Teuku Faizasyah: Penyelesaian Batas Dengan Malaysia Memerlukan Kesabaran & Keteguhan

Minggu, 26 September 2010, 00:45 WIB
Teuku Faizasyah: Penyelesaian Batas Dengan Malaysia Memerlukan Kesabaran & Keteguhan

RMOL.Teuku Faizasyah kini resmi menjadi  Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional. Status ‘magang’ cukup dua bulan saja.

Sebab, 6 September lalu sudah mengantongi Keputusan Presi­den (Keppres) mengenai peng­ang­katan dirinya menggantikan Dino Patti Djalal yang kini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.

“Ini kan tanggung jawab dan amanah yang besar. Jadi, saya melihatnya ini sebagai tan­tangan. Bagaimana supaya bisa mela­kukan hal-hal yang baik yang pernah dilakukan Pak Dino sebe­lumnya,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Kamis (23/9).

Berikut kutipan selengkapnya:

Bagaimana perasaannya de­ng­an jabatan baru ini?

Ini tantangan bagi saya.  Saya tetap berusaha agar bisa mem­beri­kan yang terbaik dalam kapa­sitas yang dimiliki. Semoga hari ini lebih baik dari hari ke­marin. Dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Kapan Anda dilantik?

Sebenarnya tidak ada pelanti­kan. Dengan Keppres itu saya langsung menjalankan tugas se­bagai Staf Khusus Presiden Bidang Hu­bungan Internasional.

Bagaimana pengalamannya selama magang?

Itu kan proses belajar. Saya melihat bagaimana Pak Dino da­lam melakukan tugas dan fungsi-fungsinya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Inter­nasional.

Apa pengalamannya sebagai Juru Bicara Kemenlu tidak cukup?  

Ya, saya  tidak terus-terusan saya mengikuti Pak Dino. Sebab, saya sebelumnya kan menjabat Juru Bicara Kementerian Luar Negeri. Sehingga saya banyak berinteraksi secara personal, antara Menlu dengan pekerjaan Pak Dino yang menyangkut hubungan internasional. Saya nggak lama kok magang, cuma dua bulan saja.

Apa tugas Anda yang paling mendesak untuk dituntaskan?

Apa yang sudah baik dilakukan Pak Dino harus diteruskan. Seperti persediaan ba­han dan substan­sinya.

Bagaimana penanganan hu­bungan dengan Malaysia?

Sebenarnya apa yang kita laku­kan sudah te­pat. Pre­­­si­den meng­instruksikan ke Menlu untuk berbuat sesuai dengan kapasitas dan kewe­nang­an yang di­mi­liki. Yakni, bagaimana menge­lola dengan baik proses diplo­masi. Sebab, diplomasi itu butuh waktu dan perlu kesabaran.

Harapan secara personal de­ngan tantangan yang mencuat itu, bisa diselesaikan dengan baik. Hubungan itu kan dilakukan oleh dua pihak. Kita melakukan se­suatu dan Malaysia juga mela­kukan sesuatu. Tentunya dalam bingkai yang besar, hubungan itu sudah baik. Dengan wilayah yang berbagai sektor juga baik.

Tapi di luar itu ada hal-hal yang memerlukan keseriusan da­lam penanganannya. Katakan­lah, masalah perbatasan, dan masalah penanganan TKI men­jadi masa­lah yang timbul, se­hingga itu bisa menggerogoti hubungan yang baik.

Seperti apa langkah yang su­dah diambil itu?

Pemerintah melalui Kemenlu sudah melakukannya. Itu cukup jelas untuk mempercepat proses perundingan. Hal yang lain adalah masalah Ketenagakerjaan dengan Menakertrans. Kemudian masalah perbatasan dengan Menlu sedang mengupayakan agar segera terselesaikan kesepa­katan dengan Malaysia.

Masalah perbatasan kok lama sekali diselesaikan?

Ini memang suatu hal yang harus diprioritaskan dan harus kita dorong agar cepat disele­saikan. Namun faktanya kasus perundingan itu memang perlu waktu. Dengan demikian tidak cepat diselesaikan. Tapi setidak­nya dalam proses yang sedang berjalan harus disusun suatu me­kanisme untuk meredakan masa­lah di lapangan. Sebab ini adalah masalah yang rumit dan kom­pleks.

Lihat saja kasus perbatasan negara tetangga kita juga banyak. Sebut saja Jepang dengan China saja sudah bertahun-tahun tidak selesai. Jadi, sekarang yang diper­lukan adalah kesabaran dan keteguhan dari sisi perundingan.

Masalah perbatasan kita de­ngan Malaysia dilakukan secara paralel. Dan itu sudah merupakan prioritas pemerintah. [RM]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA