Seperti diberitakan sebelumnya, film itu disutradarai sutradara kondang Hanung Bramantyo. Ada dua film yang diproduksi, Jawara Desa dan Desa Para Pemimpi(n).
"Akan kita Nobarkan di Djakarta Theatre, 2 Desember dan 4 Desember 2023," kata Direktur Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Desa, PKK dan Posyandu, Ditjen Bina Pemerintahan Desa, Kemendagri, Tb Chaerul Dwi Sapta, mewakili Pelaksana Harian (Plh) Dirjen Bina Pemdes, La Ode Ahmad P Bolombo.
Film Jawara Desa mengambil latar tempat di Nagari Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, dan Desa Mandalagiri, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Satu film lagi berlatar Desa Akebay, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara dan Desa Tanjung Setia, Pesisir Barat, Lampung.
Chaerul juga menjelaskan, dua film itu merupakan hasil kerjasama dengan Bank Dunia (World Bank) dalam Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD).
Film itu mengangkat tentang leadership (kepemimpinan), entrepreneurship (kewirausahaan), potensi desa untuk menjaga urbanisasi dan penguatan perekonomian.
"Intinya, melalui film itu, jumlah desa kita yang 75.265 bisa terpacu peningkatan ekonominya, maju, dan masyarakatnya sejahtera," katanya.
Lebih lanjut dikatakan, pembuatan film itu merupakan inisiatif dari Kemendagri, agar tidak terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) secara besar-besaran.
Sebab, jika urbanisasi terjadi, desa akan ditinggalkan. Dengan kondisi seperti ini, ketahanan pangan tidak terjadi, sebaliknya angka inflasi tinggi.
"Bapak menteri sering menggaungkan hindari urbanisasi. Jangan sampai desa, yang orang-orang produktifnya pindah ke kota, terjadi. Desa harus maju, tinggal di desa, rezekinya kota," paparnya.
Selain memproduksi dua film dokudrama, kata Chaerul, Kemendagri juga membuat 100 konten video dalam rangka memperkuat persatuan, kesatuan, dan edukasi positif tentang desa, melibatkan kepala desa, sekretaris desa, dan lembaga kemasyarakatan desa.
Untuk pemutarannya, Kemendagri bekerjasama dengan kementerian dan stakeholder terkait, agar tersebar luas.
Sementara sang sutradara, Hanung Bramantyo, menambahkan, tantangan membuat film dokudrama adalah tetap mempertahankan fakta yang akurat, namun juga menarik dan bisa dinikmati.
Pemilihan tokoh dan tempat dalam film ini merupakan hasil riset mendalam. Tentu masih banyak tokoh di tempat lain yang berprestasi dan layak diangkat.
BERITA TERKAIT: