Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pulang Dari Nusa Dua, Dapat Jabatan Presiden

Ketua MA Hatta Ali Habiskan Seminggu di Bali

Senin, 20 Februari 2012, 08:58 WIB
Pulang Dari Nusa Dua, Dapat Jabatan Presiden
Hatta Ali
RMOL.Selasa (14/2) pagi pukul 07.20 WIB, Hatta Ali sudah nongkrong di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang Banten. Melihat barang bawaannya yang tak sedikit sepertinya ketua Mahkamah Agung (MA) itu bakal bepergian untuk waktu lama.

“Iya. Saya mau ke Bali me­ngikuti acara ALA (ASEAN Law Association) bersama pimpinan MA negara lainnya. Karena banyak kegiatan, rencananya saya di sana sampai 19 Februari nanti,” katanya.    

ALA adalah organisasi non­pe­merintah tempat bernaung bera­gam profesi dalam dunia hukum di tingkat ASEAN. Ada hakim, pe­ngajar hukum, praktisi hukum, dan pengacara pemerintah. Organisasi ini didirikan pada 1979 pada per­temuan perdananya di Jakarta.

Organisasi ini juga mem­pro­mo­sikan kolaborasi antara orga­nisasi pengacara, fakultas hukum, pusat penelitian hukum dan lembaga lain di ASEAN. Salah satu tujuan organisasi ini adalah mengembangkan kajian hukum yang diperlukan oleh per­kem­bangan sosial ekonomi masya­rakat ASEAN.

ALA digelar di Nusa Dua, Bali yang dibuka Presiden Indonesia Su­silo Bambang Yudhoyono. Per­temuan ini diikuti sekitar 400 pe­serta dari 8 negara ASEAN yak­ni Indonesia, Malaysia, Fili­pina, Myan­mar, Thailand, Viet­nam, Bru­nei Darussalam, dan Singapura.

Puncak dari kegiatan itu adalah pemilihan presiden ALA masa ja­batan 2012-2015. Hatta Ali ter­pi­lih menjadi presiden meng­gan­tikan Pham Qvoc Anh yang telah berakhir masa jabatannya. Se­mentara Suwandi Ali menduduki posisi sekretaris jenderal.

Tak seperti saat terpilih Ketua MA, kali ini Hatta Ali tidak sam­pai menangis ketika terpilih. Na­mun ketegangan tampak ter­pan­car dari wajahnya, saat dirinya menyampaikan sambutan sebagai presiden ALA yang baru.

“Saya akan berusaha meng­e­luar­kan segala kemampuan dan keahlian dalam mengemban tu­gas sebagai presiden ALA dan berharap bantuan dukungan untuk dapat bekerja sama dalam menggerakkan dan memajukan ALA,” ujar Hatta Ali.

Hatta Ali berjanji kesibukan­nya sebagai presiden ALA tak akan menganggu tugasnya seba­gai ketua MA. “Bagi saya, jaba­tan Ketua MA adalah suatu ama­nah yang dipercayakan pada saya. Dan saya harus berusaha menjalankan amanah dengan baik tentunya untuk institusi Mah­kamah Agung,” ujarnya.

Sepuluh hari sebelumnya, Hatta Ali terpilih menjadi ketua MA menggantikan Harifin A Tumpa yang akan pensiun Maret. Saat pemilihan Rabu (8/2), Hatta Ali memperoleh 28 suara. Diikuti Ahmad Kamil 15 suara, Abdul Kadir Mappong empat suara, M Saleh tiga suara dan Paulus E Lotulung satu suara. Tiga suara dinyatakan tidak sah.

Pemilihan ketua MA yang diikuti 54 hakim agung ini hanya berjalan satu putaran. Sebab, Hatta Ali langsung memperoleh dukungan 50 persen plus satu suara yang sah.

Setelah mendapatkan suara mayoritas, Hatta Ali diminta me­nandatangani formulir kesediaan yang diberikan ketua panitia pe­milihan. Hatta menerima for­mulir tersebut dan langsung me­nyatakan bersedia untuk menjadi ketua MA periode 2012-2017.

Usai terpilih, Hatta Ali lang­sung memberikan sambutan per­tamanya sebagai ketua penga­dilan tertinggi di Indonesia dan menyampaikan janji-janjinya. Diselingi isak tangis, bekas juru bicara MA ini pun menyam­pai­kan pandangannya.

“Setelah selesainya pemilihan ini, semua telah berakhir dan cair. Kita menjadi satu untuk menuju ke depan, bagaimana kita mem­ba­ngun Mahkamah Agung ke de­pan. Tidak ada lagi yang pro dan kontra, semua sudah mencair berdasarkan hasil pemilihan yang ada,” kata Hatta di depan para hakim agung.

Kenapa sampai menangis? “Itu luapan perasaan saya, karena se­la­ma ini saya tidak pernah ber­mimpi dan berpikir akan menjadi Ketua MA. Terus terang saja, saya ini kan ketika muda sering bo­los sekolah, ya seperti anak muda biasanya. Saat itu saya kaget, apakah benar saya terpilih jadi Ketua MA,” jelasnya sambil tertawa.

Sebenarnya, menjelang pemi­li­han, Hatta Ali sudah memiliki firasat. Hatinya diliputi perasaan tenang seperti orang yang tidak memiliki beban. Ia menganggap ini pertanda baik.

Keyakinan bakal terpilih men­jadi ketua MA semakin kuat sete­lah anggota keluarganya men­da­pat mimpi aneh. “Katanya mere­ka mimpi melihat saya di atas. Mereka menceritakan kepada saya, mungkin itu firasat yang me­reka alami bahwa saya akan menjadi Ketua M,” cerita Hatta.

Karena itulah, Hatta mengaku tidak bisa menahan luapan emo­sinya ketika mendapatkan ke­nyataan bahwa dirinyalah yang dipercaya mayoritas hakim agung untuk memimpin institusi MA.

“Saya sujud syukur, karena amanah ini dari Tuhan. Karena Tu­han yang menggerakkan ka­wan-kawan saya, sehingga mere­ka simpati dan menetapkan pili­hannya pada diri saya. Pilihan me­reka pengaruh dari Tuhan. Saya benar-benar mensyukuri, karena ini semua kehendak-Nya,” katanya.

Mau Berangus Hakim Nakal

Ketua Mahkamah Agung (MA) yang baru, Hatta Ali tidak ingin ber­andai-andai atau memberikan an­gin surga untuk kemajuan institusi yang akan dipimpinnya. Dia hanya berjanji melanjutkan program pendahulunya dan akan men­ja­lan­kan cetak biru MA 2010-2035.

“Banyak ketua-ketua Mah­ka­mah Agung sebelumnya yang su­dah meletakkan dasar-dasar ke de­pan menuju peradilan yang agung sebagaimana kita ketahui ber­sama sudah termuat dalam blue print 2010-2035. Tetapi sebagai ketua yang baru nantinya Insya Allah pada 1 Maret tentu prog­ram-program yang akan dilaksanakan ada skala prioritas,” katanya.

Hatta Ali akan menggebrak dengan membuat program 100 hari. Program itulah nantinya yang menurut dia menjadi dasar bagi program lainnya.  Program ke­dua, pihaknya akan meng­im­plementasikan dan memastikan ketentuan-ketentuan yang sudah ada dapat berjalan dengan baik.

Hatta menyinggung bagaimana sorotan masyarakat terhadap MA dalam menangani berbagai kasus yang dinilai lambat. Pelayanan ke­pada masyarakat akan menda­patkan prioritas, karena hal itu berkaitan dengan rasa keadilan bagi masyarakat.

Hatta berjanji akan berupaya semaksimal mungkin mening­katkan kualitas sumber daya ha­kim. Baginya, salah satu hal pen­ting yang perlu dijunjung tinggi adalah integritas.

“Kami ke depan tidak ingin men­­dengar ada hakim-hakim yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang memang tidak diperkenankan dalam kode etik dan pedoman perilaku ha­kim,”  katanya. Untuk mencegah muncul hakim nakal, me­nu­rut­nya, kesejahteraan hakim juga ha­rus diperjuangkan.

“Sejak 2007 sampai sekarang masih 70 persen tunjangan remu­nerasinya. Mudah-mudahan ini bisa membuka mata pemerintah, eks­ekutif dan pemegang ke­uangan di pemerintahaan mem­per­hatikan kesejahteraan para hakim,” ha­rapnya.

Melesat Setelah Jadi Sekretaris Bagir Manan

Nama Hatta Ali bisa bikin ke­tar-ketir tujuh ribu hakim di In­do­nesia. Ketika jadi Ketua Muda Pengawasan MA dia ber­wenang menghukum para ha­kim. Kini dia jadi orang nomor satu di MA hingga lima tahun ke depan.

“Izinkan saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh hakim agung yang telah menyempatkan hadir pada pemilihan pagi ini. Ter­utama saya tujukan kepada pe­mi­lih saya yang telah mem­be­ban­­kan amanat sebagai Ketua MA untuk meneruskan estafet Pak Harifin Tumpa,” kata Hatta Ali.

Hatta Ali adalah hakim agung yang paling sering muncul di hadapan publik. Hal ini dika­re­nakan Hatta ditunjuk sebagai juru bicara MA. Dalam mem­berikan pernyataan ke publik dia harus benar-benar mewakili sikap kelembagaan MA.

Profesi hakim disandang Hatta mulai 1982 atau empat ta­hun lebih awal jika dihitung dari status calon pegawai negara sipil. Saat itu hakim masih bera­da di bawah Departemen Ke­hakiman. Kariernya dimulai di PN Jakarta Utara.

Dua tahun berselang, Hatta di­pin­dahkan ke PN Sabang, Aceh. Dalam waktu lima tahun, Hatta duduk sebagai ketua pe­ngadilan itu. Pada 1989, dia men­jabat pelaksana harian ketua PN Sabang.

Setahun kemudian, Hatta di­pindah ke PN Lubuk Pakam, Sumatera Utara, dan bertugas selama lima tahun. Pada 1995 Hatta dipro­mo­sikan mejadi Wakil Ketua PN Gorontalo, Sulawesi Utara. Se­tahun berse­lang, Hatta dipro­mosikan men­jadi ketua PN Bitung, Sulawesi Utara. Dua tahun memimpin PN Bitung, Hatta dimutasi se­ba­gai hakim PN Jakarta Utara.

Pada 2000, sarjana hukum dari Universitas Airlangga ini menjabat ketua PN Manado. Tak berlangsung lama, setahun berselang, dia pindah menjadi orang nomor satu di PN Tange­rang. Pada 2003, Hatta menjadi hakim tinggi di Pengadilan Tinggi (PT) Denpasar.

Setahun kemudian, Hatta men­dapat kepercayaan men­jadi sekretaris ketua MA era Ba­gir Ma­­nan. Pada 2005, Hatta ber­alih jabatan di MA menjadi Di­rektur Jen­deral Badan Pe­radilan Umum. Dua tahun se­telah itu, Hatta resmi menjadi hakim agung.

Pada 2009 peraih gelar dok­tor dari Universitas Padja­jaran ini mendapat kepercayaan se­ba­gai ketua Muda Penga­wasan sekaligus juru Bicara MA. Pada 8 Februari 2012, Hatta menjadi orang nomor satu di MA dan berhak mengendarai mobil dinas dengan nomor polisi RI-8. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA