Riset dipimpin oleh Kepala Dinas Sejarah Angkatan Laut (Kadisjarahal) Laksamana Pertama TNI Hariyo Poernomo, di Den Haag, Belanda, pekan ini.
Menurut Hariyo, riset perlu dilakukan karena di NAN tersimpan ribuan dokumen arsip terkait dengan perjuangan Angkatan Laut Republik Indonesia sejak tahun 1945. Hal ini sangat penting untuk menjamin fungsi sejarah dalam pengembangan kekuatan Angkatan Laut ke depan.
"Validitas narasi sejarah sangat bergantung pada ketersediaan dokumen dan arsip yang merekam peristiwa masa lalu dan Belanda telah memiliki sistem kearsipan yang sangat baik," kata Hariyo dalam keterangan tertulis, Rabu (28/6).
Lebih lanjut, Hariyo menyatakan bahwa objek riset sejarah Angkatan Laut sangat luas dan kompleks sehingga tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu singkat.
Kegiatan riset sejarah di Belanda tahun ini bersifat introduktif dengan memfokuskan riset arsip Pertempuran Laut Arafuru 1962, operasi-operasi angkatan laut selama Perang Kemerdekaan 1945-1949 dan awal pembangunan TNI AL yang modern pada tahun 1950.
Kegiatan riset ini pun disambut baik oleh NAN. Bahkan, ketua Program Warisan Budaya Bersama NAN, J.S. Johan Van Langen berharap bisa membuka kerjasama bidang kearsipan dengan TNI AL.
"NAN sangat membuka diri untuk kegiatan riset arsip guna pengembangan sejarah TNI AL, mendukung data-data yang diperlukan oleh Disjarahal dalam mengembangkan sejarah Angkatan Laut di Indonesia," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: