Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jangan Cuma Densus Tipikor, Densus Anti-Hama Juga Diperlukan Petani

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 23 Oktober 2017, 03:52 WIB
Jangan Cuma Densus Tipikor, Densus Anti-Hama Juga Diperlukan Petani
Moeldoko/RMOL
rmol news logo Tak hanya Detasemen Khusus Anti Terorisme (Densus Anti Teror) dan Detasemen Tindak Pidana Korupsi (Densus Tipikor) yang harus hadir di Indonesia, Densus Anti Hama juga diperlukan para petani Indonesia yang terus-terusan dihajar oleh hama sebagai teror.

Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyampaikan, saat ini petani Indonesia sudah kian menyusut dan redup.

Kondisi itu akan sangat berbahaya bagi masa depan bangsa Indonesia. Sebab, kebutuhan akan pangan tidak pernah berhenti. Ketahanan dan kedaulatan pangan bisa menjadi ancaman serius saat ini, apabila petani dan pertanian Indonesia tidak dibenahi dengan sungguh-sungguh.

"Jumlah petani Indonesia kian kecil. Bahkan, perlahan sudah tak ada lagi generasi muda yang mau jadi petani,” kata Moeldoko baru-baru ini.
 
Menurut Moeldoko, ruang dan lahan serta kemampuan petani Indonesia kian sempit dan kesulitan. Seharusnya, masyarakat dan anak-anak muda bisa memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi petani yang sukses.

"Jika anak-anak muda hendak berperan mewujudkan petani dan nelayan yang sejahtera, banyak peluang. Saya mau mengajar dan mengajak anak-anak muda untuk bertani, bertani yang lebih bagus dan lebih sejahtera,” ujarnya.

Moeldoko melihat ada ancaman yang besar bagi Indonesia, jika petani dan pertanian tidak dikembangkan dengan baik. Ancaman kelaparan, ancaman terhadap barang-barang impor pertanian dan bahan makanan, serta ancaman disintegrasi bangsa jika ketahanan dan kedaulatan pangan tidak diwujudkan.

Bagi Moeldoko, persoalan sektor pertanian bukan hanya urusan lahan yang kian menyusut, bukan juga karena ketidakmampuan masyarakat Indonesia, tetapi ada juga persoalan cultural dan teknologi yang tidak sinkron selama ini.

"Ada juga persoalan kultur dan teknologi. Teknologi harus bisa kita hubungkan dengan kultur kepada masyarakat agar pertanian kita tidak stagnan atau malah mati. Dengan teknologi dan kultur bertani yang berkembang mestinya petani akan maju dan sejahtera,” tuturnya.

Buktinya, lanjut dia, setelah dirinya menjadi Ketua Umum HKTI ada sejumlah pengembangan teknologi dan kultur yang dikembangkan dia. Seperti adanya kemandirian melakukan pembibitan atau benih padi.

Moeldoko mengakui jenis padi temuannya yang diberinama M-400 dan M-700 misalnya, adalah hasil pengembangan ilmu pengetahuan oleh para sarjana pertanian bersama masyarakat petani. "Seperti benih padi jenis M-700 itu, dalam waktu 700 hari, bisa menghasilkan padi yang berkualitas bagus dan hasil panen yang besar,” ujarnya.

Selain itu, kini ada dikenal Teknologi Moeldoko, yakni teknologi pertanian untuk mengembangkan pemberantasan terhadap hama pertanian. "Hama itu kini menjadi teror yang mengerikan bagi petani Indonesia. Kita butuh Densus Anti Hama yang bisa mengatasi persoalan hama yang menyerang petani,” ujarnya. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA