Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Target 2012 Selesai, Hanya Masjid yang Sudah Berdiri

Ke Hambalang Setelah Geger Kasus Nazaruddin

Rabu, 27 Juli 2011, 07:37 WIB
Target 2012 Selesai, Hanya Masjid yang Sudah Berdiri
ilustrasi, Bukit Hambalang, Citeureup, Bogor
RMOL. Bukit Hambalang, Citeureup, Bogor yang dulu rindang dan hijau, kini gundul dan gersang. Menatap dari Sirkuit Sentul dan Perumahan Sentul City, bukit yang kini terkenal karena kasus Nazaruddin, tampak telah terpangkas.

Sekitar satu kilometer men­dekati lokasi Hambalang semakin terlihat jelas penyebab bukit ini gundul. Beberapa alat berat se­perti beko, crane dan truk molen mondar-mandir.

Sebuah plang berukuran 1x1,5 meter berdiri di Jalan Pemuda, Kampung Cungelik, Desa Ham­ba­lang, Kecamatan Citeureup. Plang itu memberitahukan bahwa di situ sedang dibangun Pusat Pen­didikan, Pelatihan, dan Se­ko­lah Olahraga Nasional.

Pusat pelatihan ini akan meng­gantikan Sekolah Atlet Ragunan di Jakarta Selatan yang kini jadi milik Pemerintah Provinsi DKI Ja­karta. Para siswa Sekolah Me­nengah Atas Ragunan yang ma­suk Program Kementerian Pe­mu­da dan Olahraga akan dipi­n­dah­kan ke Hambalang. Di kompleks ini renca­nanya dibangun stadion, asrama, sekolah, dan tempat pelatihan.

Sekolah olahraga terbesar di In­d­onesia yang berdiri di atas lahan 32 hektar ini akan mampu menampung 600 pelajar seting­kat sekolah menengah pertama dan SMA. Pusat pelatihan ter­se­but juga akan menjadi bagian dari pelaksanaan program Indo­nesia Emas. Bukit Hambalang yang bia­sa­nya hening, kini be­risik dengan deru alat-alat berat yang meng­garuk, mengeruk, dan merata­kan tanah.

Sebuah spanduk putih selebar tiga meter langsung menyambut di mulut gerbang. “Selamat Da­tang di Proyek Lanjutan Pusat Pen­didikan Pelatihan dan Se­kolah Olahraga Nasional.” Begitulah isi kalimat yang tertera di spanduk.

Di gerbang parkir sebuah truk molen. Seorang pria tampak si­buk mengecek bagiannya yang hendak dicor sebelum kembali melanjutkan perjalanan me­ngambil semen.

Ketika Rakyat Merdeka tiba di sini gerbang proyek tertutup ra­pat. Gerbang hanya akan dibuka jika ada kendaraan atau pekerja yang keluar dan masuk. Beberapa satpam tampak berjaga di sebuah pos. Rakyat Merdeka lalu men­co­ba masuk. Tanpa banyak berta­nya, satpam mempersilakan masuk. Tak ada pemeriksaan khusus.

Menyusuri jalan berbatu yang sedikit rusak, aktivitas penger­jaan proyek Hambalang tampak semakin jelas. Beberapa alat berat tampak tampak di parkir di sisi jalan dalam kondisi menganggur.

Proyek senilai lebih dari Rp 1 triliun ini tampaknya belum lama di­mulai. Beberapa bagian bukit tampak baru selesai diratakan. Bu­kit dibagi dalam beberapa unda­­kan yang sudah siap dibangun.

Di bagian paling depan, tam­pak para pekerja sibuk me­nye­lesaikan pondasi utama. Ini bisa dilihat beberapa bangunan yang baru terdiri dari lantai dasar dan tiang-tiang penyangga. Ada empat bangunan dalam kondisi seperti itu.

Crane-crane terlihat bertebaran di sekitar bangunan. Tungai-tung­kai panjangnya bergerak ke sana kemari mencakar udara. Be­be­rapa truk molen juga tak henti-henti memasuki tempat ini. Me­reka menumpahkan semen cair ke bangunan yang hendak dicor.

Bangunan yang mulai terlihat jelas bentuknya adalah masjid. Bangunan ini sudah dipasangi kubah dan atap. Dinding-din­ding­nya juga tampak sudah mulai dicat dengan warna putih.

Bangunan masjid tersebut ham­pir 80 persen selesai. Bebe­rapa pekerja tampak fokus me­nyelesaikan bagian-bagian ba­ngunan yang belum jadi. Meski belum selesai, masjid ini sudah bisa digunakan pekerja untuk shalat. Di sudut lain, tampak bangu­nan yang sudah berlantai dua na­mun masih telanjang tanpa atap. Para pekerja terlihat tanpa henti mengerjakan tugasnya masing-masing.

Melihat ke kaki bukit tampak lahan kosong menghampar luas. Tak terlihat aktivitas pemba­ngu­nan di sini. Tapi kaki bukit sudah diratakan dan dipadatkan.

Pemantauan Rakyat Merdeka, belum ada bangunan di kompleks pendidikan ini berbentuk. Pe­nger­jaan masih sebatas pembua­tan pondisi, kerangka maupun tiang bangunan.

Proyek Kementerian Pemuda dan Olahraga ini digarap PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya (Wika) Tbk. Adhi Karya me­me­gang 70 persen. Sisanya Wika.

Pembangunannya telah ber­ja­lan lima setengah bulan. Menurut Didi Hamzah, Sekretaris Desa Ham­balang, Kecamatan Citeu­reup pembangunan sempat ter­sendat. Kini kembali jalan.

“Karena ada proyek ini warga setempat terbantu karena bisa mempunyai pekerjaan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum, dan Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga Amar Ah­mad mengatakan, proyek Ham­balang sudah lama direncanakan. Pengadaan lahan dan desainnya dimulai sejak awal 2000-an.

“Pembangunan proyek ini su­dah mulai digulirkan pada 2009-2010. Desain bangunannya sudah clear pada 2010. Dari 32 hektar la­han, luas area bangunannya sekitar 12 hektar,” ujarnya.

Akhir tahun ini, kompleks Hambalang ditargetkan rampung 80 persen. Kendalanya hanya soal teknis, seperti cuaca, kontur tanah yang tidak rata, dan tebing-tebing yang perlu ditata.

Saat rampung pada 2012, kom­pleks ini akan menjadi kawah candradimuka para atlet dari 20 ca­bang olahraga. Maka, dari pun­cak bukit Hambalang diharapkan bakal lahir para juara di tingkat nasional dan internasional.

Wika Kebagian Bikin Stadion

Proyek pembangunan Pus­diklat dan Sekolah Olahraga Na­sional Hambalang, Sentul, Bo­gor diwarnai isu suap. Ada­lah bekas bendahara umum Par­tai Demokrat, Muhammad Na­zaruddin yang menyebut ada­nya setoran dari rekanan untuk petinggi partainya.

Walaupun diterpa isu itu, pem­bangunan proyek yang ber­nilai lebih dari Rp 1 triliun ini jalan terus. Rencananya, akhir 2012, pembangunan selesai.

“Kami perusahaan profesio­nal, kami dinyatakan menang tender oleh pemilik proyek (Ke­menpora), ya kami laksanakan sesuai perjanjian antara kedua belah pihak,’’ kata Kurnadi, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (persero).

Kurnadi membantah state­men Nazaruddin soal dugaan pe­nyimpangan dalam tender. Me­nurut dia, pernyataan Naza­ruddin bahwa pemenang proyek ini sudah diatur, tidaklah benar.

Ia menjelaskan, tender dila­ku­kan terbuka dimulai pada per­tengahan 2010. “Diikuti se­ki­tar 5-6 perusahaan, proses pra kualifikasi,” kata Kurnadi.

Pememang tender diumum­kan 26 November 2010 dan tan­da tangan kontrak dilakukan pa­da 10 Desember 2010. “Saat tan­da tangan kontrak langsung pekerjaan konstruksi dilakukan, sebelumnya kami sudah submit metode kerja dan penawaran harga sesuai dokumen tender yang dikeluarkan pemilik pro­yek (Kemenpora),” ujarnya.

Dalam perjanjian pengerjaan pro­yek Hambalang, ada ker­ja­sama Adhi Karya dan Wijaya Karya. Nilai kontrak sebesar Rp 1,077 triliun. “Sharing, kami men­dapatkan 70 persen dan Wika 30 persen,” ucapnya.

Kurnadi menjelaskan per­se­roan bertugas mengerjakan pe­kerjaan struktur, arsitektur hingga infrastruktur. “Wika dan kami integrated, bukan sepa­rated (terpisah).”

Pengerjaan proyek itu mem­butuhkan waktu 750 hari atau 25 bulan. Ditargetkan selesai dibangun pada Desember 2012. Hingga kini, pengerjaan proyek sudah 10-15 persen.

Senada dengan manajemen Adhi Karya, Sekretaris Perusa­ha­an PT Wijaya Karya, Natal Ar­ga­wan mengatakan, pihak­nya ti­dak ditunjuk langsung un­tuk jadi join operasi bersama Adhi Karya dalam proyek ini. “Kami ini pe­ru­sahaan terbuka, tentunya se­mua proyek melalui tender terbuka.”

Namun, Natal enggan ber­bi­cara lebih jauh soal proyek Ham­ba­lang. Ia menyarankan untuk bertanya kepada Adhi Karya. “Adhi Karya-lah yang memim­pin proyek ini. Kami hanya se­ba­gai mitra dan kami hanya me­ngerjakan stadion,” katanya.    [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA