut, ia langÂsung meluncur ke Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di tempat itu, ia mendapat kabar dari salah satu warga yang melihat pesawat terbang rendah.
Keluarga datang menuju ke pos atas. “Tapi, mereka turun lagi ke bawah setelah mendapat kepasÂtian bahwa pos terdekat dari loÂkasi kejadian berada di daerah lain, Cidahu,†katanya.
Seluruh keluarga bertahan di pos tersebut dari Kamis dini hari sampai sore. Setelah tak ada perÂkembangan berarti, mereka balik ke rumah.
Sidup mengatakan, Dewi meÂmang jarang pulang ke rumah, ia memilih ngekos di bilangan CengÂkareng, agar dekat dengan temÂpat kerjanya. “Dua pekan seÂbelum kejadian Dewi pulang ke rumah,†katanya.
Pria berkumis ini mengaku telah menyerahkan beberapa baÂrang milik Dewi kepada tim DiÂsasÂter Victim Identification (DVI) Polri untuk proses identifikasi.
Sidup menilai proses evakuasi berlangsung lama. Hingga hari kelima proses evakuasi, putrinya belum ditemukan. “Seharusnya tiga hari sudah bisa diketahui,†katanya.
Hingga pukul 13.00, Senin (14/5), sebanyak 27 kantong jenazah telah diangkut dari lokasi keceÂlakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Kabupatan BoÂgor, Jawa Barat.
Tenda biru di depan rumah DeÂwi tak lagi dipenuhi kursi. KurÂsi-kursi plastik disingkirkan untuk parkir motor pelayat.
Masuk ke dalam rumah terdaÂpat pagar yang terbuka lebar. Di beÂlakangnya terdapar carport yang penuh dengan beberapa meja dan kursi untuk tamu. SeÂluruh kursi penuh dengan puÂluhan orang yang datang melayat. Ayah Dewi dengan ramah meÂnyapa mereka. Sambil ditemani maÂkananya kecil, mereka asyik bercerita satu-sama lain.
Di samping kiri kursi untuk tamu, terdapat tumpukan kardus botol minuman hingga satu meÂter. Di atasnya ditempatkan foto keluarga yang telah di pigura. Dewi dan adik laki-lakinya berÂpose berdiri. Sedangkan dua adikÂnya memilik duduk bersama dengan kedua orang tuanya.
Suasana didalam rumah juga ramai karena dipenuhi dengan puluhan pelayat yang duduk di lantai dengan beralaskan karpet. Tamu di dalam ditemani ibu alÂmarhum.
Pemerintah Tanggung Semua Biaya Evakuasi
Menteri Koordinator KeseÂjahÂteraaan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono berjanji kepada keluarga korban jatuhnya peÂsawat Sukhoi Superket 100 di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat bahwa proses evaÂkuasi ditanggung pemerintah.
Selain itu, pemerintah bersama Tim Basarnas juga terus berupaya semaksimal mungkin untuk meÂlanjutkan evakuasi meski sangat terkendala cuaca dan geografis titik lokasi yang curam.
“Seluruh biaya akan ditangÂgung pemerintah, di samping peÂmeÂrintah juga sudah meÂnyeÂdiakan ambulans, biaya ruÂmah sakit dan lain-lain,†katanya.
Janji lainnya adalah produsen Sukhoi beserta mitra produsen Superjet 100 di Indonesia juga akan memberikan asuransi dan santunan. “Ini tanggung jawab pemerintah sebagaimana dalam setiap kecelakaan,†katanya.
Selain itu janji lainnya adalah pemerintah akan terus mencari tahu penyebab jatuhnya pesawat komersil super canggih tersebut meski membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mendalami itu. “Pemerintah Rusia juga berjanji berpartisipasi dalam investigasi,†katanya.
Kepala Pusat Komunikasi PubÂlik Kementerian Perhubungan (KaÂpuskom) Bambang S Ervan mengatakan, korban tragedi Sukhoi kemungkinan hanya akan mendapatkan asuransi 50 ribu dolar AS atau Rp 450 juta.
Berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 tahun 2011, korban kecelakaan udara masÂkapai penerbangan domestik mendapatkan asuransi Rp 1,2 miliar.
Ia menjelaskan, asuransi yang diberikan kepada korban pesawat Sukhoi Superjet 100 didasarkan pada aturan internasional. “AsuÂransi Rp 1,2 miliar diberikan keÂpada korban penerbangan masÂkapai domestik,†katanya.
Pesawat Sukhoi, kata BamÂbang, ketika kecelakaan masih daÂlam status promosi, yang keÂpeÂmilikannya masih atas nama RuÂsia. Segala tanggung jawab yaÂng diberikan pada korban, didasarkan pada hukum yang berlaku di Rusia.
Untuk penerbangan internaÂsional, dasar hukum yang dipakai ialah Warsawa Convention 1929 atau Montreal Convention tahun 1999. “Tidak ada lobi agar korban diberikan asuransi yang lebih besar. Asuransi itu kan tanggung jawab maskapai,†katanya.
Pemerintah Indonesia, lanÂjutÂnya hanya memberikan pemaÂhamÂan kepada pihak Sukhoi bahÂwa jika terjadi kecelakaan di InÂdonesia biasa memberikan asuransi senilai Rp 1,2 miliar.
Perusahaan penerbangan IndoÂnesia jika mengalami kecelakaan di luar negeri juga diwajibkan memberikan asuransi yang besarÂnya ditentukan Indonesia.
Identifikasi Korban Pakai Standard Interpol
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian MaÂbes Polri Musaddeq meÂngaÂtaÂkan, proses identifikasi jeÂnazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 akan diÂlakukan sesuai dengan prosedur kepolisian internasional (InÂterÂpol). Proses identifikasi dilaÂkukan tim Disaster Victim IdenÂtification (DVI) yang dibantu tim dari Rusia dan para ahli dari universitas.
Ia mengatakan, tim DVI InÂdoÂnesia berprinsip kerja keras bersama dengan tim Rusia dan seluruh tim yang tergabung daÂlam DVI untuk bekerja proÂfeÂsional, transparan, akuntabel, inÂÂdependen, serta melibatkan paÂkar forensik, dari UI, AirÂlangga, Unpad.
â€Semuanya saat ini sudah terÂgabung dan masih kerja keras di ruang jenazah,†kata yang juga Ketua Tim DVI Nasional
Musaddeq menjelaskan, sesuai dengan prosedur InÂterÂpol, ada dua macam identifikasi yang harus dilakukan. Pertama, idenÂtifikasi primer berupa sidik jari, gigi, dan DNA forensik. “Mengingat kondisi jenazah, sebagian besar menggunakan DNA forensik,†katanya.
Kedua, identifikasi sekunder seperti data medik berupa tato, tanda lahir, atau pun perhiasan yang dikenakan korban saat terÂjadi kecelakaan. “Bisa saja dia menggunakan jam khusus atau cincin kawin yang khusus, terÂmasuk kartu identitas, ATM, dan sebagainya,†katanya.
Ia menambahkan, seluruh daÂta ante mortem seluruh korban kecelakaan pesawat angkut sipil Sukhoi Superjet 100 telah lengÂkap dan berada di pihak Polri, “Semua data ante mortem suÂdah lengkap, sehingga kami tinggal menunggu hasil evaÂkuasi jenazah dari lokasi kejaÂdian,†katanya.
Data ante mortem tersebut memÂbantu proses identifikasi karena dengan kondisi jenazah korban yang tidak utuh, Polri sulit melakukan identifikasi.
Direktur Rumah Sakit Polri SuÂkanto Jakarta Timur, Agus Prayitno mengatakan, semua korban kecelakaan pesawat SuÂkhoi Superjet 100 yang sampai di Rumah Sakit Polri Sukanto tidak ada yang mengalami luka bakar.
Korban yang tewas mengÂalami luka akibat benturan keÂras sehingga tubuh korban terÂpisah menjadi banyak bagian. “Tidak ada yang hangus di sini. Potongan tubuh itu terpisah daÂlam banyak potongan. Paling besar setengah badan,†katanya.
Walaupun penelitian antroÂpoÂlogi forensik sudah dilakukan, tim identifikasi gabungan beÂlum dapat memisahkan sesuai keÂdekatan ras mongoloid atau kaukasoid. Sejauh ini tim idenÂtifikasi baru dapat mengumÂpulkan 22 sidik jari.
Namun, jejak sidik jari ini masih permulaan. Tim idenÂtifikasi masih mencocokkannya deÂngan sidik jari hasil penÂdataan ante mortem dari keÂluarga korban.
Bila sudah teridentifikasi, lanjutnya hasilnya akhirnya tidak diumumkan satu demi satu tapi bersamaan untuk 45 jeÂnazah. Cara demikian akan memakan waktu lebih lama lagi bagi keluarga korban. Namun ini untuk menghindari kesaÂlahan ataupun ada bagian tubuh yang kurang saat penyerahan nanÂti. “Akan dilakukan berÂsaÂmaan usai tes DNA terhadap seÂmua korban. Kita minta keÂluarÂga bersabar,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.