Pasalnya, hingga saat ini serapan dana PEN baru 52 persen alias belum maksimal hingga mencapai 100 persen.
Demikian disampaikan anggota Komisi IX DPR RI fraksi PKS Anis Byarwati saat menjadi narasumber dalam diskusi Polemik MNC Trijaya FM, bertajuk "Efek Resesi Ditengah Pandemi" pada Sabtu (7/11).
"Sampai November ini serapannya masih 52 persen. Dari Pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 695,2 triliun itu baru terserap Rp 361,5 triliun. Padahal ini udah mau akhir tahun," kata Anis Byarwati.
"Ini kan masih ada sekitar Rp 300 triliun lebih mengendap tidak sampai ke masyarakat. Itu catatan dari Komisi XI," imbuhnya menegaskan.
Atas dasar itu, politisi PKS ini menyesalkan itikad baik dari pemerintah belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat agar mampu meningkatkan daya belinya.
Dengan demikian, harapan pertumbuhan seperti tujuan awal adanya PEN tidak akan terjadi.
"Ini yang membuat PEN belum terasa signifikan di masyarakat," sesalnya.
"Jadi yang paling realistis menurut saya itu bagaimana pemerintah bisa membantu masyarakat untuk bersiap menghadapi resesi selama pandemi dan kemudian membantu mereka untuk tidak kehilangan daya belinya," demikian Anis Byarwati.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen pada kuartal III 2020 kemarin.
Sejurus dengan itu, ekonomi Indonesia minus dalam dua kuartal terakhir lantaran pada kuartal II 2020 kemarin ekonomi Indonesia minus 5,32 persen maka Indonesia resmi mengalami resesi.
Selain Anis Byarwati, turut hadir sebagai narasumber dalam diskusi daring tersebut antara lain Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu) Yustinus Prastowo, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi, dan Ketua Umum APRINDO Roy N Mandey.
BERITA TERKAIT: