Mengutip keterangan yang diterima redaksi pada Jumat, 14 Februari 2025, para delegasi Kuil Mazu dan Xilai'an tiba di Indonesia pada Selasa, 12 Februari 2025 dan pada Rabu pagi, 13 Februari 2025.
Mereka melakukan sembahyang bersama di Vihara Dhanagun sebelum berpartisipasi dalam perayaan Cap Go Meh.
Ketua Kuil Mazu, Lu Yu-li, mengatakan ini adalah pertama kalinya Mazu dari kuil yang juga disebut Kuil Kaitai Tianhou ini mengunjungi Indonesia.
"Kami merasa sangat terhormat menerima undangan untuk berpartisipasi dalam perayaan ini," ujarnya.
Dalam perayaan tersebut, delegasi Kuil Kaitai Tianhou juga membagikan jimat Mazu kepada umat Indonesia yang melakukan lîng-ki?-kha.
“Kami berharap dapat menjalin hubungan dengan umat selama prosesi, dan dalam semangat cinta kasih Mazu, semua orang bisa mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan," kata dia.
Sementara itu, Ketua Xilai'an, Tseng Cheng-yi juga mengatakan hal yang sama. Ia berharap kedatangan delegasi kuil Taiwan di Indonesia dapat semakin mempererat persahabatan kedua negara.
"Kami berharap kehadiran delegasi dari kuil Taiwan dapat mendorong persahabatan antara kedua negara dan mempererat pertukaran budaya," kata dia.
Pengurus Vihara Dhanagun dan ketua penyelenggara Cap Go Meh Bogor, Guntur Santoso menjelaskan, saat ini di Tiongkok, banyak kuil Taoisme hanya menjadi objek wisata, sementara di Indonesia tradisi ibadah masih dipertahankan.
"Melalui hubungan dengan teman-teman dari Taiwan, pertukaran budaya ini akhirnya bisa terwujud," ujar Guntur.
Warga Tionghoa-Indonesia, Lee Kuo-feng, menyatakan kebahagiaannya atas kedatangan delegasi Taiwan.
“Saya sangat senang, sangat meriah, di masyarakat Indonesia tidak ada perbedaan antaragama,” ucapnya.
Sementara Erni, seorang umat yang mengantre untuk lîng-ki?-kha, merasa bahwa perayaan ini sangat meriah dan jarang ada acara pertukaran budaya seperti ini.
Acara ini dihadiri ribuan masyarakat dan menampilkan beragam atraksi budaya yang menarik perhatian.
Salah satu atraksi utama dalam festival ini adalah penampilan kelompok ba jia jiang, yang menggambarkan delapan jenderal, serta tandu Dewi Laut Mazu.
Para umat berkesempatan untuk mengikuti praktik tradisional lîng-ki?-kha, yaitu berjalan menunduk di bawah tandu, yang membuat barisan umat semakin panjang.
BERITA TERKAIT: