Kedua tangannya memegang gepokan uang. Ia tak berhenti meÂnawarkan uang itu kepada peÂngenÂdara yang melintas di jalan itu.
Pria asal Medan, Sumatera UtaÂra ini sudah melakoni usaha jasa penukaran uang sejak enam tahun lalu dan terus dijalaninya hingÂga kini karena keuntuÂnganÂnya sangat menggiurkan terÂutama menjelang Hari Raya Idul Fitri.
“Hari biasa saya jualan baju di Pasar Tanah Abang. Mendekati LeÂbaran ini saya lebih senang membuka usaha penukaran uang karena untungnya lumayan banyak,†katanya.
Setiap hari Gian selalu meÂnyeÂdiaÂkan uang sebesar Rp 3 juta ruÂpiah dalam bentuk uang pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000. “Pecahan uang itu saÂngat dicari masyarakat menÂjeÂlang Lebaran,†katanya.
Uang pecahan tersebut, kata Gian diperolehnya dari seorang temannya yang sebelumnya telah menukarkan uang dalam jumlah besar ke Bank Indonesia (BI).
“Kalau butuh pecahan uang kecil, saya tinggal minta dan dia langsung menyediakan berapaÂpun jumlahnya,†katanya.
Uang yang berasal dari teÂmanÂnya, kata Gian dibelinya dengan harga lima persen lebih mahal dari nilai uang yang ditukarkan. “Kalau mau tukar satu juta, ya harus bayar satu juta lima puluh ribu,†contoh Gian.
Selama menjalankan usaha peÂnukaran uang, Gian mengambil unÂtung sebesar 10 persen dari jumÂlah nominal uang yang diÂtuÂkarkan. “Kalau mau beli uang peÂcahan satu juta, ya harus memÂbayar Rp 1 juta dan 100 ribu,†katanya.
Menurutnya, keuntungan terÂseÂbut sangat wajar dalam melakoni usaha. Yang penting, tidak unsur paksaan dalam menawarkan jasa penukaran uang.
Pria yang membawa tas berÂukuran besar di pinggangnya ini menuturkan, dalam menjalankan usaha ini tidak mengenal waktu libur. Mulai 09.00 hingga 18.00 WIB setiap hari.
Seperti usaha lainnya, Gian meÂngaku tidak selalu menÂdaÂpatÂkan untung besar. Seringkali daÂlam sehari hanya mendapat keÂunÂtungan bersih Rp 10 ribu. BahÂkan, pernah dia tak mengeruk untung sama sekali karena tak ada ‘nasabah†yang Âuang receh..
“Kalau nggak ada yang beli malah rugi, karena dalam sehari paling tidak saya mengeluarkan uang Rp 20 ribu untuk makan dan minum,†katanya.
Gian tidak ambil pusing deÂngan fatwa sebagian ulama yang mengharamkan jasa penukaran uang. “Yang penting saya lakuÂkan usaha ini atas dasar suka sama suka dan tidak ada pakÂsaan,†ujarnya cuek.
Malah Gian merasa heran deÂngan fatwa tersebut. SehaÂrusÂnya yang difatwa haram itu koruptor yang mengambil uang negara dalam jumlah miliaran. “Jangan kayak usaha yang kita jalankan ini yang terus dikejar-kejar,†katanya.
Jasa penukaran uang menÂjeÂlang Idul Fitri banyak ditemui diÂtempat keramaian seperti terÂmiÂnal bus, stasiun kereta dan di seÂpanjang jalan di depan TerÂminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Di sini sedikitnya ada lima orang yang menawarkan usaha penukaran uang dengan duduk di atas kursi plastik untuk menguÂrangi rasa pegal akibat berdiri.
Selain itu, jasa penukaran uang ini bisa ditemui di kanan dan kiri Jalan Metro Pondok InÂdah, JaÂkarÂta Selatan. Mereka yang meÂnaÂwarkan gepokan uang receh lebih banyak. JumÂlahnya sampai puÂluhan orang. Mereka duduk di kursi plastik meÂnunggu orang yang mengÂguÂnakan jasa mereka.
Keberadaan jasa penukaran ini mudah dikenal karena umumnya mereka membawa gepokan uang di kedua tangannya. Ciri lainnya, membawa tas yang lumayan beÂsar yang dililitkan di atas perut.
Walaupun untuk menukar reÂceh perlu mengeluarkan uang leÂbih besar, Rusmini, warga PonÂdok Labu, Jakarta Selatan, tak mempersoalkannya. Sebab, dia butuh uang receh untuk dibagi-bagikan kepada sanak saudaranya di kampung. Ia berencana mudik ke Kudus, Jawa Tengah.
Tidak hanya itu, kata peremÂpuan yang mengenakan jilbab ini, menukar uang receh di pinggir jalan lebih mudah karena tak perlu antre berlama-lama. “Kalau mau tukar di bank biasanya antrenya bisa berjam-jam dan capek,†katanya.
Selain itu, kata perempuan berÂumur 40 tahun ini, jumlah uang yang hendak dia tukar juga tidak terlalu besar. Hanya Rp 1 juta.
Di jantung Jakarta, Siska berÂdiri di tengah-tengah antrean. Sesekali perempuan asal Tapanuli menggoyang-goyangkan kedua kakinya untuk mengusir pegal.
Ia tengah antre penukaran uang di Lapangan IRTI Monas, Jakarta Pusat. Bank Indonesia (BI) dan bebeÂrapa bank membuat layanan peÂnukaran uang di tempat ini.
“Saya sudah mengantre sejak dua jam lalu dan baru sekarang ini mendapat giliran menukarkan uang,†keluhnya.
Wanita yang mengenakan topi di kepalanya ini mengaku akan menukarkan uang Rp 1 juta dengan pecahan uang Rp 5 ribu. “Uang itu akan saya bagikan ke ponakan di kampung saat lebaran nanti,†katanya.
Siska memilih menukarkan uang di bank karena gratis alias tidak dikenakan biaya. Jumlah uang yang ditukar pun utuh. Uang Rp 1 juta ditukar dengan dengan nilai yang sama walaupun pecaÂhannya berbeda. Selain itu, uang yang dituÂkarÂkan bisa dijamin keasliannya.
“Tapi kalau menukar di jalanan bayarnya lebih mahal dan keasÂliannya diragukan. Sementara kalau tukar di bank harus sabar antre sajakatanya.
Di lapangan parkir IRTI Monas beberapa bank membuka layanan penukaran uang. Yakni PT Bank DKI, Bank Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara InÂdonesia Tbk, PT Bank Jabar dan Banten, dan PT Bank Rakyat InÂdoÂnesia Tbk. Masing-masing bank menyiapkan satu sampai dua mobil penukaran dengan nilai penukaran bervariasi.
Di dalam mobil yang disulap menjadi bank itu, pada bagian atasÂÂnya dilengkapi dengan kain panÂjang untuk melindungi nasaÂbah yang ingin menukarkan agar tidak terkena sinar matahari.
Setiap nasabah yang akan meÂlaÂkukan transaksi memasuki moÂbil dari pintu samping kendaraan minibus itu. Di dalam kendaraan ditempatkan meja dengan ukuran tidak terlalu besar dengan dua petugas yang bertugas melayani nasabah.
Di depan mobil ada beberapa antrean yang sudah dipanggil oleh petugas bank. Sedangkan yang belum dipanggil disediakan tenda di samping kanan minibus.
Tenda semi permanen warna puÂtih berukuran 4x5 meter berÂfungsi untuk menaungi pengantre dari sengatan matahari. Di bawah tenda ditempatkan masing-maÂsingnya 30 kursi lipat untuk temÂpat duduk pengantre. Kursi-kursi itu penuh.
Layani Penukaran Sampai Rp 40 JutaKepala Biro Hubungan MaÂsyarakat Bank Indonesia (BI) Difi Ahmad Johansyah mengaÂtaÂkan, BI membuka jaÂsa penuÂkaÂran uang di parkir IRTI Monas sejak 1 Agustus lalu.
Difi mengatakan, layanan peÂnukaran uang dibuka dari pukul sampai pukul 13.00 WIB. “Bila masih ada antrean melebihi baÂtas wakÂtu yang telah ditentukan, kami akan memintanya untuk kemÂbali esok hari,†katanya.
Dalam melayani masyarakat, kata Difi, BI telah menyiapkan empat petugas menjaga loket penukaran uang setiap hari. Selain BI, telah ada enam bank yang juga melayani penukaran uang di tempat ini..
“Seluruh bank tersebut beÂraÂda dibawah koordinasi BI. Masyarakat bisa memilih bank mana berdasarkan jumÂlah uang yang akan dituÂkarkan,†kata Difi di Jakarta, kemarin.
Difi menjelaskan, semua bank melayani penukaran uang dengan jumlah minimal sebeÂsar Rp 1 juta sampai dengan paÂling besar Rp 20 juta. “Setiap hari kami gilir mana bank yang mÂeÂlayani penukaran maksimal Rp 1 juta, dan bank yang melaÂyani Rp 3 juta,†jelasnya.
Untuk BI senÂdiri, kata Difi, maksimal peÂnuÂkaran setiap transaksinya adaÂlah Rp 20 juta. “Kalau ada orang mau nukar 40 juta kami tetap meÂlayani. Tapi 20 juta dulu diÂtukar, seÂtelah itu kemÂbali ikut antre di barisan paling belakang untuk menukar 20 juta lagi,†terang Difi.
Nilai uang pecahan yang diÂsiapkan BI, kata Difi, berÂvaÂriasi dari mulai pecahan uang logam dari Rp 100 sampai deÂngan Rp 1.000. Sedangkan uang kertas nilai pecahannya, mulai dari Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10 ribu dan paÂling besar Rp 20 ribu.
Jasa penukaran uang yang diÂlakukan BI dan juga bank lainÂnya, lanjut Difi, tidak dipuÂngut baÂyaran alias gratis. “Jadi mereka menukar sesuai deÂngan nominal yang dituÂkarÂkan,†katanya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, uang yang ditukar melalui BI juga dijamin keasliannya seÂhingga masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir atas uang yang didapatnya itu.
Mendekat Lebaran, kata Difi, setiap harinya bank sentral meÂlayani 1.000 orang. Namun, dia menolak menjelaskan beÂrapa baÂnyak jumlah uang yang diÂtraksaksikan setiap harinya.
“Wah itu rahasia bank, demi keÂamanan dalam proses tranÂsaksi,†katanya. Menurut Difi, BI akan meÂnyiapkan semua kebutuhan maÂsyarakat berapaÂpun banyaknya uang pecahan yang ditukar.
Kebutuhan Uang Pecahan Mencapai Rp 77 TriliunDeputi Direktur Direktorat Pengedaran Uang Bank IndoÂnesia (BI), Adnan Djuada meÂngatakan dalam waktu empat pekan, permintaan uang receh jelang lebaran di Indoneisa menÂcapai Rp 77 triliun atau di atas target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 61,36 triliun.
“Update terakhir sampai Jumat (26 Agustus 2011), penukaran uang receh mencapai Rp 77 triliun,†kata Adnan.
Meskipun permintaan uang receh ini sangat banyak, kata Adnan namun BI masih sangÂgup untuk melayani permintaan masyarakat karena stok uang BI masih mencukupi.
“Stok uang masih banyak. Jadi memang melampaui target tidak masalah. Karena perseÂdiaan BI mencapai Rp 120 triÂliun. Ini termasuk kas-kas di Kantor BI daerah,†ujarnya.
Sebelumnya, Bank sentral teÂlah menyiapkan stok uang seÂbesar Rp 61,36 triliun selama bulan Ramadan 2011. Jumlah terÂsebut meningkat 12 persen dibanding bulan Ramadan tahun 2010 sebesar Rp 54,78 triliun.
[rm]