Deklarasi ini berpotensi mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung hampir lima dekade dan menyebabkan sedikitnya 40.000 korban jiwa.
“Kami setuju dengan isi seruan Pemimpin Ocalan sebagaimana adanya, dan kami menyatakan bahwa kami akan mematuhi dan melaksanakan persyaratan seruan tersebut dari pihak kami sendiri. Kami menyatakan gencatan senjata berlaku mulai hari ini,” kata Komite Eksekutif PKK dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Kantor Berita
Firat pada Minggu, 2 Maret 2025.
Kelompok itu juga memuji pernyataan Ocalan, menyebutnya sebagai manifesto yang “menerangi jalan semua kekuatan kebebasan dan demokrasi.”
Namun, mereka menekankan bahwa keberhasilan proses politik bergantung pada kesiapan Turki untuk menerapkan politik demokratis dan landasan hukum yang tepat.
Seruan damai Ocalan, yang disampaikan pada Kamis, 27 Februari 2025, melalui pernyataan yang dibacakan oleh anggota parlemen Turki, menandai titik balik dalam konflik panjang PKK dan pemerintah Turki.
“Saya menyerukan agar semua pihak meletakkan senjata, dan saya mengemban tanggung jawab historis atas seruan ini. Semua kelompok harus meletakkan senjata dan PKK harus membubarkan diri,” tulis Ocalan dalam pernyataannya.
Ocalan, yang ditangkap pada 1999 di Kenya dan menjalani hukuman penjara seumur hidup di Turki, sebelumnya telah menyerukan perdamaian dalam beberapa kesempatan, termasuk pada 2013. Namun, perundingan saat itu gagal dan konflik kembali berkobar.
Seruan damai ini datang di tengah perubahan dinamika politik di Turki. Devlet Bahceli, pemimpin Partai Gerakan Nasionalis (MHP) dan sekutu Presiden Recep Tayyip Erdogan, baru-baru ini mengundang Ocalan untuk datang ke parlemen dan “menyatakan bahwa ia telah meletakkan senjatanya.”
Banyak analis melihat langkah ini sebagai bagian dari strategi Erdogan untuk mendapatkan dukungan dari Partai DEM yang pro-Kurdi menjelang pemilihan 2028.
Perubahan konstitusi yang memungkinkan Erdogan mencalonkan diri kembali membutuhkan dukungan mayoritas dua pertiga di parlemen, sehingga aliansi politik dengan kelompok Kurdi bisa menjadi kunci.
Kurdi merupakan kelompok etnis terbesar di Turki, dengan populasi sekitar 15-20 persen dari total penduduk. Mereka juga memiliki kehadiran yang signifikan di Suriah, Irak, dan Iran.
Jika seruan Ocalan dan gencatan senjata PKK diterima oleh Turki, hal ini dapat membuka jalan bagi rekonstruksi hubungan historis antara kedua pihak.
Namun, masih ada skeptisisme mengenai apakah pemerintah Turki akan benar-benar menerima langkah ini atau apakah gencatan senjata ini dapat bertahan lama.
Sejarah mencatat bahwa proses perdamaian sebelumnya selalu berakhir dengan kebuntuan dan eskalasi konflik baru.
BERITA TERKAIT: