Sekitar satu kilometer menÂdekati lokasi Hambalang semakin terlihat jelas penyebab bukit ini gundul. Beberapa alat berat seÂperti beko, crane dan truk molen mondar-mandir.
Sebuah plang berukuran 1x1,5 meter berdiri di Jalan Pemuda, Kampung Cungelik, Desa HamÂbaÂlang, Kecamatan Citeureup. Plang itu memberitahukan bahwa di situ sedang dibangun Pusat PenÂdidikan, Pelatihan, dan SeÂkoÂlah Olahraga Nasional.
Pusat pelatihan ini akan mengÂgantikan Sekolah Atlet Ragunan di Jakarta Selatan yang kini jadi milik Pemerintah Provinsi DKI JaÂkarta. Para siswa Sekolah MeÂnengah Atas Ragunan yang maÂsuk Program Kementerian PeÂmuÂda dan Olahraga akan dipiÂnÂdahÂkan ke Hambalang. Di kompleks ini rencaÂnanya dibangun stadion, asrama, sekolah, dan tempat pelatihan.
Sekolah olahraga terbesar di InÂdÂonesia yang berdiri di atas lahan 32 hektar ini akan mampu menampung 600 pelajar setingÂkat sekolah menengah pertama dan SMA. Pusat pelatihan terÂseÂbut juga akan menjadi bagian dari pelaksanaan program IndoÂnesia Emas. Bukit Hambalang yang biaÂsaÂnya hening, kini beÂrisik dengan deru alat-alat berat yang mengÂgaruk, mengeruk, dan merataÂkan tanah.
Sebuah spanduk putih selebar tiga meter langsung menyambut di mulut gerbang. “Selamat DaÂtang di Proyek Lanjutan Pusat PenÂdidikan Pelatihan dan SeÂkolah Olahraga Nasional.†Begitulah isi kalimat yang tertera di spanduk.
Di gerbang parkir sebuah truk molen. Seorang pria tampak siÂbuk mengecek bagiannya yang hendak dicor sebelum kembali melanjutkan perjalanan meÂngambil semen.
Ketika
Rakyat Merdeka tiba di sini gerbang proyek tertutup raÂpat. Gerbang hanya akan dibuka jika ada kendaraan atau pekerja yang keluar dan masuk. Beberapa satpam tampak berjaga di sebuah pos.
Rakyat Merdeka lalu menÂcoÂba masuk. Tanpa banyak bertaÂnya, satpam mempersilakan masuk. Tak ada pemeriksaan khusus.
Menyusuri jalan berbatu yang sedikit rusak, aktivitas pengerÂjaan proyek Hambalang tampak semakin jelas. Beberapa alat berat tampak tampak di parkir di sisi jalan dalam kondisi menganggur.
Proyek senilai lebih dari Rp 1 triliun ini tampaknya belum lama diÂmulai. Beberapa bagian bukit tampak baru selesai diratakan. BuÂkit dibagi dalam beberapa undaÂÂkan yang sudah siap dibangun.
Di bagian paling depan, tamÂpak para pekerja sibuk meÂnyeÂlesaikan pondasi utama. Ini bisa dilihat beberapa bangunan yang baru terdiri dari lantai dasar dan tiang-tiang penyangga. Ada empat bangunan dalam kondisi seperti itu.
Crane-crane terlihat bertebaran di sekitar bangunan. Tungai-tungÂkai panjangnya bergerak ke sana kemari mencakar udara. BeÂbeÂrapa truk molen juga tak henti-henti memasuki tempat ini. MeÂreka menumpahkan semen cair ke bangunan yang hendak dicor.
Bangunan yang mulai terlihat jelas bentuknya adalah masjid. Bangunan ini sudah dipasangi kubah dan atap. Dinding-dinÂdingÂnya juga tampak sudah mulai dicat dengan warna putih.
Bangunan masjid tersebut hamÂpir 80 persen selesai. BebeÂrapa pekerja tampak fokus meÂnyelesaikan bagian-bagian baÂngunan yang belum jadi. Meski belum selesai, masjid ini sudah bisa digunakan pekerja untuk shalat. Di sudut lain, tampak banguÂnan yang sudah berlantai dua naÂmun masih telanjang tanpa atap. Para pekerja terlihat tanpa henti mengerjakan tugasnya masing-masing.
Melihat ke kaki bukit tampak lahan kosong menghampar luas. Tak terlihat aktivitas pembaÂnguÂnan di sini. Tapi kaki bukit sudah diratakan dan dipadatkan.
Pemantauan
Rakyat Merdeka, belum ada bangunan di kompleks pendidikan ini berbentuk. PeÂngerÂjaan masih sebatas pembuaÂtan pondisi, kerangka maupun tiang bangunan.
Proyek Kementerian Pemuda dan Olahraga ini digarap PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya (Wika) Tbk. Adhi Karya meÂmeÂgang 70 persen. Sisanya Wika.
Pembangunannya telah berÂjaÂlan lima setengah bulan. Menurut Didi Hamzah, Sekretaris Desa HamÂbalang, Kecamatan CiteuÂreup pembangunan sempat terÂsendat. Kini kembali jalan.
“Karena ada proyek ini warga setempat terbantu karena bisa mempunyai pekerjaan,†katanya.
Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum, dan Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga Amar AhÂmad mengatakan, proyek HamÂbalang sudah lama direncanakan. Pengadaan lahan dan desainnya dimulai sejak awal 2000-an.
“Pembangunan proyek ini suÂdah mulai digulirkan pada 2009-2010. Desain bangunannya sudah
clear pada 2010. Dari 32 hektar laÂhan, luas area bangunannya sekitar 12 hektar,†ujarnya.
Akhir tahun ini, kompleks Hambalang ditargetkan rampung 80 persen. Kendalanya hanya soal teknis, seperti cuaca, kontur tanah yang tidak rata, dan tebing-tebing yang perlu ditata.
Saat rampung pada 2012, komÂpleks ini akan menjadi kawah candradimuka para atlet dari 20 caÂbang olahraga. Maka, dari punÂcak bukit Hambalang diharapkan bakal lahir para juara di tingkat nasional dan internasional.
Wika Kebagian Bikin StadionProyek pembangunan PusÂdiklat dan Sekolah Olahraga NaÂsional Hambalang, Sentul, BoÂgor diwarnai isu suap. AdaÂlah bekas bendahara umum ParÂtai Demokrat, Muhammad NaÂzaruddin yang menyebut adaÂnya setoran dari rekanan untuk petinggi partainya.
Walaupun diterpa isu itu, pemÂbangunan proyek yang berÂnilai lebih dari Rp 1 triliun ini jalan terus. Rencananya, akhir 2012, pembangunan selesai.
“Kami perusahaan profesioÂnal, kami dinyatakan menang tender oleh pemilik proyek (KeÂmenpora), ya kami laksanakan sesuai perjanjian antara kedua belah pihak,’’ kata Kurnadi, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (persero).
Kurnadi membantah stateÂmen Nazaruddin soal dugaan peÂnyimpangan dalam tender. MeÂnurut dia, pernyataan NazaÂruddin bahwa pemenang proyek ini sudah diatur, tidaklah benar.
Ia menjelaskan, tender dilaÂkuÂkan terbuka dimulai pada perÂtengahan 2010. “Diikuti seÂkiÂtar 5-6 perusahaan, proses pra kualifikasi,†kata Kurnadi.
Pememang tender diumumÂkan 26 November 2010 dan tanÂda tangan kontrak dilakukan paÂda 10 Desember 2010. “Saat tanÂda tangan kontrak langsung pekerjaan konstruksi dilakukan, sebelumnya kami sudah submit metode kerja dan penawaran harga sesuai dokumen tender yang dikeluarkan pemilik proÂyek (Kemenpora),†ujarnya.
Dalam perjanjian pengerjaan proÂyek Hambalang, ada kerÂjaÂsama Adhi Karya dan Wijaya Karya. Nilai kontrak sebesar Rp 1,077 triliun. “
Sharing, kami menÂdapatkan 70 persen dan Wika 30 persen,†ucapnya.
Kurnadi menjelaskan perÂseÂroan bertugas mengerjakan peÂkerjaan struktur, arsitektur hingga infrastruktur. “Wika dan kami
integrated, bukan sepaÂrated (terpisah).â€
Pengerjaan proyek itu memÂbutuhkan waktu 750 hari atau 25 bulan. Ditargetkan selesai dibangun pada Desember 2012. Hingga kini, pengerjaan proyek sudah 10-15 persen.
Senada dengan manajemen Adhi Karya, Sekretaris PerusaÂhaÂan PT Wijaya Karya, Natal ArÂgaÂwan mengatakan, pihakÂnya tiÂdak ditunjuk langsung unÂtuk jadi join operasi bersama Adhi Karya dalam proyek ini. “Kami ini peÂruÂsahaan terbuka, tentunya seÂmua proyek melalui tender terbuka.â€
Namun, Natal enggan berÂbiÂcara lebih jauh soal proyek HamÂbaÂlang. Ia menyarankan untuk bertanya kepada Adhi Karya. “Adhi Karya-lah yang memimÂpin proyek ini. Kami hanya seÂbaÂgai mitra dan kami hanya meÂngerjakan stadion,†katanya.
[rm]