Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hambali Tetap Ditakuti Amerika

Disidang Setelah 10 Tahun Dipenjara

Senin, 22 Agustus 2016, 08:46 WIB
Hambali Tetap Ditakuti Amerika
Hambali alias Encep Nurjaman alias Riduan Isamuddin/Net
rmol news logo Hambali alias Encep Nurjaman alias Riduan Isamuddin akhirnya muncul pertama kali dalam persidangan setelah genap 10 tahun dibui di penjara militer Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba, pada Kamis (18/8). Sekalipun sudah diisolasi 10 tahun, Hambali tetap ditakuti Amerika.

Sidang yang berlangsung 10 menit itu adalah jawaban Amerika atas permintaan bebas Hambali dengan alasan ingin menikah dan memiliki keturunan.

Namun, Negeri Paman Sam masih menganggap Hambali berbahaya.

Hambali, disebut pemerintah Amerika sebagai gembong teroris Asia Tenggara. Pria asal Cianjur itu ditangkap lewat operasi gabungan antara Thailand dengan AS pada 2003 di Thailand dan dipindahkan ke Guantanamo tiga tahun kemudian.

Pria ini menjadi buronan internasional usai melakukan pengeboman malam Natal tahun 2000 di Indonesia dan beberapa kali pindah ke Malaysia, Pakistan, Sri Lanka dan Thailand. Amerika, takut betul jika Hambali dapat menularkan kebencian terhadap warganya di Asia Tenggara.

Di lansir Reuters, persidangan pertama Hambali berlangsung sangat ketat dan hati-hati disampaikan ke publik. Hanya wartawan terpilih, dan pengamat terorisme terbatas yang diperbolehkan hadir. Namun, mereka juga tidak boleh melihat langsung sidang, apalagi merekam.

Tayangan video langsung dari sidang itu tersedia untuk wartawan dan pengamat terakreditasi berdasarkan aturan Kementerian Pertahanan AS yang melarang perekaman audio dan pengambilan foto selama sidang.

Informasi dihimpun, Hambali kini terlihat menua. Di usianya yang ke 52, Hambalu berpenampilan dengan janggut dan penuh uban. Kacamata bingkai tanduk, masih setia menggantung di kedua telinganya.

Sidang berlangsung sangat singkat: 10 menit. Hambali tidak memperlihatkan ekspresi apa pun selama sidang, kata-kata pun juga tidak terlontar dari mulut pria yang disangkakan gembong dari serangkaian bom di Indonesia, termasuk pemboman Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.

Seorang tentara AS yang bertindak sebagai perwakilan pribadi Hambali membacakan pernyataan yang menggambarkan Hambali sebagai "terhormat dan energik" dan "sangat antusias" dengan sidangnya. "Hambali telah menyatakan ia tidak memiliki niat buruk terhadap AS," ujar tentara tersebut dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip VOA Indonesia, Sabtu (20/8).

Melalui tulisan, Hambali meyakini Amerika memiliki keberagaman dan pembagian kekuasaan yang jauh lebih baik daripada kediktatoran. "Ia menyatakan ia tidak menginginkan apa pun selain melanjutkan hidupnya dengan damai," lanjut isi pernyataan itu.

Tulisan Hambali dijawab pula dengan tulisan oleh pemerintah AS yang dibacakan perwakilan AS. Permintaan Hambali menikah dan memiliki keturunan ditolak. Dia menyebut Hambali sebagai ancaman keamanan dan menuduhnya telah mempengaruhi tahanan lain dengan mempromosikan jihad saat salat dan berceramah.

Petugas itu menambahkan, jika dibebaskan dari Guantanamo, ada kemungkinan besar Hambali akan mencari cara untuk berhubungan kembali dengan jaringan terorisme Indonesia dan Malaysia atau menarik pengikut baru. Dewan peninjau yang berisikan pejabat Pentagon dan badan pemerintah lainnya belum mengeluarkan putusan terhadap status Hambali.

Untuk diketahui, pemerintah Amerika Serikat menangkap Hambali karena mencurigainya sebagai pemimpin kelompok Jemaah Islamiah. Kelompok itu dituduh sebagai bagian dari jaringan Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden. Al-Qaeda menjadi otak serangkaian teror, di antaranya mendalangi tragedi 11 September 2001 di WTC dan bom bunuh diri Bali pada Oktober 2002.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar mengatakan pemerintah Amerika Serikat memiliki ketakutan berlebihan terhadap Hambali. Menurutnya, Hambali sebaiknya dipulangkan ke Indonesia dan membantu mengungkap jaringan terorisme Tanah Air. Dijelaskan, Hambali sudah tidak berbahaya lagi karena kelompok Al Qaidah saat ini sudah tidak lagi menarget Indonesia sebagai lahan perang tetapi merupakan lahan dakwah.

Hambali sebenarnya dapat membantu pemerintah Indonesia untuk mengontrol kelompok teroris di Indonesia. "Kalau tidak dipulangkan akan memotivasi serangan baru," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA