Beberapa mobil telah parkir lebih dulu di halaman. Mercy seri S350 itu akhirnya parkir seÂkeÂnanya. Sopir yang berpakaian saÂfari dan celana hitam keluar untuk membukakan pintu belakang sebelah kiri.
Dari dalam mobil turun ToÂdung Mulya Lubis. Kedatangan advokat senior ke Sekretariat SoÂlidaritas Masyarakat Indonesia (SMI) untuk Keadilan ini untuk mendaftarkan Partai Serikat RakÂyat Independen (SRI) ke KeÂmenterian Hukum dan HAM.
Todung duduk sebagai anggota Majelis Pertimbangan di partai ini. Beberapa tokoh juga bergaÂbung di majelis ini. Yakni, RahÂman Tolleng, Arbi Sanit, Rocky Gerung, Fikri Jufri, Kemala AtÂmojo, Rosita S Noor dan Dana Iswara. Kemudian, ada Meyanne DKI, Susy Rizky Wiyanti, Yoshi Erlina dan Damianus Taufan.
Tokoh-tokoh itu memiliki keÂdeÂkatan dengan bekas menteri keÂuangan Sri Mulyani Indrawati. Mereka turut berada di belakang Sri Mulyani ketika dia digoyang skandal Bank Century.
Bila diperhatikan, mereka duÂduk di Majelis Pertimbangan ini berlatar belakang Universitas InÂdonesia (UI)—almamater Sri MulÂyani—dan jurnalis.
Todung merupakan jebolan FaÂkultas Hukum UI. “SebeÂlumnya saya selalu independen dan mandiri dan tidak pernah terlibat di dalam partai,†katanya.
Ia memutuskan terjun ke dunia politik untuk menggalang duÂkungÂan bagi Sri Mulyani. Bekas menteri keuangan itu, di mata ToÂdung, adalah salah satu putri terÂbaik bangsa yang cerdas dan pemÂberani. Reputasinya juga suÂdah diakui dunia internasional.
Saat ini, menurut dia, IndoÂneÂsia butuh figur pemimpin yang meÂmiliki integritas, kepeÂmimÂpinan kuat dan tegas. “Itu semua terÂdapat di figur Sri Mulyani,†katanya.
Todung tak khawatir bila langÂkah Sri Mulyani menuju 2014 terÂganjal kasus bailout Bank CenÂtury. “Sampai saat tidak ada satu putusan pengadilan pun yang menÂdiskreditkan Sri Mulyani. Jadi biarkan rakyat yang menilai, karena mereka punya hak suara,†katanya.
Anggota Majelis Pertimbangan lainnya, Arbi Sanit saat ini masih aktif sebagai pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UI. Arbi Sanit sampai-sampai meÂlanggar sumpahnya sendiri karena memutuskan bergabung dengan partai yang mengÂamÂpanyekan Sri Mulyani sebagai calon pemimpin di 2014 ini.
“Saya dulu paling anti dengan parpol. Saya rela melanggar sumÂpah saya sendiri karena saya saÂdar selama ini ada pemenang PeÂmilu yang tidak bisa meÂmeÂrinÂtah,†katanya.
Arbi pun siap mengambil konÂseÂkuensi dari langkah yang diamÂbilnya ini. Dia siap dianggap seÂbagai sosok yang tidak konsisten. “Saya siap, bahkan saya tahu saya akan di Yasin-kan oleh pers,†paparnya.
Saat skandal Century mencuat, Arbi turut angkat bicara. Menurut dia, sejak awal kasus itu penuh deÂngan kontroversi. Misalnya, terÂbitnya Peraturan Pemerintah PengÂÂganti Undang-Undang NoÂmor 4 Tahun 2008 tentang Jaring PeÂngaman Sistem Keuangan serÂta kebijakan bailout Komite StaÂbilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Para pakar hukum tata negara, kata Arbi berbeda pendapat daÂlam hal ini. “Karena ada hitam dan putih itu, kalau mau berdebat setaÂhun tidak akan selesai,†kata dia.
Saat itu, Arbi memperkirakan hasil rekomendasi Panitia Khusus (Pansus) Bank Century DPR akan mengambang. Yakni hanya menyatakan adanya dugaan pelanggaran prosedur.
Tak hanya itu, dia pun meÂnuÂding Pansus hanyalah sanÂdiwara politik belaka. “Pansus mau bongÂkar kasus korupsi itu sulit karena tidak punya bukti. KPK saÂja sulit mencari bukti,†kata Arbi.
Tokoh lainnya, Rocky Gerung juga memperoleh gelar sarjana sastra dari UI. Sampai sekarang pria kelahiran Manado ini tercatat sebagai staf pengajar di DeparÂtemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya UI. Rocky juga membela Sri Mulyani ketika geger skandal Bank Century. Kata dia, Presiden SBY-lah yang harus bertanggung jawab. Alasannya, Indonesia menganut sistem presidensiil.
â€Kalau saja sejak awal PreÂsiden SBY bilang, ya ini keÂbiÂjakan negara dan saya berÂtangÂgung jawab. Kalau mau diadili silakan sesuai konstitusi, tapi itu nanti lima tahun (pemilu),†kata saat itu.
Jika hal itu yang dilakukan oleh Presiden SBY dengan ksatria mengambil tanggung jawab, menurutnya, masalahnya tidak menjadi berbelit seperti saat ini.
Sementara, Rahman Tolleng pernah menjadi anggota DPR dari Golkar pada era Orde Baru. Ia juga salah satu pendiri Partai Golkar. Ia turut ditangkap setelah meletus peristiwa Malari 1974.
Rahman pernah mengusulkan agar pemilu di Indonesia mengÂgunakan sistem distrik seperti diterapkan di Amerika.
Dalam kasus Bank Century, Rahman Toleng menilai Presiden SBY sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Kata dia, dalam sistem presidensil, preÂsiden harus bertanggung jawab atas yang dilakukan pembanÂtunya.
Sebab itu, kata Rahman, Sri MulÂyani tidak punya kesalahan dalam kasus bailout Century. Menurutnya, yang dilakukan Sri MulÂyani dan Boediono justru meÂnyelamatkan Indonesia dari krisis. “Kalau dulu tidak ada baiÂlout apakah kita yakin sekarang tidak ada krisis?†katanya.
Anggota Majelis Pertimbangan berlatar belakang jurnalis adalah Fikri Jufri, Kemala Atmojo dan Dana Iswara.
Fikri Jufri adalah redaktur seÂnior Tempo. Fikri berada di baÂrisan Sri Mulyani keÂtika bekas menteri keuangan itu ‘diÂserang’ kasus Century.
“Sri Mulyani memiliki ide ceÂmerlang dan ketegasan sikap untuk Indonesia yang lebih baru dan mengakhiri masa transisional yang cenderung sekarat,†kata Fikri saat uji materi UU Parpol di Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu.
Uji materi ini diajukan oleh beberapa fungsionaris Partai SRI yang merasa keberatan atas syarat pendirian parpol.
Kemala Atmojo juga seorang jurnalis. Ia pernah menjadi peÂmimÂÂpin redaksi majalah GAMÂMA. Sementara Dana Iswara, beÂkas presenter di salah satu stasiun televisi swasta.
Susunan DPP Partai SRI terdiri dari Ketua Umum Damianus TaÂufan, Sekretaris Nasional Yoshi Erlina, dan Bendahara Susy Rizky Wiyantini.
Selanjutnya ada beberapa keÂtua bidang. Yakni Ketua Bidang PoÂlitik dan Pendidikan Rocky GeÂrung, Ketua Bidang Organisasi Donny Ardyanto, Ketua Bidang UrusÂan Hukum Fajrimei A Gofar, Ketua Bidang Komunikasi PubÂlik Efika Rosemarie, Ketua BiÂdang Pemenangan Pemilihan HenÂdrik Boli Tobi danKetua BiÂdang Luar Negeri Pramida OktriÂviani.
Bendera Sapu Lidi Bersanding Bersama Merah PutihDewan Pengurus Pusat Partai Serikat Independen (SRI) berkantor di Jalan Latuharhary 16, Menteng, Jakarta Pusat. SeÂbelum berubah dari kantor parÂpol, rumah megah ini meÂruÂpakan Sekretariat Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan (SMI-K).
SMI-K adalah salah satu lemÂbaga pendukung Sri Mulyani Indrawati. Lembaga ini telah meÂngkampanyekan bekas menÂteri keuangan itu sebagai calon presiden 2014.
Beberapa waktu lalu,
Rakyat Merdeka sempat berunjung ke sini. Saat itu belum ada embel-emÂbel partai di tempat ini.
Memasuki sekretariat ini keÂmarin, kita disambut spanduk putih bertuliskan “Selamat Datang Di Rumah Integritas, SekÂretariat Nasional Solidaritas MaÂsyarakat Indonesia untuk KeaÂdilanâ€.
Di halaman terparkir enam kendaraan. Masuk ke dalam ruÂmah terÂlihat ruang tamu berÂukuran 2x2 meter yang dilengÂkapi dengan sofa. Meja resepÂsioÂnis setinggi dada orang deÂwasa diletakkan di sini.
Di dinding ruang tamu ditemÂpel poster berukuran 1x1 meter bergambar Sri Mulyani yang seÂdang senyum. “Solidaritas MaÂsyarakat Indonesia Untuk KeÂadilan, Jangan Berhenti Mencintai Indonesia,†tulisan di poster itu.
Di sebelah kanan ruang tamu terdapat ruang rapat yang cukup besar. Masuk lebih dalam terÂlihat ruang tengah yang juga cuÂkup besar.
Di ruangan berukuran 3x10 meter ini ditempatkan poster berukuran 2x2 meter menghiasi dinding ruangan. Poster itu bergambar Sri Mulyani sedang berpose di atas mimbar mengeÂnaÂkan blazer abu-abu.
Di poster itu dikutip salah satu pernyataan tokoh itu.
“InÂdoÂnesia yang bermutu meÂmerÂlukan pemerintahan yang teguh dan bersih.†Tak lupa dicanÂtumÂkan slogan Jujur, Tegas, Mampu.
Di depan poster disediakan panggung yang tidak terlalu tinggi dengan lapisan karpet warna abu-abu diatasnya. Di atasnya diletakkan mimbar untuk pidato. Di samping kiri mimbar ditempatkan dua tiang bendera setinggi dua meter.
Bendera Partai SRI bersanÂding dengan bendera merah puÂtih di ruangan tengah kantor. Di depan panggung terdapat meja panjang dan kursi lipat. Letaknya tak beraturan.
Sebuah sapu lidi besar dileÂtakÂÂkan di atas meja. Sapu itu buÂkan untuk membersihkan koÂtoran, tapi merupakan lamÂbang partai itu.
Suasana di ruangan itu ramai. Puluhan orang pendukung ParÂtai SRI berkumpul. Pukul 13.30 WIB, Todung Mulya Lubis dan beberapa anggota Majelis PerÂtimbangan serta pengurus partai meninggalkan tempat ini meÂnuju Kementerian Hukum dan HAM. Mereka hendak menÂdafÂtarkan Partai SRI.
[rm]