Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pendukung Sri Mulyani Bagi-bagi Stiker 2014

Datangi Tempat Nongkrong Anak Muda

Sabtu, 30 Juli 2011, 07:51 WIB
Pendukung Sri Mulyani Bagi-bagi Stiker 2014
RMOL. Cahaya rembulan mulai menyingsing. Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 WIB. Dentuman musik bergenre rock menghibur pengunjung food court Summarecon Mal Serpong, Minggu dini hari pekan lalu itu.

Meja dan kursi dipenuhi kaum muda yang ingin melewatkan akhir pekan di tempat itu. Di tengah hingar-bingar musik, muncul sosok pria berkaos merah bertuliskan “Sri Mulyani”.

Pria berkaca mata ini menyam­bangi satu per satu meja tempat kongkow yang buka sampai su­buh itu. Tanpa berbicara sepatah kata, ia membagi-bagikan stiker ber­warna merah putih dengan gam­bar wajah Sri Mulyani. “2014 Untuk Sri Mulyani”. Tulis­an di stiker itu.

Setelah stiker di tangannya ha­bis, pria yang diperkirakan ber­usia 30 tahun ini berlalu. Tam­pak­nya, pria itu adalah salah satu pen­dukung atau relawan Sri Mulyani.

Bekas menteri keuangan itu kini menjadi direktur pelaksana Bank Dunia di Washington, Ame­rika Serikat. Perempuan yang memiliki nama lengkap Sri Mul­yani Indrawati (SMI) mulai diga­dang-gadang sebagai calon pe­mim­pin di 2014.

Salah satu lembaga pendu­kung­nya adalah Solidaritas Ma­syarakat Indonesia untuk Kea­dilan. Entah disengaja atau tidak, nama lembaga itu disingkat jadi SMI-K mirip inisial Sri Mulyani.

Lembaga yang bermarkas di Jalan Latuharhary Nomor 16, Men­teng, Jakarta Pusat, rajin me­rekrut relawan. Pada 23-24 Juli lalu, sebanyak 35 relawan di-trai­ning untuk memperkenalkan Sri Mulyani ke masyarakat.

“Kami hanya melatih mereka agar bisa berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan yang pen­ting lagi mereka punya bekal yang cukup untuk menjawab se­mua pertanyaan masyarakat me­nge­nai sosok Sri Mulyani,” kata Evi­ka Rosemere, Juru Bicar SMI-K.

Para relawan, lanjut Evika, ber­asal dari berbagai lapisan ma­syarakat. Mulai dari ibu rumah tang­ga, mahasiswa sampai ka­langan profesional. Mereka men­daf­tar secara suka rela ke sek­retariat SMIK.

Evika menjelaskan, pelatihan di­lakukan selama dua hari. Di hari pertama, mereka dibekali me­ngenai peta perpolitikan yang ada di Indonesia ditambah de­ngan ilmu mengenai dasar-dasar kepolitikan SMI-K.

Pada hari kedua, sambung Evi­ka materi difokuskan kepada diskusi dan cerita peserta me­nge­nai pengalaman mereka. Setelah itu, para peserta dibekali dengan materi cara berkomunikasi yang efektif kepada publik.

Menurut dia, pemilihan Sri Mul­yani sebagai icon bukan me­ru­pakan pengultusan individu. Me­lainkan gerakan yang bertu­juan untuk meneladani nilai-nilai yang dipegang bekas menteri keuangan itu.

Evika menuturkan, sampai saat ini SMIK belum mempunyai agenda untuk melakukan pem­ba­gian brosur mengenai Sri Mul­yani ke pusat-pusat keramaian.

“Kami hanya fokus untuk me­latif mereka bagaimana cara ber­komunikasi dengan orang lain.

Kalau ada yang bagi brosur di mal-mal itu bukan dari kita, ka­rena pendukung Sri Mulyani kan jumlahnya ribuan,” katanya.

Evika mengatakan, lantaran animo masyarakat sangat besar pihaknya akan membuka pela­tihan lagi pada September men­datang.  “Untuk bulan Agustus ti­dak ada pelatihan karena me­ma­suki bulan puasa,” katanya.

Untuk bulan selanjutnya, kata Evika belum diagendakan masih menunggu respons dari masya­ra­kat. “Kalau banyak yang daftar tentu kami akan buka pelatihan lagi,” katanya.

Sampai saat ini, ungkap Evika, anggota SMI-K tidak hanya di Jakarta saja. Tapi sudah me­nye­bar di sembilan propinsi dan se­lu­ruh kabupaten di Indonesia. “Kami berharap bisa terus ber­tam­bah setiap bulannya,” katanya.

Dari pada pendanaan SMI-K? Kata Evika, semua berasal dari swadaya anggota sendiri dan tidak ada dana yang berasal dari luar. Dana yang terkumpulkan digunakan untuk operasional lem­baga ini. Namun dia menolak men­jelaskan dana yang ter­kum­pul dan besarnya operasional lem­baga ini setiap bulan. “Saya nggak tahu karena bukan saya yang memegang  keuangan.”

Evika menegaskan SMI-K bu­kan gerakan politis. Hanya meng­idolakan Sri Mulyani sebagai so­sok yang dikenal bersih dan te­gas. Tapi tak tertutup kemung­kinan pada 2014 nanti, pihaknya akan mendorong Sri Mulyani untuk menjadi calon presiden.

Ia menyadari pihaknya hanya bisa mendorong tak bisa meng­usung. Adalah partai politik yang bisa mengusung seseorang jadi capres. “Kami bukan partai po­litik, jadi tidak bisa mengusung secara langsung.”

Untuk memuluskan langkah SMI-K mengusung ide-ide Sri Mulyani, Evika menyebutkan, beberapa relawan sering ber­ko­munikasi dengan Sri Mulyani yang kini di Washington lewat e-mail. “Mereka sering ber­ko­munikasi mengenai masalah kon­disi bangsa saja,” ujarnya.

Partai SRI Terancam Tak Bisa Ikut Verifikasi

Untuk memuluskan langkah Sri Mulyani jadi capres, bebe­ra­p­a pendukung tokoh itu mela­ku­kan uji materi terhadap UU Parpol.

Mereka hendak mendirikan partai bernama SRI (Serikat Rak­yat Independen) tapi tergan­jal oleh aturan itu. Beberapa sya­rat pendirian partai hendak diba­talkan.

Misalnya, syarat memiliki ke­pengurusan di setiap pro­vinsi, kepengurusan di 75 per­sen kabupaten/kota dan 50 per­sen kecamatan.

Kuasa Hukum Penggugat Andi Asrun menilai, persya­ratan yang dibebankan untuk mendirikan partai sangat berat. Untuk mendirikan partai perlu biaya besar. Sementara waktu yang disediakan sangat singkat.

Para penggugat merasa ke­ten­tuan yang berkaitan dengan persyaratan pendirian partai po­litik sebagaimana diatur da­lam UU tersebut sangat meng­gang­gu atau mempunyai potensi kuat melanggar hak konstitu­sio­nal.

Partai yang hendak ikut pe­milu harus diverifikasi 2,5 ta­hun sebelum hari pemungutan suara. Menurut Asrun, keten­tu­an tersebut telah melanggar hak konstitusi yaitu hak kebebasan ber­serikat dan berkumpul, ber­upa pendirian partai politik, hak un­tuk memajukan dirinya da­lam memperjuangkan haknya se­cara kolektif, dan hak untuk mem­peroleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

Pemohon, kata Asrun, me­min­ta syarat-syarat yang mem­beratkan itu dicabut.

Para pemohon hendak men­di­rikan Partai SRI dengan di­spon­sori Solidaritas Ma­sya­rakat Indonesia untuk Keadilan (SMI-K).

Gerakan kelompok ini ber­awal dari membuat situs www. sri­mulyani.net yang men­dukung pemikiran mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sekarang bekerja di Bank Dunia.

Ogah Masuk Kandang Buaya

Ketua Persatuan Purna­wi­ra­wan TNI-AD (PPAD) Letjen (Purn) Soerjadi mengung­kap­kan, sejumlah purnawiran di­de­kati diplomat untuk men­dukung Sri Mulyani maju dalam pe­milihan presiden 2014.

“Kira-kira 2 atau 3 tiga ming­gu yang lalu beberapa perwira TNI AD diprovokasi untuk men­calonkan Sri Mulyani oleh salah satu orang asing dari ke­du­taan,” katanya.

Namun, Soerjadi tidak men­je­laskan negara asal diplomat itu. Diplomat itu meminta agar bekas menteri keuangan itu di­pasangkan dengan pensiunan militer jika nanti maju di 2014.

“Ada embel-embelnya mesti didampingi oleh tentara. Intinya ya kalau dari kandang macan jangan masuk kandang buaya lagilah,” kata Soerjadi mencoba menyimpulkan permintaan diplomat itu.

Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Samsuddin tidak mem­per­masalahkan purnawirawan men­dukung Sri Mulyani In­dra­wati menjadi calon presiden (ca­pres). “Purnawirawan itu ada­­lah person yang bebas dan pu­nya independensi,” katanya.

Jika seorang tentara purna tu­gas ia tak memiliki korelasi la­gi dengan struktur jabatan atau ter­ikat dengan TNI. Lagi pula, sam­­bungnya,  para pur­nawi­ra­wan  mengatasnamakan pribadi dan tidak membawa institusi Persatuan Purnawirawan TNI.

Menurut Syafrie, hanya sta­tus bekas jenderal yang mem­buat purnawirawan mendapat so­rotan. Padahal mereka tidak ada bedanya dengan masya­ra­kat sipil pada umumnya. “Ini esen­sinya. Purnawirawan itu ha­nya seseorang mendapat la­bel karena pensiun (dari tentara aktif),” ujarnya.    [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA