Trump memposting keputusan tersebut di Truth Social, jelang pencalonan resmi di Konvensi Partai Republik di Milwaukee. Dia mengaku telah melewati proses pertimbangan matang sampai akhirnya memilih Vance yang baru berusia 39 tahun sebagai wakilnya.
“Setelah pertimbangan dan pemikiran yang panjang, dan mempertimbangkan bakat luar biasa dari banyak orang lainnya, saya telah memutuskan bahwa orang yang paling cocok untuk menduduki posisi Wakil Presiden Amerika Serikat adalah Senator J.D. Vance dari Negara Bagian Ohio,” tulis Trump, seperti dikutip dari
NPR pada Selasa (16/7).
Vance memanfaatkan dukungan Trump untuk meraih kemenangan tipis dalam pemilihan pendahuluan Senat AS dari Partai Republik di Ohio pada awal Mei.
Dia pernah menyebut Trump sebagai “Hitler Amerika” tetapi sekarang menjadi salah satu pendukungnya yang paling vokal di Kongres, hingga berhasil dinobatkan sebagai calon wakil presiden Trump pada tahun 2024.
Setelah upaya pembunuhan terhadap Trump pada rapat umum di Pennsylvania pada hari Sabtu (13/7), Vance menyalahkan Presiden Joe Biden atas serangan tersebut.
"Premis utama kampanye Biden adalah bahwa Presiden Donald Trump adalah seorang fasis otoriter yang harus dihentikan dengan cara apa pun. Retorika tersebut mengarah langsung pada percobaan pembunuhan Presiden Trump," cuitnya di X.
Jika Trump adalah pendiri “America First”, maka Vance telah memposisikan dirinya sebagai pewaris yang akan mengangkat Make America Great Again untuk generasi mendatang.
Dalam wawancara dengan
Fox News baru-baru ini, Vance mengatakan bahwa dia pernah mengkritik Trump, namun ternyata membuktikan bahwa dia salah.
“Ini tentang keberhasilan kepresidenan Trump,” kata Vance dalam wawancara dengan
Fox News jelang pencalonannya sebagai wakil presiden.
Trump, yang selamat dari percobaan pembunuhan dua hari lalu, memperoleh suara mayoritas dari delegasi di Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee, Wisconsin. Dia mencapai ambang batas yang disyaratkan dengan suara dari Florida, yang diumumkan oleh putranya Eric Trump.
Trump akan memimpin Partai Republik melalui pemilu ketiga berturut-turut, menyusul kemenangannya melawan Hillary Clinton pada tahun 2016 dan kekalahannya dari Biden pada tahun 2020.
BERITA TERKAIT: