Meja dan kursi dipenuhi kaum muda yang ingin melewatkan akhir pekan di tempat itu. Di tengah hingar-bingar musik, muncul sosok pria berkaos merah bertuliskan “Sri Mulyaniâ€.
Pria berkaca mata ini menyamÂbangi satu per satu meja tempat kongkow yang buka sampai suÂbuh itu. Tanpa berbicara sepatah kata, ia membagi-bagikan stiker berÂwarna merah putih dengan gamÂbar wajah Sri Mulyani. “2014 Untuk Sri Mulyaniâ€. TulisÂan di stiker itu.
Setelah stiker di tangannya haÂbis, pria yang diperkirakan berÂusia 30 tahun ini berlalu. TamÂpakÂnya, pria itu adalah salah satu penÂdukung atau relawan Sri Mulyani.
Bekas menteri keuangan itu kini menjadi direktur pelaksana Bank Dunia di Washington, AmeÂrika Serikat. Perempuan yang memiliki nama lengkap Sri MulÂyani Indrawati (SMI) mulai digaÂdang-gadang sebagai calon peÂmimÂpin di 2014.
Salah satu lembaga penduÂkungÂnya adalah Solidaritas MaÂsyarakat Indonesia untuk KeaÂdilan. Entah disengaja atau tidak, nama lembaga itu disingkat jadi SMI-K mirip inisial Sri Mulyani.
Lembaga yang bermarkas di Jalan Latuharhary Nomor 16, MenÂteng, Jakarta Pusat, rajin meÂrekrut relawan. Pada 23-24 Juli lalu, sebanyak 35 relawan di-
traiÂning untuk memperkenalkan Sri Mulyani ke masyarakat.
“Kami hanya melatih mereka agar bisa berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan yang penÂting lagi mereka punya bekal yang cukup untuk menjawab seÂmua pertanyaan masyarakat meÂngeÂnai sosok Sri Mulyani,†kata EviÂka Rosemere, Juru Bicar SMI-K.
Para relawan, lanjut Evika, berÂasal dari berbagai lapisan maÂsyarakat. Mulai dari ibu rumah tangÂga, mahasiswa sampai kaÂlangan profesional. Mereka menÂdafÂtar secara suka rela ke sekÂretariat SMIK.
Evika menjelaskan, pelatihan diÂlakukan selama dua hari. Di hari pertama, mereka dibekali meÂngenai peta perpolitikan yang ada di Indonesia ditambah deÂngan ilmu mengenai dasar-dasar kepolitikan SMI-K.
Pada hari kedua, sambung EviÂka materi difokuskan kepada diskusi dan cerita peserta meÂngeÂnai pengalaman mereka. Setelah itu, para peserta dibekali dengan materi cara berkomunikasi yang efektif kepada publik.
Menurut dia, pemilihan Sri MulÂyani sebagai icon bukan meÂruÂpakan pengultusan individu. MeÂlainkan gerakan yang bertuÂjuan untuk meneladani nilai-nilai yang dipegang bekas menteri keuangan itu.
Evika menuturkan, sampai saat ini SMIK belum mempunyai agenda untuk melakukan pemÂbaÂgian brosur mengenai Sri MulÂyani ke pusat-pusat keramaian.
“Kami hanya fokus untuk meÂlatif mereka bagaimana cara berÂkomunikasi dengan orang lain.
Kalau ada yang bagi brosur di mal-mal itu bukan dari kita, kaÂrena pendukung Sri Mulyani kan jumlahnya ribuan,†katanya.
Evika mengatakan, lantaran animo masyarakat sangat besar pihaknya akan membuka pelaÂtihan lagi pada September menÂdatang. “Untuk bulan Agustus tiÂdak ada pelatihan karena meÂmaÂsuki bulan puasa,†katanya.
Untuk bulan selanjutnya, kata Evika belum diagendakan masih menunggu respons dari masyaÂraÂkat. “Kalau banyak yang daftar tentu kami akan buka pelatihan lagi,†katanya.
Sampai saat ini, ungkap Evika, anggota SMI-K tidak hanya di Jakarta saja. Tapi sudah meÂnyeÂbar di sembilan propinsi dan seÂluÂruh kabupaten di Indonesia. “Kami berharap bisa terus berÂtamÂbah setiap bulannya,†katanya.
Dari pada pendanaan SMI-K? Kata Evika, semua berasal dari swadaya anggota sendiri dan tidak ada dana yang berasal dari luar. Dana yang terkumpulkan digunakan untuk operasional lemÂbaga ini. Namun dia menolak menÂjelaskan dana yang terÂkumÂpul dan besarnya operasional lemÂbaga ini setiap bulan. “Saya nggak tahu karena bukan saya yang memegang keuangan.â€
Evika menegaskan SMI-K buÂkan gerakan politis. Hanya mengÂidolakan Sri Mulyani sebagai soÂsok yang dikenal bersih dan teÂgas. Tapi tak tertutup kemungÂkinan pada 2014 nanti, pihaknya akan mendorong Sri Mulyani untuk menjadi calon presiden.
Ia menyadari pihaknya hanya bisa mendorong tak bisa mengÂusung. Adalah partai politik yang bisa mengusung seseorang jadi capres. “Kami bukan partai poÂlitik, jadi tidak bisa mengusung secara langsung.â€
Untuk memuluskan langkah SMI-K mengusung ide-ide Sri Mulyani, Evika menyebutkan, beberapa relawan sering berÂkoÂmunikasi dengan Sri Mulyani yang kini di Washington lewat e-mail. “Mereka sering berÂkoÂmunikasi mengenai masalah konÂdisi bangsa saja,†ujarnya.
Partai SRI Terancam Tak Bisa Ikut VerifikasiUntuk memuluskan langkah Sri Mulyani jadi capres, bebeÂraÂpÂa pendukung tokoh itu melaÂkuÂkan uji materi terhadap UU Parpol.
Mereka hendak mendirikan partai bernama SRI (Serikat RakÂyat Independen) tapi terganÂjal oleh aturan itu. Beberapa syaÂrat pendirian partai hendak dibaÂtalkan.
Misalnya, syarat memiliki keÂpengurusan di setiap proÂvinsi, kepengurusan di 75 perÂsen kabupaten/kota dan 50 perÂsen kecamatan.
Kuasa Hukum Penggugat Andi Asrun menilai, persyaÂratan yang dibebankan untuk mendirikan partai sangat berat. Untuk mendirikan partai perlu biaya besar. Sementara waktu yang disediakan sangat singkat.
Para penggugat merasa keÂtenÂtuan yang berkaitan dengan persyaratan pendirian partai poÂlitik sebagaimana diatur daÂlam UU tersebut sangat mengÂgangÂgu atau mempunyai potensi kuat melanggar hak konstituÂsioÂnal.
Partai yang hendak ikut peÂmilu harus diverifikasi 2,5 taÂhun sebelum hari pemungutan suara. Menurut Asrun, ketenÂtuÂan tersebut telah melanggar hak konstitusi yaitu hak kebebasan berÂserikat dan berkumpul, berÂupa pendirian partai politik, hak unÂtuk memajukan dirinya daÂlam memperjuangkan haknya seÂcara kolektif, dan hak untuk memÂperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Pemohon, kata Asrun, meÂminÂta syarat-syarat yang memÂberatkan itu dicabut.
Para pemohon hendak menÂdiÂrikan Partai SRI dengan diÂsponÂsori Solidaritas MaÂsyaÂrakat Indonesia untuk Keadilan (SMI-K).
Gerakan kelompok ini berÂawal dari membuat situs
www. sriÂmulyani.net yang menÂdukung pemikiran mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sekarang bekerja di Bank Dunia.
Ogah Masuk Kandang BuayaKetua Persatuan PurnaÂwiÂraÂwan TNI-AD (PPAD) Letjen (Purn) Soerjadi mengungÂkapÂkan, sejumlah purnawiran diÂdeÂkati diplomat untuk menÂdukung Sri Mulyani maju dalam peÂmilihan presiden 2014.
“Kira-kira 2 atau 3 tiga mingÂgu yang lalu beberapa perwira TNI AD diprovokasi untuk menÂcalonkan Sri Mulyani oleh salah satu orang asing dari keÂduÂtaan,†katanya.
Namun, Soerjadi tidak menÂjeÂlaskan negara asal diplomat itu. Diplomat itu meminta agar bekas menteri keuangan itu diÂpasangkan dengan pensiunan militer jika nanti maju di 2014.
“Ada embel-embelnya mesti didampingi oleh tentara. Intinya ya kalau dari kandang macan jangan masuk kandang buaya lagilah,†kata Soerjadi mencoba menyimpulkan permintaan diplomat itu.
Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Samsuddin tidak memÂperÂmasalahkan purnawirawan menÂdukung Sri Mulyani InÂdraÂwati menjadi calon presiden (caÂpres). “Purnawirawan itu adaÂÂlah person yang bebas dan puÂnya independensi,†katanya.
Jika seorang tentara purna tuÂgas ia tak memiliki korelasi laÂgi dengan struktur jabatan atau terÂikat dengan TNI. Lagi pula, samÂÂbungnya, para purÂnawiÂraÂwan mengatasnamakan pribadi dan tidak membawa institusi Persatuan Purnawirawan TNI.
Menurut Syafrie, hanya staÂtus bekas jenderal yang memÂbuat purnawirawan mendapat soÂrotan. Padahal mereka tidak ada bedanya dengan masyaÂraÂkat sipil pada umumnya. “Ini esenÂsinya. Purnawirawan itu haÂnya seseorang mendapat laÂbel karena pensiun (dari tentara aktif),†ujarnya.
[rm]