Hal itu diungkapkan oleh pejabat yang memimpin penyelidikan, Abu Safian, yang dimuat
BBC pada Senin (13/3), setelah panel beranggotakan tujuh orang mewawancarai 150 saksi mata.
"Kebakaran terjadi di beberapa tempat sekaligus, membuktikan bahwa itu direncanakan," kata Abu Safian, dengan mengatakan bahwa kelompok militan menyalakan api untuk mendominasi kamp.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, akan tetapi akibat kebakaran yang terjadi pada 5 Maret itu, lebih dari 15.000 pengungsi Rohingya tercatat kehilangan tempat tinggalnya, karena sekitar 2.800 tempat penampungannya hangus.
Selain itu kebakaran juga telah merobohkan jaringan infrastruktur utama, seperti sekolah, klinik medis dan beberapa titik layanan di kamp Cox Bazar, yang menampung sekitar satu juta orang ini.
Untuk itu, para pejabat penyidik merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi kelompok di balik insiden tersebut.
Menurut Kementerian Pertahanan Bangladesh dalam laporan yang dirilis pada bulan lalu, sejauh ini ada 222 insiden kebakaran di kamp Rohingya, termasuk 60 kasus pembakaran yang disengaja, antara Januari 2021 hingga Desember 2022.
BERITA TERKAIT: