Dorongan itu disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI fraksi Demokrat Herman Khaeron kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Senin (3/6).
“Kerugian yang terjadi di Kimia Farma harusnya segera ditindaklanjuti kementrian dengan melakukan evaluasi menyeluruh atas BUMN Farmasi tersebut,” tegas pria yang akrab disapa Kang Hero ini.
Menurut Kang Hero, jika melihat peluang dan fasilitas yang dimiliki perusahaan farmasi plat merah itu semestinya tidak mengalami kerugian yang mencapai angka triliunan rupiah.
“Saya yakin ini mis manajemen, harus dievaluasi,” tegas Politikus Senior Partai Demokrat ini.
Atas dasar itu, selaku mitra kerja Menteri BUMN di Komisi VI DPR RI, Kang Hero menegaskan bahwa pihaknya akan menelusuri penyebab kerugian di Kimia Farma tersebut.
“Kami akan seriusi juga BUMN Farmasi, bukan hanya Kimia Farma, namun indo farma dan bio farma juga harus dievaluasi,” pungkasnya.
Perusahaan industri farmasi Kimia Farma (KAEF) mencatatkan kerugian sebesar Rp1,48 triliun sepanjang 2023. Angka itu membengkak 678 persen dari kerugian 2022 yang tercatat sebesar Rp190,47 miliar.
Akibatnya, rugi per saham dasar terjun bebas ke level Rp267,11 dari sebelumnya hanya Rp34,25.
Penjualan bersih dilaporkan Rp9,96 triliun, melonjak 7,90 persen dari posisi sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,23 triliun.
Laporan keuangan yang dikutip Sabtu (1/6) juga mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, bengkak dari akhir 2022 senilai Rp5,45 triliun.
Beban usaha Rp4,66 triliun, melonjak dari sebelumnya yaitu Rp3,44 triliun. Rugi usaha tercatat Rp1,57 triliun, meningkat 420 persen dari posisi sama tahun lalu surplus Rp497,04 miliar.
Beban keuangan Rp622,81 miliar, bengkak dari Rp525,60 miliar. Penghasilan keuangan Rp25,44 miliar, melejit dari Rp12,16 miliar. Rugi sebelum pajak Rp2,16 triliun, nyungsep 1.250 persen dari edisi sama tahun sebelumnya Rp16,39 miliar. Rugi tahun berjalan Rp1,82 triliun, bengkak dari Rp126,02 miliar.
Jumlah ekuitas Rp6,39 triliun, anjlok dari episode akhir tahun sebelumnya Rp8 triliun. Defisit Rp2,15 triliun, bengkak dari akhir 2022 senilai Rp1,02 triliun. Total liabilitas Rp11,19 triliun, berkurang dari akhir tahun lalu Rp11,79 triliun. Total aset Rp17,58 triliun, menukik dari Rp19,79 triliun.
BERITA TERKAIT: