Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sepi Penumpang, Feeder Busway Ngetem Berjam-jam

Sehari Hanya Angkut 50 Orang

Kamis, 09 Februari 2012, 08:53 WIB
Sepi Penumpang, Feeder Busway Ngetem Berjam-jam
ilustrasi/ist
RMOL.Cuaca Jakarta siang kemarin begitu gerah. Rahmat pun berlindung dari sengatan sinar matahari dengan masuk ke dalam bus feeder. Dengan  handuk kecil, sesekali dia menyeka keringat yang mengucur di wajahnya. Untuk mengusir gerah, pendingin udara (AC) bus dinyalakan.

Bus tiga per empat yang akan mengantarkan penumpang ke jalur busway ini sudah lama par­kir di Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Lagi me­nunggu penumpang,” kata Rah­mat, supir bus feeder itu.

Pria asal Tasikmalaya itu me­ngatakan sejak pagi baru me­ngangkut 10 penumpang. “Ke­mungkinan waktu pulang kerja sore baru banyak penumpang,” kata dia.

Menurut Rahmat, sehari-hari bus feeder rute Tanah Abang-Ba­laikota yang dikemudikannya sepi penumpang. Dalam sehari paling banyak hanya mengangkut 50 orang penumpang.

Kata dia, penumpang baru ra­mai bila kereta sedang menga­lami gangguan. Sehingga beralih ke busway. “Biasanya penum­pangnya penuh, bahkan sampai berdiri,” ujarnya.

Namun itu hanya terjadi se­se­kali saja. Selama menjadi supir bus feeder hanya dua kali dia me­ngalami penumpang yang berju­bel. Bus feeder lebih sering kosong.

“Kami sering menunggu pe­numpang hingga satu jam. Kalau ada satu orang langsung berang­kat,” kata Rahmat.

Selama menunggu penum­pang, mesin bus dibiarkan me­nyala agar pendingin udara bisa berfungsi. Jadi ketika penumpang masuk tidak merasa kepanasan. “Tapi kalau tempatnya teduh dan banyak pohonnya, mesin diminta pengelola untuk dimatikan agar menghemat BBM,” katanya.

Ada empat feeder busway yang melayani rute ini. Bus-bus itu ber­operasi mulai pukul 05.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.

Tarif sekali naik Rp 6.500. Yak­ni Rp 3 ribu untuk ongkos feeder. Sisanya Rp 3.500 ongkos bus­way. “Walaupun tidak naik bus­way tetap ditarik ongkos segitu,” kata Rahmat.

Tapi bagi penumpang yang turun dari busway dan hendak melanjutkan perjalanan de­ngan feeder hanya ditarik ong­kos Rp 3 ribu.

Rahmat mencoba menghitung-hitung pemasukan yang diperoleh dari pengoperasian bus feeder. Bila hanya mengangkut 50 pe­numpang, pemasukan yang di­dapat Rp 150 ribu.

Menurut dia, pemasukan itu tak bisa menutupi operasional. Setiap hari, bus feeder meng­ha­biskan Rp 200 ribu untuk solar. “Dari sini sebenarnya sudah ke­lihatan ruginya, itu belum ter­masuk biaya operasional lain­nya,” katanya.

Halte Jatibaru merupakan tem­pat ngetem bus feeder. Saat siang hari cuaca di sini panas karena tak pohon yang menaungi.

Halte ini terbuat dari besi dan me­miliki atap melengkung. Kur­si dari stainless steel dipasang di antaranya tiang-tiang menyang­ga atap. Kursi ini bisa memuat lima orang.

Di halte ini dipasang papan hi­jau berukuran besar berisi in­formasi rute feeder busway. Bus ini melewati, halte Jatibaru, halte Abdul Muis, halte Balaikota 2, halte Kementerian Perhubungan, halte Jalan AR Fahrudin, halte busway Balaikota, dan halte busway Monas.

Di sebelahan kanan halte ter­da­pat undakan yang dipasangi pagar di pinggirnya. Undakan ini untuk naik ke bus feeder.

Di halte ini parkir satu bus fee­der. Mesinnya menyala. Pe­nga­matan Rakyat Merdeka, bus ini ngetem selama satu jam.

Bus melaju setelah ada seorang penumpang yang naik. Imron, se­o­rang penumpang memilih naik bus feeder ketimbang naik mik­rolet maupun Metro Mini untuk sampai ke tujuan. “Feeder ada AC-nya. Kalau naik angkot, pa­nas dan sering berdesak-de­sa­kan,” akunya.

Pria yang membawa tas pung­gung ini hendak pergi ke Pu­logadung. Setiba di halte busway Balaikota ia akan pindah ke bus Transjakarta jurusan Pulogadung.

Walaupun merasa nyaman, pria yang tinggal di Tanah Abang ini mengeluhkan mahalnya harga tiket bus feeder. “Seharusnya harganya cukup 2 ribu saja. Jadi bisa bersaing dengan angkot. Apalagi rutenya tidak terlalu jauh,” katanya.

Selain itu, pria yang me­nge­nakan kemeja putih panjang ini berharap rute feeder busway bisa bersinggungan dengan kawasan pemukiman. Sehingga banyak penumpang yang naik.

“Kalau tetap seperti ini terus, bisa dipastikan akan sepi pe­num­pang, akhirnya yang di­ru­gikan pe­ngelolanya,” kata Imron sambil ber­lalu masuk ke dalam bus.

Tarif Kemahalan, Pilih Naik Angkot

Pengamat tata kota dan trans­portasi Yayat Supriyatna ber­pen­dapat bus feeder sepi penumpang lantaran rutenya tak sesuai kebu­tu­han masyarakat. Juga tak me­nyentuh kawasan pemukiman.

“Yang jelas kalau kita lihat sekarang, feeder busway seperti jalur tersendiri. Saya kira ada ke­salahan desain awal operasional bus pengumpan ini,” ujarnya.

Menurutnya, selain rute yang tak tak sesuai, sosialisasi yang di­lakukan untuk memperkenalkan feeder Transjakarta ke pe­num­pang atau masyarakat Jakarta ma­sih sangat kurang. Dengan kon­disi lalu lintas Jakarta yang kerap macet, jadwal kedatangan bus feeder tak bisa ditentukan.

Yayat menyarankan kepada pihak pengelola Transjakarta agar melakukan survei kecil-kecilan siapa sebetulnya pengguna bus­way dan siapa yang meman­faat­kan feedernya.

“Sekarang ini warga Jakarta sudah rasional. Karena waktu kedatangannya yang tidak jelas, masyarakat jadi lebih memilih jalan kaki ke halte bus Trans­jakarta terdekat daripada nunggu feeder,” katanya.

Yayat juga menyinggung tarif feeder Rp 6.500. Menurutnya tarif ini terlalu mahal. Masyarakat akhirnya lebih memilih naik ang­kot ke halte terdekat, dibanding harus menggunakan feeder.

“Operasionalnya merupakan pemborosan, karena pemasukan yang diterima tak sesuai dengan biaya operasionalnya. Jika tak mau dinilai hanya menghabis-ha­biskan biaya saja, sebaiknya sis­tem atau manajemen ope­ra­sio­nalnya diperiksa kembali dan di­evaluasi,” katanya.

Rute Diperpanjang  ke Pemukiman

Sosialisasi Digeber Lewat Brosur

Feeder busway sudah ber­ope­rasi empat bulan. Jumlah pe­numpang yang diangkut ma­sih minim. Apa yang akan di­lakukan Pemprov DKI Ja­kar­ta dan Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta?

“Setelah dilakukan evaluasi, hasilnya memang belum mak­si­mal melayani masyarakat. Ma­kanya kami berencana mem­­perpanjang jalur feeder. Untuk yang di Barat juga akan di­per­panjang masuk ke pe­ru­ma­han, karena saat ini kurang pas,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono.

Menurutnya, Rute 2 Tanah Abang-Balaikota. Nantinya dari depan Balaikota juga akan diperpanjang. Feeder akan me­lalui Stasiun Gambir-Tugu Tani-Jalan Kebon Sirih. Se­men­tara yang menuju ke Tanah Abang melalui Pasar Tanah Abang dan stasiun kereta.

Udar menjelaskan, 15 armada feeder busway hanya melayani rata-rata 500 penumpang per hari. Jauh dari target 5.250 orang per hari. “Kami upayakan agar feeder ini diminati oleh ma­syarakat, sehingga bisa me­ningkatkan penumpang bus Transjakarta juga,” katanya.

Feeder memang diper­unt­uk­kan bagi calon penumpang yang hendak menuju ke koridor-ko­ridor busway seperti koridor I (Blok M-Kota) dan Koridor IX (Pluit-Pinang Ranti).

Ada tiga rute yang dilun­cur­kan September lalu. Yakni Rute 1 mencakup Sentra Pri­mer Ba­rat-Daan Mogot, Rute 2 me­liputi Tanah Abang-Ba­laikota dan Rute 3 terdiri SCBD-Senayan.

Kepala BLU Transjakarta M Akbar mengatakan akan mela­kukan sosialisasi lagi mengenai keberadaan feeder. Sosialisasi lewat banner, pamflet, dan bro­sur. “Kita akan gencarkan so­sialisasinya dan ini merupakan ikhtiar kita untuk dapat men­capai target,” katanya.

Saat peluncuran feeder bus­way, Akbar berharap ma­sya­rakat yang selama ini meng­gu­na­kan kendaraan pribadi bisa beralih ke angkutan massal (busway).

Bila masyarakat beralih meng­gunakan busway kema­cetan di Jakarta bisa dikurangi. BLU akan menambah jumlah armada bila penumpang bus­way makin banyak.

Akbar berharap rute feeder diperbanyak, terutama di ujung-ujung koridor busway. Seperti di halte Kampung Rambutan, halte Blok M, kawasan Kelapa Gading, halte Yos Sudarso mau­pun  Pulomas dan Yos Sudarso.

Halte-halte itu berdekatan de­ngan pemukiman penduduk yang berpotensi menggunakan bus Transjakarta untuk be­pergian. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA