“Iya. Saya mau ke Bali meÂngikuti acara ALA (ASEAN Law Association) bersama pimpinan MA negara lainnya. Karena banyak kegiatan, rencananya saya di sana sampai 19 Februari nanti,†katanya.
ALA adalah organisasi nonÂpeÂmerintah tempat bernaung beraÂgam profesi dalam dunia hukum di tingkat ASEAN. Ada hakim, peÂngajar hukum, praktisi hukum, dan pengacara pemerintah. Organisasi ini didirikan pada 1979 pada perÂtemuan perdananya di Jakarta.
Organisasi ini juga memÂproÂmoÂsikan kolaborasi antara orgaÂnisasi pengacara, fakultas hukum, pusat penelitian hukum dan lembaga lain di ASEAN. Salah satu tujuan organisasi ini adalah mengembangkan kajian hukum yang diperlukan oleh perÂkemÂbangan sosial ekonomi masyaÂrakat ASEAN.
ALA digelar di Nusa Dua, Bali yang dibuka Presiden Indonesia SuÂsilo Bambang Yudhoyono. PerÂtemuan ini diikuti sekitar 400 peÂserta dari 8 negara ASEAN yakÂni Indonesia, Malaysia, FiliÂpina, MyanÂmar, Thailand, VietÂnam, BruÂnei Darussalam, dan Singapura.
Puncak dari kegiatan itu adalah pemilihan presiden ALA masa jaÂbatan 2012-2015. Hatta Ali terÂpiÂlih menjadi presiden mengÂganÂtikan Pham Qvoc Anh yang telah berakhir masa jabatannya. SeÂmentara Suwandi Ali menduduki posisi sekretaris jenderal.
Tak seperti saat terpilih Ketua MA, kali ini Hatta Ali tidak samÂpai menangis ketika terpilih. NaÂmun ketegangan tampak terÂpanÂcar dari wajahnya, saat dirinya menyampaikan sambutan sebagai presiden ALA yang baru.
“Saya akan berusaha mengÂeÂluarÂkan segala kemampuan dan keahlian dalam mengemban tuÂgas sebagai presiden ALA dan berharap bantuan dukungan untuk dapat bekerja sama dalam menggerakkan dan memajukan ALA,†ujar Hatta Ali.
Hatta Ali berjanji kesibukanÂnya sebagai presiden ALA tak akan menganggu tugasnya sebaÂgai ketua MA. “Bagi saya, jabaÂtan Ketua MA adalah suatu amaÂnah yang dipercayakan pada saya. Dan saya harus berusaha menjalankan amanah dengan baik tentunya untuk institusi MahÂkamah Agung,†ujarnya.
Sepuluh hari sebelumnya, Hatta Ali terpilih menjadi ketua MA menggantikan Harifin A Tumpa yang akan pensiun Maret. Saat pemilihan Rabu (8/2), Hatta Ali memperoleh 28 suara. Diikuti Ahmad Kamil 15 suara, Abdul Kadir Mappong empat suara, M Saleh tiga suara dan Paulus E Lotulung satu suara. Tiga suara dinyatakan tidak sah.
Pemilihan ketua MA yang diikuti 54 hakim agung ini hanya berjalan satu putaran. Sebab, Hatta Ali langsung memperoleh dukungan 50 persen plus satu suara yang sah.
Setelah mendapatkan suara mayoritas, Hatta Ali diminta meÂnandatangani formulir kesediaan yang diberikan ketua panitia peÂmilihan. Hatta menerima forÂmulir tersebut dan langsung meÂnyatakan bersedia untuk menjadi ketua MA periode 2012-2017.
Usai terpilih, Hatta Ali langÂsung memberikan sambutan perÂtamanya sebagai ketua pengaÂdilan tertinggi di Indonesia dan menyampaikan janji-janjinya. Diselingi isak tangis, bekas juru bicara MA ini pun menyamÂpaiÂkan pandangannya.
“Setelah selesainya pemilihan ini, semua telah berakhir dan cair. Kita menjadi satu untuk menuju ke depan, bagaimana kita memÂbaÂngun Mahkamah Agung ke deÂpan. Tidak ada lagi yang pro dan kontra, semua sudah mencair berdasarkan hasil pemilihan yang ada,†kata Hatta di depan para hakim agung.
Kenapa sampai menangis? “Itu luapan perasaan saya, karena seÂlaÂma ini saya tidak pernah berÂmimpi dan berpikir akan menjadi Ketua MA. Terus terang saja, saya ini kan ketika muda sering boÂlos sekolah, ya seperti anak muda biasanya. Saat itu saya kaget, apakah benar saya terpilih jadi Ketua MA,†jelasnya sambil tertawa.
Sebenarnya, menjelang pemiÂliÂhan, Hatta Ali sudah memiliki firasat. Hatinya diliputi perasaan tenang seperti orang yang tidak memiliki beban. Ia menganggap ini pertanda baik.
Keyakinan bakal terpilih menÂjadi ketua MA semakin kuat seteÂlah anggota keluarganya menÂdaÂpat mimpi aneh. “Katanya mereÂka mimpi melihat saya di atas. Mereka menceritakan kepada saya, mungkin itu firasat yang meÂreka alami bahwa saya akan menjadi Ketua M,†cerita Hatta.
Karena itulah, Hatta mengaku tidak bisa menahan luapan emoÂsinya ketika mendapatkan keÂnyataan bahwa dirinyalah yang dipercaya mayoritas hakim agung untuk memimpin institusi MA.
“Saya sujud syukur, karena amanah ini dari Tuhan. Karena TuÂhan yang menggerakkan kaÂwan-kawan saya, sehingga mereÂka simpati dan menetapkan piliÂhannya pada diri saya. Pilihan meÂreka pengaruh dari Tuhan. Saya benar-benar mensyukuri, karena ini semua kehendak-Nya,†katanya.
Mau Berangus Hakim Nakal
Ketua Mahkamah Agung (MA) yang baru, Hatta Ali tidak ingin berÂandai-andai atau memberikan anÂgin surga untuk kemajuan institusi yang akan dipimpinnya. Dia hanya berjanji melanjutkan program pendahulunya dan akan menÂjaÂlanÂkan cetak biru MA 2010-2035.
“Banyak ketua-ketua MahÂkaÂmah Agung sebelumnya yang suÂdah meletakkan dasar-dasar ke deÂpan menuju peradilan yang agung sebagaimana kita ketahui berÂsama sudah termuat dalam blue print 2010-2035. Tetapi sebagai ketua yang baru nantinya Insya Allah pada 1 Maret tentu progÂram-program yang akan dilaksanakan ada skala prioritas,†katanya.
Hatta Ali akan menggebrak dengan membuat program 100 hari. Program itulah nantinya yang menurut dia menjadi dasar bagi program lainnya. Program keÂdua, pihaknya akan mengÂimÂplementasikan dan memastikan ketentuan-ketentuan yang sudah ada dapat berjalan dengan baik.
Hatta menyinggung bagaimana sorotan masyarakat terhadap MA dalam menangani berbagai kasus yang dinilai lambat. Pelayanan keÂpada masyarakat akan mendaÂpatkan prioritas, karena hal itu berkaitan dengan rasa keadilan bagi masyarakat.
Hatta berjanji akan berupaya semaksimal mungkin meningÂkatkan kualitas sumber daya haÂkim. Baginya, salah satu hal penÂting yang perlu dijunjung tinggi adalah integritas.
“Kami ke depan tidak ingin menÂÂdengar ada hakim-hakim yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang memang tidak diperkenankan dalam kode etik dan pedoman perilaku haÂkim,†katanya. Untuk mencegah muncul hakim nakal, meÂnuÂrutÂnya, kesejahteraan hakim juga haÂrus diperjuangkan.
“Sejak 2007 sampai sekarang masih 70 persen tunjangan remuÂnerasinya. Mudah-mudahan ini bisa membuka mata pemerintah, eksÂekutif dan pemegang keÂuangan di pemerintahaan memÂperÂhatikan kesejahteraan para hakim,†haÂrapnya.
Melesat Setelah Jadi Sekretaris Bagir Manan
Nama Hatta Ali bisa bikin keÂtar-ketir tujuh ribu hakim di InÂdoÂnesia. Ketika jadi Ketua Muda Pengawasan MA dia berÂwenang menghukum para haÂkim. Kini dia jadi orang nomor satu di MA hingga lima tahun ke depan.
“Izinkan saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada seluruh hakim agung yang telah menyempatkan hadir pada pemilihan pagi ini. TerÂutama saya tujukan kepada peÂmiÂlih saya yang telah memÂbeÂbanÂÂkan amanat sebagai Ketua MA untuk meneruskan estafet Pak Harifin Tumpa,†kata Hatta Ali.
Hatta Ali adalah hakim agung yang paling sering muncul di hadapan publik. Hal ini dikaÂreÂnakan Hatta ditunjuk sebagai juru bicara MA. Dalam memÂberikan pernyataan ke publik dia harus benar-benar mewakili sikap kelembagaan MA.
Profesi hakim disandang Hatta mulai 1982 atau empat taÂhun lebih awal jika dihitung dari status calon pegawai negara sipil. Saat itu hakim masih beraÂda di bawah Departemen KeÂhakiman. Kariernya dimulai di PN Jakarta Utara.
Dua tahun berselang, Hatta diÂpinÂdahkan ke PN Sabang, Aceh. Dalam waktu lima tahun, Hatta duduk sebagai ketua peÂngadilan itu. Pada 1989, dia menÂjabat pelaksana harian ketua PN Sabang.
Setahun kemudian, Hatta diÂpindah ke PN Lubuk Pakam, Sumatera Utara, dan bertugas selama lima tahun. Pada 1995 Hatta diproÂmoÂsikan mejadi Wakil Ketua PN Gorontalo, Sulawesi Utara. SeÂtahun berseÂlang, Hatta diproÂmosikan menÂjadi ketua PN Bitung, Sulawesi Utara. Dua tahun memimpin PN Bitung, Hatta dimutasi seÂbaÂgai hakim PN Jakarta Utara.
Pada 2000, sarjana hukum dari Universitas Airlangga ini menjabat ketua PN Manado. Tak berlangsung lama, setahun berselang, dia pindah menjadi orang nomor satu di PN TangeÂrang. Pada 2003, Hatta menjadi hakim tinggi di Pengadilan Tinggi (PT) Denpasar.
Setahun kemudian, Hatta menÂdapat kepercayaan menÂjadi sekretaris ketua MA era BaÂgir MaÂÂnan. Pada 2005, Hatta berÂalih jabatan di MA menjadi DiÂrektur JenÂderal Badan PeÂradilan Umum. Dua tahun seÂtelah itu, Hatta resmi menjadi hakim agung.
Pada 2009 peraih gelar dokÂtor dari Universitas PadjaÂjaran ini mendapat kepercayaan seÂbaÂgai ketua Muda PengaÂwasan sekaligus juru Bicara MA. Pada 8 Februari 2012, Hatta menjadi orang nomor satu di MA dan berhak mengendarai mobil dinas dengan nomor polisi RI-8. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.