Rasialisme harus benar-benar dicegah agar tak sampai terjadi di bumi pertiwi.
"Kami melihat belakangan ini ada beberapa oknum mencoba menggiring dan mengaitkan masalah rasisme di Amerika Serikat ke Indonesia, khususnya masyarakat Papua. Ini sangat berbahaya, jika tidak disikapi dengan baik dan penuh kehati-hatian khususnya oleh generasi milenial, apalagi di tengah pandemik saat ini," tutur Koordinator Nasional Perempuan Milenial Indonesia (Permisi), Ananda Lamadau, Sabtu (13/6).
Hal tersebut juga menjadi bahasan dalam dialog virtual bertema 'Melawan Rasisme dengan Semangat Bhineka Tunggal Ika' yang digelar Permisi pada Jumat (12/6).
Dalam dialog ini, hadir sebagai narasumber adalah Ketua Umum PB PMII, Agus Mulyono Herlambang; Akademisi Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Lidya Kandowangko; dan Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP), Juri Ardiantoro.
Akademisi IAKN, Lidya Kandowangko mengatakan, dalam mencegah masalah rasisme perlu ada kesetaraan, keadilan, dan persaudaraan.
"Di Indonesia tidak ada warga nomor satu atau nomor dua. Tidak ada subordunasi. Kalau kita bicara pemuda yang berbhineka, berarti pemuda yang menerima perbedaan. Karena itu, Indonesia itu adalah kita," tegasnya.
Sementara itu, Agus Mulyono Herlambang menyatakan Bhineka Tunggal Ika tidak hanya dijadikan sebagai semboyan, tetapi juga cara hidup, bergaul berkomunitas, dan berinteraksi satu sama lain.
"Kita mesti belajar pada corona. Dia menyerang orang tidak menanyakan apa agamanya dulu, suku, ras atau apapun, semua dia perlakukan sama," tandasnya.
BERITA TERKAIT: