Dalam jumpa pers sekaligus buka puasa bersama di Hotel Mulia, Jakarta, kemarin, Kido menegaskan, tetap akan membela Indonesia di kejuaraan internasional.
“Merah Putih di atas segalanya,” kata Kido yang sehari sebelumnya mengancam akan mogok membela Indonesia di kejuaraan internasional.
Hadir dalam jumpa pers tersebut, Vita Marisa, staf Menpora, Ivana Lie, dan Retno Kustiah, Ketua Harian klub Jaya Raya, tempat Kido bernaung.
Kido menyatakan, setelah melakukan pembicaraan dengan Pemprov PBSI DKI Jakarta, klub Jaya Raya dan PB PBSI, dia memutuskan untuk ikut kejuaraan internasional membela Indonesia.
“Kalau ada masalah sebelumnya, itu karena terjadi miskomunikasi terkait pelaporan kontrak-kontrak para atlet ke PB PBSI. Sekarang semuanya sudah terselesaikan,” kata Kido.
Sebelumnya, Kido sempat mengancam tidak akan membela Indonesia di kancah internasional termasuk turnamen Kejuaraan Dunia di Paris. Alasannya, karena PB PBSI tidak mendaftarkan mereka ke ajang China Master 14-19 September mendatang.
PBSI beralasan, karena bukan lagi pemain pelatnas, mereka harus direkomendasikan dulu oleh Pengda DKI Jakarta, tempat mereka bernaung.
Meski demikian, keinginan Kido untuk tampil di China Master harus terkubur karena terbentur aturan. Pemprov PBSI DKI belum bisa mendaftarkan karena atlet tersebut belum memberikan laporan lengkap mengenai kontrak para atlet ke PB PBSI. Laporan tersebut sesuai pasal 25 AD/ART PBSI.
Pasal tersebut merinci soal hadiah uang dan uang kontrak, yang berbunyi pembagian hadiah uang dan uang kontrak/iklan yang diperolah anggota perkumpulan diatur oleh pengurus PB PBSI.
Pada kesempatan sama, Staf Khusus Kemenpora, Ivana Lie menyatakan, seharusnya atlet non pelatnas didukung, karena mereka tidak membebani anggaran negara.
Ketua harian Klub Jaya Raya, Retno Kustiah mengatakan, dengan adanya kasus ini, ke depannya tidak ada lagi kasus serupa.
“Ke depan, klub tinggal menulis surat kepada PB PBSI dengan tembusan Pemprov, dan Pemprov akan mendaftarkan langsung ke turnamen terkait,” ujarnya.
China Target Tiga Gelar
Di tempat terpisah, tim bulutangkis China mematok tiga gelar dari lima gelar juara yang diperebutkan di kejuaraan dunia Paris. Target tersebut, menurun setelah tahun lalu China merebut empat gelar.
Pelatih tim China, Li Yong Bo mengatakan, target tiga medali emas adalah target yang realistis.
”Tentu saja kami ingin merebut lima gelar juara. Tapi kali ini kami tidak bisa terlalu optimistis. Tidak mungkin untuk menayamai hasil tahun lalu dengan empat gelar,” kata Li Yong Bo seperti dilansir
Reuters.
Lanjutnya, tim puteri China mengalami kekalahan menyakitkan dari Korea Selatan di final Piala Uber 2010 lalu. Kekalahan ini sekaligus mengakhiri dominasi negara ini di ajang Piala Uber sejak 1998.
“Para pemain puteri masih dibayangi kekalahan di Piala Uber lalu. Sementara ganda putera terbaik, Cai Yun/Fu Haifeng tidak bermain bersama empat bulan terakhir karena mewakili klub yang berbeda di liga domestik. Jadi sulit berharap dari mereka,” ujarnya.
Ganda China, Cai Yun/Fu Haifeng mengalahkan ganda terbaik Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan di babak final Piala Thomas, Mei lalu.
Sementara pemain yang paling siap tampil hanyalah peraih medali emas Olimpiade Beijing, Lin Dan. Namun Lin Dan akan mendapat perlawanan keras dari pemain peringkat satu dunia, Lee Chong Wei serta pemain Indonesia, Taufik Hidayat.
“Saat ini permainan Lin luar biasa. Saya yakin ia akan mampu mengalahkan Lee (Chong Wei) di babak semifinal seperti saat di Piala Thomas dan kemudian meraih gelar juara yang keempatkali,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: