Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Perbaikan Sementara Habiskan Rp 98 Miliar

Banyak Jalan Berlubang, Korban Berjatuhan

Jumat, 27 Januari 2012, 09:14 WIB
Perbaikan Sementara Habiskan Rp 98 Miliar
jalan berlubang
RMOL. “Hati-hati Jalan Licin dan Berlubang.” Peringatan itu ditulis di papan yang diletakkan di bahu kiri jalan TB Simatupang persis depan Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan.

Papan peringatan itu dipasang setelah banyak kecelakaan akibat jalan yang berlubang. Semua kecelakaan menimpa pengendara roda dua. Jalan selebar lima meter ini memang terdapat sejumlah lu­bang. Kebanyakan berada di sisi kanan jalan. Kedalamannya ber­variasi 10 sampai 20 centimeter.

Pada musim hujan seperti seka­rang, pengendara yang kurang waspada bisa terjungkal. Sebab lu­bang-lubang itu tak kelihatan ka­rena tertutup air. Tampak seper­ti genang air biasa setelah hujan.

“Hampir tiap malam ada yang jatuh akibat jalan berlubang. Ke­banyakan motor. Biasanya, ke­ja­dian­nya di atas jam sembilan ma­lam. Soalnya penerangan tidak ter­lalu terang, sehingga nggak ke­liha­tan kalau ada lubang,” kata Ar­pan, sekuriti Cilandak Town Square.

Selain berlubang, jalan ini juga ber­gelombang di sana-sini. Se­hingga pengemudi roda empat ha­rus memperlambat lajunya mo­bil saat melintas.

Akibatnya terjadi penumpukan kendaraan. Kemacetan pun tak terhindari. Hampir sepanjang hari terjadi kemacetan di sini. Me­nu­rut Arpan, sudah hampir sebulan jalan ini berlubang. Namun be­lum ada tanda bakal diperbaiki.

Arpan menuturkan, dua bulan lalu jalan di sini ditambah aspal­nya. Namun dia melihat mesin yang digunakan untuk peng­aspa­lan (storm) berukuran kecil. “Coba kalau menggunakan storm berukuran besar, mungkin aspal jalan lebih awet lagi,” katanya.

Lantaran dilakukan pada mu­sim hujan, aspal baru itu tak ber­umur panjang. Aspal yang belum kering dan mengeras tergerus air hujan maupun air buangan dari jalan tol lingkar luar Jakarta.

Air yang mengenang itu me­nyi­sakan jalan yang berge­lom­bang dan berlubang di sana-sini. “Mudah-mudahan Dinas PU bisa secepatnya memperbaiki jalan ini sehingga tidak ada kecelakaan lagi dan kemacetan bisa terurai kembali,” harap Arpan.

Traffic Management Centre (TMC) Polda Metro Jaya kerap menginformasikan kecelakaan yang terjadi di jalan ini lewat Twit­ter. Misalnya pada Minggu ma­lam (22/1) pukul 23.31 TMC meng­in­formasikan kecelakaan dua pe­nge­mudi sepeda motor Ya­maha Vega B 6249 SFT dan Mio B 6450 SV.

Tak sampai setengah jam, TMC menginformasi kecelakaan se­rupa. Kali ini korbannya penge­mudi motor Honda Revo B 6696 PB. Untuk itu, TMC Polda Metro Jaya mengimbau pengendara un­tuk berhati-hati ketika melewati ja­lan di depan Citos.

 Jalan TB Simatupang adalah jalan utama yang meng­hu­bung­kan wilayah luar Jakarta dari ti­mur hingga selatan. Sehari-hari, ja­lan ini selalu ramai dilalui pe­nge­ndara roda dua maupun empat.

Penelusuran Rakyat Merdeka, lubang-lubang terlihat sejak pe­rempatan fly over Fatmawati. Ke­dalamannya bervariasi. Mulai dari dua sampai 10 centimeter.

Rabu siang, kawasan Jakarta tak diguyur hujan. Sehingga lu­bang ini bisa terlihat jelas. Ken­dati begitu, pengendara sepeda motor tetap harus memper­lambat agar tak tergelincir ketika me­lintas.  Begitu juga penge­mudi mo­bil agar tak terguncang-guncang.

Sekitar 200 meter dari tempat ini kondisi jalan lebih parah lagi. Lubang-lubangnya lebih dalam. Sehingga kecepatan kendaraan yang melintas hanya 5-10 kilo­meter per jam.

Akibatnya, kendaraan yang antre melewati jalan ini mengular sepanjang 300 meter hingga lampu lalu lintas di depan Rumah Sakit Fatmawati. Setelah ini, pe­ngendara bisa memacu kencang laju kendaraannya.

Jalan TB Simatupang hanya satu dari sekian banyak jalan-ja­lan di ibu kota yang berlubang dan rusak. Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta men­catat jalan yang rusak mencapai 397.000 meter persegi. Perbaikan baru menyentuh 15.880 meter persegi. Hanya se­kitar empat persen dari total jalan rusak.

Kepala Dinas PU Ery Bas­woro mengatakan, perbaikan jalan secara permanen sulit dilakukan pada musim hujan.

“Kami menunggu musim hu­jan lewat, baru dilakukan per­bai­kan permanen. Saat ini, dilakukan penambalan jalan atau patching dan perbaikan sementara untuk jalan yang rusak,” katanya.

Penambalan ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya kor­ban lebih banyak akibat jalan ber­lubang. Walaupun hanya ditam­bal sementara, dana yang dibu­tu­hkan tak sedikit. Angkanya mendekati Rp 98 miliar.

Rinciannya Jakarta Pusat Rp 23,16 miliar, Jakarta Utara Rp 14 mi­liar, Jakarta Barat Rp 23,6 miliar, Jakarta Selatan Rp 14,5 miliar dan Jakarta Timur Rp 22,5 miliar.

“Ditambal dulu dengan metode hotmix. Kalau dibongkar kemu­dian dibeton atau pengaspalan, itu butuh waktu lama. Nanti tidak terkejar. Apalagi masih musim hujan dan lubangnya banyak,” kata Ery. Ia menargetkan seluruh jalan rusak sudah ditambal pada Juni mendatang.

Untuk perbaikan jalan di Ja­karta Pusat ditunjuk kontraktor PT Subur Brother. Jalan yang su­dah diperbaiki yakni Jalan MI Rid­wan Rais depan Stasiun Gam­bir, Jalan Sudirman sisi barat se­panjang 81,20 meter persegi, Ja­lan Satrio dan Jalan Juanda dan Su­dirman, Jalan Thamrin arah Ja­lan Merdeka Barat dan jalur lam­bat Jalan Sudirman arah Blok M.

Perbaikan jalan di Jakarta Uta­ra ditangani kontraktor PT Tunas Sentosa. Jalan yang sudah diper­baiki di Jalan Plumpang Semper, Jalan Tipar Cakung, Jalan Danau Sunter Utara, Jalan Gunung Sa­ha­ri dan Jalan Perintis Ke­merdekaan.

Untuk Jakarta Barat yakni Ja­lan TB Angke, Jalan Daan Mo­got, Jalan Tomang arah Harmoni, Jalan S Parman arah Grogol, Ja­lan Kyai Tapa dan Jalan Panjang arah Pondok Indah.

Jalan di Jakarta Selatan yang su­dah diperbaiki adalah Jalan Harsono RM arah Ragunan, Jalan Halte Busway Ragunan, Jalan Sisingamangaraja arah Sudirman, Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Raya Pasar Minggu, Jalan HR Ra­suna Said, Jalan Mampang Pra­patan dan Jalan Buncit Raya.

Sementara di Jakarta Timur Ja­lan I Gusti Ngurah Rai lanjutan, Ja­­lan Basuki Rahmat, Jalan Pe­mu­da, Jalan Pondok Gede Raya dan TMII, Jalan Pulogebang, Ja­lan Ahmad Yani, Jalan Otto Is­kand­ar Dinata (Otista) dan Jalan Be­kasi Ti­mur. Perbaikan Jalan I Gusti Ngurah Rai dan Jalan Be­kasi Ti­mur berbarengan dengan pem­ba­ngunan busway koridor XI. Per­bai­kan selesai Desember lalu.

Kecelakaan Terbanyak Di Wilayah Jakarta Barat

Kepolisian Daerah Metro Jaya tak tinggal diam melihat banyaknya jalan rusak di Jakarta. Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) telah melayangkan surat ke Dinas Pekerjaan Umum (PU) meminta segera dilakukan perbaikan.

Kepala Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Sudarmanto mengatakan, setiap menjelang akhir tahun ba­nyak jalan di Jakarta yang rusak. Aspal yang melapisi jalan itu ter­kikis dan mengelupas.

Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan aspal ini me­ngelupas. “Bisa karena musim hu­jan, kendaraan berat, dan mung­kin juga karena aspal yang kurang bagus,” kata Sudarmanto.

Meski banyak jalanan yang rusak, prosentase kecelakaan lalu lintas akibat jalan yang berlubang tak terlalu signifikan. Menurut Sudarmanto, sejauh ini belum ada korban jiwa akibat jalan rusak.

Berdasarkan catatan kepo­lisian, peristiwa terakhir yang ­me­nelan korban jiwa terjadi di Ja­lan Jenderal Sudirman saat te­ngah berlangsung proyek reha­bilitasi gorong-gorong.

“Kami selalu memberi im­bau­an kepada seluruh pengguna jalan agar berhati-hati. Kita bukan hanya imbau tapi juga memasang traffic cone di tempat-tempat yang dianggap rawan,” kata Su­darmanto.

Pada tahun 2010, kecelakaan karena faktor jalan bergelombang sebanyak 50 kali. Tahun 2011 se­banyak 49 kali. Hampir semua­nya terjadi di Jakarta Barat. Satu kejadian di Kota Bekasi.

Kecelakaan yang akibat tiku­ngan tajam pada 2010 terjadi dua kali. Tahun berikutnya meningkat jadi empat kali. Semuanya terjadi di wilayah Jakarta Barat. Pada 2010, jalan rusak menyebabkan 16 kecelakaan. Sedangkan tahun 2011 hanya satu kejadian.

Sementara jalan berlubang menyebabkan 53 kecelakaan pada 2010. Tahun 2011 menurun hanya 35 kejadian.  Kecelakaan terjadi di Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Kabupaten Tange­rang, dan Kabupaten Be­kasi.

Kalau Lihat Jalan ­Berlubang, Lapor Ke Dinas PU DKI

Dua pria berpakaian krem du­duk di dalam ruangan kecil di sa­y­ap kanan halaman parkir Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta di Jalan Taman Jati Baru Nomor 1, Tanah Abang, Ja­karta Pusat, Rabu siang (25/1).

Tak banyak aktivitas yang dilakukan. Keduanya terlihat mengisi waktu dengan menon­ton siaran televisi.

Kedua pegawai Pemda DKI Jakarta ini adalah operator Pos­ko Pengaduan Jalan Rusak. Pos­ko ini adalah dibentuk Dinas PU sejak Desember lalu.

Awalnya, posko ini untuk pe­mantauan banjir. Namun seiring banyaknya keluhan masyarakat atas jalan rusak dan berlubang di ibu kota, dibukalah posko pengaduan tersendiri.

Masyarakat dipersilakan datang untuk melaporkan jalan di lingkungannya yang rusak. Pengaduan juga bisa disam­paikan lewat telepon ke nomor 021-3844444.

Hingga kini sudah 67 laporan jalan rusak yang diterima Posko ini. “Bulan Desember lalu (2011) ada 9. Sedangkan bulan Ja­nuari ada 58 pengaduan,” kata seorang operator Posko.

Menurut dia, laporan yang ma­­suk bukan jalan-jalan ling­ku­ngan pemukiman yang rusak. Namun juga jalan-jalan proto­kol yang rusak yang memb­a­ha­yakan pengendara.

“Rata-rata laporan yang ma­suk menyebutkan jalan berlu­bang dan bergelombang. Tapi ti­dak disebutkan kerusakannya seperti apa,” kata dia.

Walaupun laporan dari warga itu tak cukup detail, operator tetap mencatatnya. Catatan me­ngenai pengaduan ini lalu di­te­ruskan ke bagian perbaikan ja­lan. “Jadi kami tidak tahu bera­pa jalan yang sudah diperbaiki. Yang lebih tahu bagian jalan,” katanya.

Posko Pengaduan Jalan Ru­sak menyatu Posko Pengaduan Banjir. Di bagian depan rua­ngan­nya di pasang papan putih bertuliskan “Posko Bidang Ke-PU-an. Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta”.

Ruangan Posko berukuran 2x5 meter. Bagian depan posko dipasang teralis besi warna abu-abu. Pintu masuk terletak di sebelah kiri. Pintu ini terbuka.

Melongok ke dalam posko terlihat sebuah meja kerja de­ngan tiga kursi. Satu kursi un­tuk operator yang menjaga meja. Dua lainnya untuk warga yang datang untuk mengadu.

Di atas meja tersedia buku un­tuk mencatat pengaduan yang masuk. Sebuah white board dipasang di dinding di belakang meja. Furnitur lain­nya adalah lemari kecil yang ditem­patkan menempel ke dinding. Di atasnya diletakkan radio pang­gil dan telepon.

Untuk sarana hiburan mau­pun memantau informasi di­se­diakan sebuah televisi 21 inchi. Saat Rakyat Merdeka datang, ha­nya dua pegawai operator yang berada di dalam posko. Tak ada warga yang datang un­tuk mengadu baik masalah ban­jir maupun banjir. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA