Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemudik Ogah Ambil Risiko Motor Dinaikkan Kereta

Perusahaan Ekspedisi Kebanjiran Order

Jumat, 02 September 2011, 05:08 WIB
Pemudik Ogah Ambil Risiko Motor Dinaikkan Kereta
ilustrasi/ist
RMOL.Puluhan sepeda motor yang terbungkus kardus diparkir berjejer di depan Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Kardus diikat dengan tali plastik menutupi bodi kendaraan roda dua itu. Hanya bagian roda yang tak ditutupi agar motor mudah dipindahkan.

Motor-motor itu bukan baru keluar dari pabrik. Melain­kan hendak dikirim oleh perusa­haan jasa ekspedisi ke sejumlah daerah di Pulau Jawa.

Seorang karyawan perusahaan jasa ekspedisi terlihat sibuk mem­bungkus motor agar tidak lecet se­lama perjalanan ke kota tujuan. Satu per satu lembaran kardus di­ikatkan dengan hati-hati di bodi motor. Setelah selesai dicek kem­bali. Tali-tali pengikat yang long­gar dikencangkan.

Karyawan lainnya memeriksa detail kondisi kendaraan untuk memastikan ada atau tidak cacat atau kerusakan sebelum dibung­kus. “Sebelum dikemas barang ha­rus dicek terlebih dahulu agar ter­hin­dar dari kecurangan. Soal­nya per­nah kejadian konsumen kom­plain barang kiriman rusak, pa­da­hal dari awal sudah rusak,” ujar Oding, karyawan jasa pe­ngiriman barang kepada <I>Rakyat Merdeka.

Namun bila barang mengalami kerusakan dalam perjalanan men­jadi tanggung jawab peru­sahaan ekspedisi dan harus membayar ganti rugi kepada konsumen.

Perusahaan jasa pengiriman barang kebanjiran order pada mu­sim lebaran. Permintaan pengi­riman sepeda motor ke berbagai daerah naik hingga 100 persen.

Pada hari biasa pengiriman motor rata-rata 15 motor sehari. Pada musim Lebaran melonjak hingga tiga kali lipat, mencapai 40 hingga 60 motor.

Sebagian besar konsumen mengirim sepeda motor dengan tujuan kota Surabaya, Jawa T­i­mur, dan sekitarnya. Ongkos kirim­nya lebih murah dibanding biaya mudik dengan motor, be­lum termasuk risiko di perjalanan.

Untuk sepeda motor jenis be­bek dipatok tarif Rp 175 ribu. Sedangkan motor besar berkisar Rp 450 hingga Rp 500 ribu. Lama pengiriman ke kota tujuan ber­kisar tiga sampai empat hari.

Sahadi (57), pengusaha jasa eks­pedisi PT Beni Putra di Sta­siun Senen mengaku menerima permintaan pengiriman motor hingga 40 paket setiap hari.

Motor-motor tersebut rata-rata diminta dikirim pemiliknya ke Semarang, Yogyakarta, dan Sura­baya. “Ongkos pengiriman motor ketiga daerah tersebut berbeda-beda, yaitu Rp 250 ribu untuk mo­tor bebek dan Rp 280 ribu un­tuk motor besar,” katanya.

Sahadi menuturkan, puncak pengiriman terjadi pada H-7 hingga H-5. Ia kewalahan dengan melonjaknya permintaan pengi­ri­m­an motor. Risiko keter­lam­batan barang sampai tempat tu­juan pun membayanginya.

 â€œKalau hari biasa, pengiriman barang tidak antre. Tapi men­jelang Lebaran, banyak barang yang akan dikirim. Mau tidak mau ha­rus antre. Risikonya pe­ngiriman barang bisa terlambat,” jelasnya.

Menurutnya, lonjakan permin­taan pengiriman sepeda motor di­sebabkan pemudik tak mau ambil risiko mengalami ke­celakaan di ja­lan saat pulang kampung. Pe­mu­dik, lanjutnya, lebih memilih menggunakan motor ketika kem­bali ke Jakarta setelah Lebaran.

“Rata-rata motor ini nanti di­pakai buat jalan-jalan atau sila­turahmi selama di kampung ha­laman. Motor baru dipakai saat hen­dak balik ke Jakarta. Mereka biasanya pilih hari-hari yang su­dah tidak padat biar bisa santai di jalan,” ujar Sahadi.

Peningkatan pengiriman motor juga dialami PT Indeks Trans­por­tama yang juga berlokasi di Sta­siun Pasar Senen. “Jika pada hari biasa omzet sekitar Rp 5 juta per hari, pada musim Lebaran naik dua kali lipat,” ujar Sutrisno, pe­ga­wai perusahaan ekspredisi itu.

Pantauan Rakyat Merdeka, di halaman kedua perusahaan te­r­se­but penuh dengan deretan sepeda motor. Beberapa pegawai tampak sibuk melapisi motor yang akan di­kirim dengan karton tebal. Tu­juannya agar motor yang dikirim tidak tergores dengan barang lain di gerbong kereta barang.

Yoto, Manajer Operasional PT Kar­ta Indah Buana, perusahaan ekspedisi mengutarakan, permin­taan pengiriman motor tahun ini mengalami lonjakan drastis di­banding tahun-tahun sebe­lum­nya. “Tahun kemarin H-15, cuma 10-20 motor per hari. Sekarang kita bisa kirim 40 motor per hari,” bebernya.

Lonjakan permintaan juga dialami PT Herona Ekspress. Me­nurut Slamet Rahardi, Ma­nager Operasional perusahaan itu, mulai tumbuh ke­sa­da­ran ca­lon pemudik tentang ke­ama­nan perjalanan pulang ke kam­pung halaman.

“Sekarang pemu­dik­nya sudah lebih pinter, mereka sayang nya­wa. Makanya tahun ini kita di­serbu pemudik yang hendak me­ngirim motor­,” kata Slamet.

PT KAI Tak Sediakan Gerbong Khusus

Kepolisian Daerah Metro Jaya meminta PT Kereta Api In­donesia (PT KAI) menyediakan gerbong khusus pengangkut sepeda motor dalam arus mudik dan balik Lebaran 2011.

Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Roy­ke Lumowa mengatakan, ger­bong-gerbong tersebut diper­lukan untuk mengurangi tingkat kecelakaan pemudik bersepeda motor.

“Permintaan itu kami sam­paikan secara lisan. Yang tertulis, menyusul,” kata Royke, beberapa waktu lalu. Polda Metro Jaya mem­prediksi jumlah pemudik bersepeda motor pada 2011 me­ningkat dibanding tahun lalu.

Data Direktorat Lalulintas, tahun ini diperkirakan bakal ada 4,1 juta sepeda motor yang digu­nakan untuk mudik, meningkat dari 3,6 juta pada tahun 2010.

Seluruh sepeda motor tersebut diperkirakan akan membawa 8,3 juta penumpang. Lebih banyak 1,1 juta dari tahun 2010.

Kepala Penertiban Daerah Ope­rasi I PT KAI Ahmad Sujadi telah menerima permintaan dari Kepolisian mengenai itu. Na­mun, kata dia, PT KAI belum mengam­bil keputusan. “Saya hanya menjelaskan,” kata Sujadi.

Sejauh ini, PT KAI bersikukuh meniadakan gerbong khusus untuk sepeda motor. “Motor tetap akan dilayani, tetapi harus mela­lui jasa pengiriman dari pihak ke­tiga,” ujar juru bicara PT KAI Daerah Operasi I, Mateta Rizalul­haq dalam kesempatan terpisah.

Menurut Mateta, perubahan pola pengangkutan sepeda motor ini didasarkan pengalaman ang­kutan kendaraan roda dua itu pada Lebaran tahun lalu.

Tahun lalu, PT KAI menyedia­kan delapan ger­bong khusus untuk sepeda motor. Masing-masing gerbong bisa me­nam­pung hingga 50 unit sepeda mo­tor. “Namun ternyata p­e­minat­nya ti­dak banyak,” ujar Mateta.

Dari kapasitas yang tersedia, kata dia, yang terpakai hanya 20 persen hingga 30 persen. Sebab, banyak pengendara sepeda motor yang langsung mengendarai sepeda motornya untuk mudik.

“Jadi, kami pikir penyediaan gerbong kereta khusus motor ini tidak optimal,” ucapnya.

Motor Dipakai Saat Arus Balik

Mudik saat Lebaran sudah menjadi tradisi. Mereka yang merantau berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri.

Banyak cara ditempuh untuk bisa mudik. Salah satunya de­ngan mengendarai sepeda mo­tor. Beberapa tahun terakhir, tren mudik dengan kendaraan roda dua meningkat. Mudik de­ngan alat transportasi dianggap irit biaya.

Selama di kampung halaman, motor bisa digunakan untuk ber­kunjung ke tempat sanak saudara maupun digunakan untuk jalan-jalan.

Lamanya perjalanan dan be­sarnya risiko yang dihadapi, membuat sebagian orang ­-mikir mudik dengan sepeda motor. Mereka pun memilih meng­gu­nakan jasa ekspedisi untuk me­ngirim motornya ke kam­pung halaman.

“Saya lebih suka dikirim saja lewat ekspedisi, lalu adik saya suruh jemput di kampung. Baru nanti Lebaran saya pakai,” kata Sunarto, war­ga Purwokerto, Ja­wa Tengah, saat mengirim se­peda motornya di salah satu perusahaan eks­pe­disi di Stasi­un Manggarai, Ja­karta Selatan.

Sunarto tak mau ambil risiko mudik dengan motor. Apalagi jumlah kendaraan yang digu­na­kan pemudik terus, baik bus mau­pun kendaraan pribadi ber­tambah setiap tahun. Hal ini membuat perjalanan mudik dengan sepeda motor sangat riskan.

“Tahun ini diberitakan makin banyak pemudik yang pake motor. Pasti jalanan macet banget. Kebayang lamanya di jalan dan capeknya gimana. Mending baliknya aja pakai motor,” ujarnya.

Soleh (31), seorang warga yang ditemui sedang mengurus pengiriman sepeda motornya me­ngaku baru kali ini memilih cara ini. Pada Lebaran sebelum­nya, dia dan istri  berboncengan naik motor mudik ke Surabaya.

“Sekarang saya punya bayi, jadi nggak mungkin mudik naik sepeda motor lagi. Jadi dikirim saja, lebih aman dan murah. Cuma Rp 330 ribu sampai ke Surabaya,” ujarnya.

Dia menuturkan, sepeda mo­tor baru dipakai untuk ber­si­la­tu­rahmi selama berada di kam­pung halaman. Motor itu pula yang akan digunakan untuk kembali ke Jakarta lima hari setelah Lebaran.

“Pas di kampung kan butuh motor buat jalan ke sana ke ma­ri. Saat balik ke Jakarta istri dan anak, saya suruh naik bus. Saya pu­langnya naik motor biar pe­ngeluaran lebih irit,” ujarnya. [rm]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA