Tiongkok baru-baru ini melakukan latihan militer Joint Sword 2024-B di sekitar Taiwan, kegiatan yang secara serius merusak perdamaian dan stabilitas kawasan.
Ketua Taipei Economic and Trade Office (TETO), John Chen menyampaikan kecaman terhadap Tiongkok karena mengabaikan niat baik Presiden Taiwan Lai Ching-te dalam pidato Hari Nasional Double Tenth.
Presiden Lai dengan jelas menegaskan kembali bahwa menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan adalah tujuan dan tanggung jawab bersama dari kedua belah pihak di selat Taiwan dan juga merupakan kepentingan semua pihak di kawasan.
China justru dengan sengaja melancarkan latihan militer yang ditargetkan terhadap Taiwan empat hari setelah pidato tersebut.
"Hal tersebut adalah upaya Tiongkok untuk mengintimidasi rakyat Taiwan dengan latihan militer, mengancam demokrasi Taiwan, dan secara sepihak merusak status quo selat Taiwan serta perdamaian dan stabilitas kawasan," tegasnya.
Ketua TETO berharap bahwa seluruh lapisan masyarakat di Indonesia secara terbuka mendesak Tiongkok agar segera menghentikan provokasi militer terhadap Taiwan demi menjaga keamanan di selat Taiwan dan perdamaian kawasan
"Pemerintah Taiwan menyerukan kepada Indonesia dan komunitas internasional bersama-sama mendesak Tiongkok untuk segera menghentikan provokasi militer yang tidak rasional," ujarnya.
Dikatakan bahwa Indonesia dan Taiwan merupakan negara yang menghormati demokrasi, hukum, kebebasan dan hak asasi manusia.
"Saat ini terdapat sekitar 400.000 warga negara Indonesia yang tinggal, belajar, dan bekerja di Taiwan," ungkap Chen.
Selain itu, menurut Ketua TETO, perdamaian dan stabilitas di selat Taiwan sangat penting bagi kepentingan ekonomi Indonesia dan negara-negara ASEAN serta perlindungan kepada lebih dari satu juta masing-masing warga negara di Taiwan.
BERITA TERKAIT: