Pengamat politik Citra Institute, Efriza menerangkan, bahasa politik Jokowi di momen itu patut diperdebatkan. Karena mempertanyakan siapa sosok internal maupun eksternal yang akan diusung PPP sebagai calon presiden (capres).
“Jelas secara tidak langsung, Jokowi dalam komunikasinya, itu telah melakukan intervensi kepada PPP, meski dengan bahasa terselubung, namun sarat makna,†ujar Efriza kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (21/2).
Menurutnya, tak dapat dipungkiri pascakonflik internal PPP pada pertengahan tahun lalu, Jokowi merestui partai berlambang ka'bah itu diselamatkan dengan tak langsung mengamini keterpilihan Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketua Umum yang juga menjabat Dewan Pertimbangan Presiden.
“Tak mungkin Mardiono tak berkomunikasi dengan Presiden Jokowi, saat dalam proses ‘penyelamatan PPP’ tersebut,†tuturnya.
Maka dari itu, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Dr Sutomo ini meyakini, pernyataan Jokowi pada Harlah PPP, menyebut Prabowo capres di awal pidatonya, adalah upaya tidak langsung meng-endorse Menteri Pertahanan itu.
“Itu agar membawa wacana ini ke dalam PPP, dan dibawa juga dalam pembicaraan di KIB (Koalisi Indonesia Bersatu),†demikian Efriza.
BERITA TERKAIT: