RMOL. Hemat energi hanya jadi slogan tanpa aksi nyata. Masih banyak gedung pemerintah yang boros listrik. Dibiarkan menyala terang benderang di siang hari.
Kemarin, Rakyat Merdeka berÂkunjung ke kantor KemenÂterian Pertanian. Menurut data PLN, kementerian yang dipimpin politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suswono ini mengÂhaÂbiÂsÂkan energi listrik hingga menÂcapai 1.011.240 kWh bulan lalu.
Kompleks kementerian yang terletak di Jalan Margasatwa, JaÂkarta Selatan ini memiliki enam gedung yang memiliki fungsi berbeda-beda. Fungsi admÂinisÂtrasi perkantoran dijalankan di Gedung A atau biasa disebut geÂdung utama. Di gedung ini pula, Menteri Pertanian Suswono dan Wakil Menteri Rusman Hariawan berkantornya.
Pantauan Rakyat Merdeka, hamÂpir semua lampu di lorong lantai dasar gedung ini menyala. Lampu-lampu neon panjang yang dipasang di langit-langit lorong yang menghubungkan lobby deÂngan Bagian Rumah Tangga terÂlihat memancarkan sinar putih.
Hal yang sama juga terlihat di lantai tiga yang merupakan kanÂtor kepala Bagian Humas, wakil menteri dan staf ahli. Dua lorong yang berada di kiri dan kanan lift tampak terang benderang oleh nyala lampu. Empat lift dalam kondisi standby siap meÂnganÂtarkan orang naik maupun turun.
Menurut Suganda, Kepala TekÂnisi Kementerian Pertanian, peÂmadaman lampu di lorong mauÂpun di ruang kerja tak terlalu sigÂniÂfikan menekan pemakaian listrik.
“Peralatan atau perlengkapan yang paling banyak menyedot daya listrik adalah AC sentral, AC split dan lift. Kalau lampu itu daya yang diserap kecil, tidak seÂbanding dengan pendingin ruaÂngan,†jelasnya.
Menurut Suganda, selama ini pihaknya sudah menekan biaya pemakaian listrik setiap bulanÂnya. Pengaturan jam operasional lisÂtrik dan telepon, kata dia, beÂnar-benar dilakukan sesuai arahan.
“Kami nyalakan semua pada pukul 8 pagi dan akan kita matiÂkan melalui sentral pada jam 4 sore saat karyawan sudah pulang kerja. Ini cukup menekan biaya pemakaian listrik setiap bulanÂnya,†tegasnya.
Pria yang juga Ketua Gugus Tugas Penghematan Energi di lingkungan Kementerian PertaÂnian ini tidak membantah peÂmaÂkaian listrik di bulan April meÂningkat dibanding bulan seÂbelumnya.
Alasannya, kata dia, pada bulan tersebut banyak kegiatan di kementerian. Misalnya, rapat kerja yang berlangsung pagi dan malam hari. Ini tentu menyedot banyak listrik.
Suganda juga menyebutkan rapat yang dimajukan membuat pemakaian listrik bertambah. “Kalau rapat itu, kondisi ruangan harus dingin. Dan untuk menÂdinginkannya minimal setengah jam sebelumnya harus sudah diÂnyalakan. Makanya kami meÂnyaÂlaÂkan pendingin di luar jadwal jam operasi,†jelasnya.
Kepala Sub Bagian PemeÂliÂhaÂran Kementerian Pertanian PraÂsetyo juga membenarkan loÂnÂcaÂkan pemakaian listrik di bulan April. Kata dia, pemakaian listrik terbesar ada di gedung D.
“Pada bulan lalu memang ada beberapa rapat antara KeÂmenÂterian Pertanian dengan Komisi IV DPR. Rapatnya di Gedung D,†jelasnya.
Selain tempat rapat dengan DPR, kata Prasetyo, Gedung D juga tempat layanan masyarakat. “Kalau ada tamu khusus terkait pertanian, maka akan dilakukan pertemuan dan rapat di gedung itu juga. Dan bulan Maret, kebeÂtulan agendanya sedang padat jadi pemakaian listrik sedikit bertambah,†tegasnya.
Pengamatan Rakyat Merdeka, Gedung D merupakan kantor BaÂdan Penyuluhan dan PeÂngemÂbangan SDM Pertanian. Di sini juga menjadi pusat data dan sisÂtem informasi pertanian. Di geÂdung ini juga terdapaat kantor bank.
Berbeda dengan gedung lainÂnya, di Gedung D ini banyak orang berseliweran. Tempat rapat berada di lantai 8 dan 9. SaÂyangÂnya saat didatangi, ruang rapat di lantai 8 kosong.
Dari pintu yang sedikit terbuka, terlihat seluruh lampu di ruangan itu menyala. Bahkan hawa dingin juga keluar dari ruangan melalui pintu yang terbuka. Di sepanjang lorong di lantai ini juga berÂmanÂdikan cahaya lampu.
Untuk bayar listrik kepada neÂgara, Kementrian pertanian harus meÂrogoh kocek sebesar Rp 900 juta setiap bulannya. Namun angÂka yang mencapai Rp. 1 miliar tersebut diklaim bukan bentuk pemborosan.
Suparno, Wakil Ketua Teknisi Gedung A Kementerian Pertanian mengatakan, dengan pemakaian listrik mencapai 1 juta kWh per bulan, jumlah tagihan yang harus dibayarkan sebesar Rp 900 juta.
Namun, menurut dia, dengan besarnya tagihan listrik ini tak berarti Kementerian Pertanian boros dalam pemakaian listrik.
Suparno menjelaskan, peÂmaÂkaian listrik besar karena di komÂpleks kementerian ini ada enam gedung. “Gedung itu dikatakan boÂros listrik atau tidak sebeÂnarÂnya bisa dilihar dari perhitungan luas gedung dibagi dengan kWh.â€
“Justru sebenarnya dengan luas tanah dan banyak gedung kuota pemakaian kita masih relatif normal,†tandasnya.
Gunakan Lampu Tenaga Surya
Kepala Sub Bagian PemÂeÂliÂharaan Kementerian Pertanian Prasetyo mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan pengÂhematan energi. Misalnya dengan menggunakan peralatan elektronik yang hemat listrik.
“Kami sudah menggunakan lampu solar cell yang sistem kerÂjanya menggunakan energi sinar matahari. Dalam waktu dekat, kami juga akan terapkan lampu sinar matahari untuk dipasang di bagian luar saat malam hari,†katanya.
Ketua Teknisi Suhanda mengaÂtakan pemadaman listrik di gedung-gedung di KemenÂteÂrian Pertanian tak bisa dilaÂkuÂkan secara sentral.
“Setiap geÂdung di KemenÂterian Pertanian itu punya pusat listrik masing-masing. Karena itu untuk mematikan listrik seÂtelah jam kerja harus dilakukan di geÂdung masing-masing,†katanya.
Menurut Suhanda, pemaÂkaian listrik terbanyak di geÂdung D. “Kami belum punya paÂyung hukum untuk bisa meÂmatikan secara serentak seluruh gedung yang ada. Makanya kami sedang meminta pada pihak Setjen Kementan untuk keluarkan kewenangan itu,†katanya.
Pemakaian Listrik Di Kementerian PU Terus Meningkat
Ada beberapa kementerian yang menyedot listrik sangat beÂsar. Apa saja? Pemakaian kantor Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng pada Februari tercatat 553.260 kWh. Bulan berikutnya naik jadi 575.580 kWh. Lalu di bulan April turun jadi 574.860 kWh.
Pemakaian listrik KementeÂrian Pertanian pada Februari terÂcatat 1.043.400 kWh. MÂaÂret turun jadi 947.760 kWh. Bulan April naik lagi jadi 1.011.240 kWh.
Berikutnya Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian yang berada di Jalan Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta SeÂlatan ini menyedot listrik 108.618 kWh pada Februari dan terus naik. Bulan Maret 110.448 kWh. April 111.278 kWh.
Hal sama terjadi di KemenÂterian Pendidikan dan KeÂbuÂdaÂyaan. Pemakaian listrik keÂmenÂterian yang terletak di Jalan JenÂderal Sudirman pada Februari 352.320 kWh. Maret 415.320 kWh. April 426.920 kWh.
Kementerian yang juga baÂnyak memakai listrik adalah Kementerian Hukum dan HAM di Jalan HR Rasuna Said, KuÂningan, Jakarta Selatan.
PeÂmaÂkaian listrik di kemenÂterian yang kini dipimpin Amir SyamÂsuddin ini mencapai 272.720 kWh pada bulan FebÂruari. SemÂpat turun pada bulan Maret jadi 264.020 kWh. KeÂmudian meÂlonjak tinggi pada April dengan jumlah pemaÂkaian 304.720 kWh.
Kementerian Perdagangan termasuk yang boros listrik. Jumlah pemakaian listrik pada buÂlan Februari sebanyak 392.940 kWh. Turun tipis pada bulan Maret menjadi 392.460 kWh. Namun di bulan April, konsumsi listrik naik jadi 399.660 kWh.
Suparno, Wakil Ketua TekÂnisi Gedung A Kementerian PerÂtanian mengatakan peningÂkatan pemakaian listrik jangan dianggap sebagai pemborosan.
Ia menjelaskan, jumlah peÂmakaian listrik baru bisa dikeÂtahui pada bulan berikutnya. “Bulan Maret menurun karena itu sebenarnya pemakaian buÂlan Februari yang hanya terdiri dari 28 hari. Bulan April meÂningkat karena jumlah hari di bulan Maret lebih banyak yakni 31 Maret. Angka tidak jauh berÂbeda dengan yang Februari,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.