Umar menegaskan Perbakin DKI tak boleh sekadar jago soal medali. Etika dan tata kelola organisasi harus ikut naik kelas.
"Jakarta harus jadi contoh. Prestasi jalan, etika jalan, tata kelola juga harus rapi," tegas Umar dalam sambutannya di hadapan peserta Musyawarah Provinsi (Musprov) Perbakin DKI.
Ia mengingatkan, organisasi olahraga tak boleh hidup karena figur. Yang utama adalah sistem yang transparan, tertib, dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Bukan karena siapa ketuanya, tapi karena sistemnya bekerja," ujarnya lugas.
Umar menegaskan AD/ART wajib jadi kitab suci organisasi. Bukan kepentingan pribadi, apalagi kelompok. Budaya patronase pun ia coret. Menurutnya, Perbakin harus dihormati karena aturan, bukan karena siapa orangnya.
"Tidak perlu hormati Umarnya. Hormati organisasinya," sentil Umar.
Dalam urusan pembinaan, Umar menempatkan klub sebagai jantung Perbakin. Dari sanalah atlet, pelatih, juri, hingga ofisial lahir.
"Klub itu bukan cuma urusan administrasi. Klub adalah pusat pembinaan," katanya.
Klub aktif akan difasilitasi, klub lemah dibina, dan klub bermasalah ditertibkan. Semua diperlakukan sama. Tanpa tebang pilih.
Soal keuangan, Umar pasang sikap keras. Zero tolerance untuk penyalahgunaan dana, apalagi yang bersumber dari APBD dan KONI.
"Dana publik harus bersih. Tidak ada kompromi," tegasnya.
Ia juga memastikan sistem kompetisi harus adil dan transparan. Tak boleh ada atlet karbitan karena orang dalam.
"Tidak boleh ada atlet karena kedekatan. Semua lewat prestasi," kata Umar.
Penguatan fasilitas latihan berstandar nasional turut jadi prioritas, agar atlet berlatih dengan aman dan terukur. Terakhir, Umar mendorong jejaring nasional dengan Perbakin daerah lain agar pembinaan dan kompetisi makin berkualitas.
"DKI tidak boleh eksklusif. Kita harus berkolaborasi," tutup Umar.
BERITA TERKAIT: